Mario - Richard Memang Bikin Panik


TAK ada kabar-kabar sebagai tanda awal bila dua tokoh muda Manggarai Barat (Mabar) ini maju di Pilkada Mabar 2024. Kehadiran Mario Pranda - Richard Sontani (Mario - Richard) sebagai calon Bupati dan calon Wakil Bupati Mabar benar-benar bikin kaget banyak orang di Mabar. Walau Mario merupakan seorang politisi Partai Demokrat dan anak dari Bupati Pertama Mabar Pak Fidelis Pranda, namun keputusan untuk maju di Pilkada yang berlangsung pada 27 November 2024 nanti benar-benar keputusan baru dan memang benar-benar mendadak. Begitu juga Richard, ia adalah birokrat muda yang cerdas dan sukses meniti karir di Pemda Mabar. Maju di Pilkada merupakan hal baru baginya. 

Walau demikian, mereka bukan tokoh muda yang baru muncul. Mereka sejatinya sudah lama dikenal sebagai sosok yang sukses meniti karirnya masing-masing. Bila Mario aktif menjadi pengusaha muda sekaligus menjadi politisi partai besutan SBY, maka Richard menjadi seorang penggawa di Pemda Mabar. Bila Mario memiliki pengalaman di jalur politik, sementara Richard berpengalaman di jalur birokrasi. Kolaborasi dua tokoh muda yang berbeda latar profesi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Mabar dalam konteks menyaksikan Pilkada Mabar kali ini. 

Lalu, mengapa dua sosok muda yang energik ini membuat panik? Pertama, Mario - Richard akhirnya diperhitungkan. Betul awalnya kedua sosok ini tidak diperhitungkan sebagai kandidat yang bertarung di Pilkada kali ini. Bahkan seperti yang saya ungkap di awal, keduanya tak disangka bakal maju. Karena beberapa bulan lalu, terutama setelah Mario terpilih sebagai anggota DPRD Mabar 2024-2029 (lalu kini sudah mengundurkan diri), masih banyak tokoh atau politisi yang namanya muncul di berbagai pemberitaan media dan diskusi di banyak forum. Richard juga begitu, tak ada yang menduga. Namun kini, keduanya benar-benar diperhitungkan. Nama dan isu yang mereka bawa menjadi tema perbincangan di banyak tempat di Mabar bahkan di forum diaspora Mabar di banyak kota.  

Kedua, Mario - Richard diusung oleh Partai politik yang selama ini dikenal memiliki mesin politik yang kuat di Mabar. Yaitu Partai Demorat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golkar dan Perindo. Partai-partai ini memiliki massa yang solid dari tingkat ibukota kabupaten hingga di kampung-kampung. Di tambah lagi partai yang memiliki massa yang solid dan akrab dengan anak muda seperti PSI, Partai Gelora, Partai Buruh, Partai Ummat dan sebagainya. Partai pengusung dan pendukung tergolong solid dalam mendukung pemenangan pasangan yang kini menjadi idola banyak anak muda dan elemen lintas profesi di Mabar ini. 

Ketiga, Mario - Richard didukung oleh relawan yang berjuang dan bekerja tanpa pamrih. Relawan yang mendukung pasangan yang suka menyanyi lagu Manggarai ini muncul di berbagai tempat, dari ibukota Labuan Bajo, kecamatan, desa hingga kampung-kampung. Mereka berasal dari latar belakang yang beragam. Mereka tidak dibentuk oleh Mario - Richard, tapi dibentuk sendiri oleh para relawan itu. Dalam banyak momentum mereka selalu hadir memberi dukungan dan menyatakan kesiapannya untuk memenangkan pasangan yang murah senyum ini. Ada yang membuat baju kaos, membuat kalender, menyediakan makan dan minuman dan mensosialisasi Mario - Richard juga visi-misa dan program prioritasnya. 

Keempat, Mario - Richard didukung oleh masyarakat di hampir semua kampung di Mabar. Hal ini bukan isapan jempol belaka, tapi dibuktikan oleh jadwal kunjungan selama sebulan terakhir dan kehadiran masyarakat di berbagai forum tatap muka semacam itu. Masyarakat datang berbondong-bondong menyatakan dukungan dan siap memilihnya di Pilkada nanti. Uniknya, tak sedikit masyarakat yang menyatakan tak perlu bertemu dengan Mario - Richard, cukup mengenal gagasannya saja itu sudah cukup. Masyarakat mendukung dengan tulus tanpa mengharap amplop yang berisi sejumlah uang. Mereka benar-benar mendukung dengan dan karena panggilan nurani dan ketulusan jiwa serta cinta yang tak bisa dihitung bilang.

Kelima, Mario - Richard dihina, dicela dan diremehkan namun tetap sabar dan tak mendendam. Awalnya tak ada yang yakin bahwa pasangan ini benar-benar maju di Pilkada Mabar. Sebagian orang malah mencela, menghina dan meremehkan keduanya dengan berbagai macam diksi dan ungkapan yang tak pantas. "Anak ingusan", "anak kemarin sore", "anak tidak berpengalaman", dan masih banyak lagi. Hal semacam itu justru menjadi penarik atau magnet dukungan sehingga gelombang dukungan semakin tak terbendung. Mario - Richard pun benar-benar bikin panik tak sedikit orang. Uniknya ada yang panik lalu jatuh hati dan jatuh cinta. Siapa yang tak suka sama anak muda ganteng? "Reba te sua", ganteng tak ada duanya. 

Keenam, Mario - Richard menjadi trigger masyarakat terutama kaum muda Mabar. Ya, kehadiran Mario - Richard di Pilkada Mabar sejatinya menjadi trigger bagi masyarakat Mabar terutama kaum muda di Mabar untuk berani memiliki jalan dan menempuh langkah tak biasa. Kaum muda harus berani terjun di politik praktis sebagai langkah konkret untuk menyumbangkan gagasan dan wujud kontribusi bagi kemajuan Mabar yang kita cinta. Mengutip ungkapan Richard, "Politik ho'o di'ana", politik ini baik. Menurutnya, melalui jalur politik kita terutama kaum muda bisa mengakselerasi pembangunan dan kemajuan, bahkan regenerasi kepemimpinan daerah. "Saatnya kaum muda memimpin Mabar," ungkap Mario pada sebuah kesempatan.  

Mario - Richard hadir sebagai pemantik sekaligus penyemangat bagi kaum muda Mabar bahwa saat kita masih muda adalah momentum terbaik untuk melejitkan potensi diri dan mengupayakan peran konkret bagi kemajuan Mabar. Atas dasar itulah dalam banyak momentum terutama di berbagai tulisan, saya menyampaikan bahwa kehadiran Mario - Richard jangan dianggap sebagai musuh bagi pasangan calon lain yang maju di Pilkada. Sebab kontestasi politik memang mengharuskan adanya kompetitor. Dengan mendukung dan memenangkan Mario - Richard berarti kita sedang menyicil sejarah baru bagi peradaban politik Mabar kini dan di masa depan. Bahkan dengan begitu kita juga sedang menyicil sejarah kaum muda Mabar. Bangkit kaum muda, mari menenun sejarah untuk Mabar baru! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan" 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah