Mengepakkan Kembali Sayap Media PUI


PADA Selasa 30 November 2021 saya berkesempatan hadir pada acara Rapat Koordinasi dan Pelatihan Jurnalistik yang diselenggarakan oleh DPP Persatuan Ummat Islam (PUI). Pada acara yang dimulai pukul 19.30 WIB-selesai ini diikuti oleh delegasi Humas/Media DPW PUI Se-Indonesia, Humas/Media DPD PUI Se-Indonesia, Humas/Media Organisasi Otonom, Badan dan Lembaga PUI Se-Indonesia melalui Zoom Meeting. 

Turut hadir pada acara ini Sekretaris Jenderal DPP PUI H. Raizal Arifin, Ketua Umum DPW PUI Jawa Barat H. Iman Budiman, M.Ag, dan delegasi berbagai wilayah, daerah dan lembaga otonom di PUI. Pada kesempatan ini turut hadir pula senior saya Bang Hendra Gunawan selaku Ketua Bidang Humas dan Media DPW PUI Jawa Barat yang belakangan ini bersama tim-nya semakin geliat dalam memanfaatkan website PUI Jawa Barat dan beberapa media sosial lainnya untuk publikasi ide dan gagasan tokoh, dan berbagai kegiatan DPD Se-Jawa Barat dan DPW PUI Jawa Barat.   

Bagi saya sendiri, acara semacam ini sangat penting dan menarik. Bagaimanapun, ini adalah era media informasi dan komunikasi yang tak terbendung. Berbagai laman media pun telah hadir di depan kita, dalam hal ini PUI. Kita belum terlambat untuk melakukan pembenahan terkait media kita. Sebab momentumnya masih tersedia dan terbuka lebar. Selain media online, media sosial juga bisa kita manfaatkan secara produktif. Kuncinya adalah produktifitas dalam menghadirkan tulisan atau berita. 

"Saya sangat percaya kita yang hadir pada kegiatan ini adalah orang-orang yang akrab dengan media, baik media online maupun media sosial. Dengan demikian, sangat mungkin kita melakukan publikasi secara masif terkait syiar, berita dan kegiatan-kegiatan PUI", ungkap H. Raizal Arifin pada saat menyampaikan sambutan dan membuka acara. 


Pada acara ini wartawan senior H. Ahmadi Thaha didaulat menjadi narasumber. Pada kesempatan ini Pak AT, demikian beliau akrab disapa, menyampaikan beberapa hal penting dalam menghadirkan sebuah tulisan terutama berita sehingga layak dipublikasi dan bisa dinikmati pembaca. Dengan sedikit elaborasi, saya menyebutkan diantaranya sebagai berikut:  

Pertama, fokus. Berita berawal dari tema. Tema akan membawa kita pada judul-judul yang spesifik. Kita pun bakal terdorong untuk fokus pada judul yang sudah kita tentukan. Sebagai proses pembelajaran, menulislah dari hal-hal yang kecil. Sebab itulah yang membuat kita benar-benar fokus menulis, baik berita maupun tulisan jenis lain. "Menulislah dari hal-hal kecil. Hal ini menjadi media belajar, agar kita terbiasa", ungkap Pak AT. 

Bahkan menurut sosok yang tergolong lama di dunia media ini, menulis itu sangat mudah, sebab ia berasal dari pikiran kita sendiri, termasuk sumber lain yang layak yang dirujuk. Semakin banyak membaca akan dengan sendirinya semakin banyak informasi yang akan kita jadikan sebagai bahan tulisan. "Menulis itu sangat ditentukan dari pikiran kita sendiri terhadap apa yang hendak kita tulis",  lanjutnya. 

Kedua, menggunakan rumusan baku. Sebuah tulisan terutama berita sangat ditentukan oleh kunci penting dalam menulis pemberitaan yaitu 5 W + 1 H: What (Apa), Who (Siapa), When (Kapan), Why (Mengapa), Where (Di Mana), dan How (Bagaimana). Siapapun sangat tahu rumusan ini. Dengan menggunakan rumusan ini akan membuat kita semakin fokus dalam membuat tulisan atau berita. Bila pun belum menjadi berita yang ideal, tapi ini dapat memudahkan kita dalam membuat berita. "Setiap menulis tak mesti langsung jadi tulisan atau berita. Kadang butuh waktu untuk mengedit atau membaca ulang", ungkapnya.  

Ketiga, menggunakan bahasa Indonesia yang standar. Biasanya setiap kalimat yang lengkap terdiri dari sobjek, predikat dan objek juga keterangan baik tempat maupun waktu. Atau dalam istilah sederhana kita adalah SPOK. Ini sudah merupakan standar baku, sehingga sebuah tulisan atau berita bisa dipahami pembaca. "Kalimat tulisannya diupayakan untuk sependek mungkin, sehingga mudah dipahami dan diterima oleh pembaca. Bahkan bisa dipahami oleh anak-anak", ungkapnya.   

Keempat, menyediakan alat dan sarana yang memadai. Dengan tersedianya alat dan sarana maka akan mudah bagi kita untuk mendokumentasikan apa-apa yang terjadi di sekitar kita. Salah satu cara yang paling mudah adalah menulis secara deskriptif yaitu mendeskripsikan situasi atau keadaan di sekitar kita. Untuk memudahkan, kita bisa mengutip sumber secara jujur. Hal lain, bisa juga dengan mengutip dari media lain yang lebih kredibel. "Kita biasakan untuk mengutip dari media lain yang terpercaya, sehingga tulisan atau berita yang kita hadirkan fokus dan lebih bermutu", ungkapnya. 

Kelima, perlu perencanaan konten yang sistematis dan publikasi yang terencana. Misalnya, dalam sehari menulis tentang apa saja dan mesti dimuat di mana saja. Atau dalam sepekan mesti menulis berita tentang apa saja, dan mesti dimuat di halaman apa saja. Begitu seterusnya. "Konten mesti jelas, publikasinya juga mesti terrencana", ungkap wartawan senior ini. "Hal ini menjadi penting, sehingga kita semakin fokus dan tulisan atau berita yang kita buat bisa dievaluasi secara berkala", lanjutnya. 

Pada sesi selanjutnya, Mamat Mundar (Pengelola Website resmi PUI) didaulat menjadi narasumber. Menurutnya, pertemuan semacam ini merupakan acara yang sudah direncanakan sejak lama, namun bisa terlaskana saat ini. Walau demikian, ini sudah sebuah kemajuan yang sangat berarti bagi kita di PUI. "Acara semacam ini sebetulnya sudah direncanakan sejak lama. Hanya karena berbagai kendala, akhirnya baru bisa dilaksanakan saat ini",  ungkapnya. 

Menurutnya, fungsi media PUI mesti bersatu padu dan solid, baik secara struktur maupun dalam menjalankan fungsi media. Bila perlu media PUI terpusat, dengan mengandalkan kontribusi wilayah dan daerah sebagai sumber berita dan tulisan. "Humas dan media masing-masing wilayah dan daerah perlu lebih solid dan aktif lagi dalam mengirim berita", tegasnya. "Sehingga ke depan diharapkan semua kegiatan PUI menjadi berita yang terpublikasi di media resmi PUI", lanjutnya.

Ala kulli hal, agenda semacam ini mesti menjadi perhatian serius di lingkungan keluarga besar PUI. Dengan demikian, berbagai kegiatan PUI termasuk ide para tokohnya dalam beragam tema bisa terpublikasi dengan baik dan menjadi sumber bacaan yang menambah ketertarikan masyarakat pada PUI. "PUI ini butuh anak-anak muda yang aktif membaca dan mempublikasikan gagasan para pendiri PUI dalam bahasa yang renyah sehingga relevan dengan kebutuhan zaman", ungkap KH. Nurhasan Zaidi selaku Ketua Umum DPP PUI ketika saya menyambangi beliau di sebuah tempat di Kota Cirebon pada malam yang sama. Ya, singkatnya sudah saatnya keluarga besar terutama generasi muda PUI mengepakkan kembali sayap media PUI! (*) 


* Oleh: Syamsudin Kadir, Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat dan Penulis Buku "Persatuan Ummat Islam; Ide, Narasi dan Kontribusi untuk Umat dan Bangsa" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah