Selamat Jalan Pua Usman D. Ganggang!
"Innalillahi wa Inna ilaihi rooji'un. Telah meninggal dunia Pua Usman D. Ganggang hari ini Selasa 03 Juni 2025 pagi di RSUD Komodo di Merombok, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, NTT. Beliau adalah sosok orangtua, guru, dosen, motivator, penulis, sastrawan dan sahabat yang mampu menjadi pendengar setia setiap ada keluhan, menjadi penasehat di kala hati gundah dan menjadi penyemangat di saat lesu. Kini beliau meninggalkan kita, namun sosoknya selalu teringat dan karyanya selalu terkenang sepanjang masa. Selamat jalan Pua hebat", begitu komentar saya seketika setelah mendapatkan kabar ini.
Saya mengenang sosok kelahiran Bambor, Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, NTT pada 15 Februari 1957 silam ini sebagai sosok yang kompleks. Pertama, pendidik yang tekun dan bijak. Pua Usman berpengalaman mengajar di beberapa sekolah di Bima, NTB, bahkan juga mengajar di perguruan tinggi di Bima, NTB. Beliau melaluinya sejak lama, saat merantau hingga menjelang meninggal dunia. Tidak heran bila beliau sering dikenal sebagai orang Bima, karena memang telah lama berdomisili di Bima. Beliau menjalani perannya sebagai pendidik dengan tekun. Beliau juga bijak dalam menghadapi berbagai kendala yang dihadapi oleh para murid dan mahasiswanya.
Kedua, sastrawan dan penulis handal. Beliau telah menekuni dunia sastra sejak lama. Bahkan sejak Sekolah Dasar hingga SMA, beliau sudah terbiasa dengan karya sastra. Kelak saat kuliah dan mengajar, beliau sudah bisa dikatakan "jagoan". Cerpen dan puisi karyanya dimuat di berbagai media terutama surat kabar sejak tahun 1980-an seperti SKM Dian, Flores Pos, Pos Kupang, Kabar NTT, dan sebagainya. Belakangan juga aktif membagi karya sastranya itu di akun media sosial seperti Facebook. Bukan itu saja, beliau juga aktif menulis artikel dan beberapa buku. Tulisannya rerata pendek tapi kaya pesan, bahkan tak sedikit yang menyentuh pokok permasalahan hingga menggugah pembaca.
Ketiga, motivator dan inspirator hebat. Para perantau asal Manggarai Raya bahkan NTT yang merantau ke Bima atau NTB pada umumnya, bahkan ke Jawa, Sulawesi dan Kalimantan, rerata mengenal nama beliau. Hal ini bukan isapan jempol belaka, tapi karena memang rerata di saat bersua dengan beliau selalu ada saja nasehat yang disampaikan. Beliau selalu memotivasi dan menyemangati dalam meniti pendidikan dan berkarier. Bahkan beliau juga berbagi inspirasi dalam bentuk cerita lama dengan candaan khasnya. Bukan saja mengingatkan masa lalu di kampung tapi juga candaan ala Manggarai yang unik dan kaya pesan.
Keempat, budayawan yang memahami dan mencintai budaya Manggarai dan Bima. Sepengatahuan saya, salah satu tokoh yang sangat paham dan mencintai Manggarai dan Bima adalah Pua Usman. Dalam beberapa pertemuan beliau selalu menjelaskan keluhuran sekaligus keterikatan atau hubungan yang kental antar budaya Manggarai dan Bima. Beliau menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami dan lagi-lagi sering mengundang tawa. Bahkan menggunakan dialeg "Bambor", tempat asalnya. Dalam beberapa tulisan beliau selalu menegaskan bahwa Manggarai dan Bima adalah saudara dalam banyak hal, bukan sekadar karena letaknya yang dekat. Sehingga beliau pun menjadi sosok yang bisa bergaul dengan siapa pun dan kalangan mana pun.
Salah satu karya dari beberapa karya sastranya yang diterbitkan menjadi buku adalah "Ketika Cinta Terbantai Sepi". Buku ini merupakan kumpulan puisi beliau selama beberapa tahun yang diterbitkan oleh Penerbit Adnan Printing, tahun 2011. Buku ini pernah dibedah di SMAK Ignatius Loyola Labuan Bajo, pada tahun 2011, tempat beliau mengajar awal era 1990-an silam. Selain menulis buku, beliau juga sering diundang sebagai narasumber di berbagai forum sastra, kepenulisan, bedah buku dan forum kegiatan kebudayaan Nusantara. Baik yang dilaksanakan di Labuan Bajo dan Bima maupun di Sulawesi, Jawa, Kalimantan dan Sumatra, bahkan di luar negeri seperti Malaysia.
Meninggalnya Pua Usman mengingatkan saya pada acara bedah buku saya dan sahabat saya Mohamad Achyar yang berjudul "Selamat Datang Di Manggarai Barat" di Hotel Pelangi, Labuan Bajo, pada 2 November 2019 silam. Saat itu beliau diundang sebagai pembanding bersama Pak Marsel Agot (Pastor) serta Keynot Speaker Agustinus Ch. Dulla (Bupati Manggarai Barat saat itu), lalu Harun el-Rasyid (tokoh muda Manggarai Barat) sebagai moderator. Saat itu, beliau langsung datang dari Bima ke Labuan Bajo. Sehingga forum yang dihadiri ratusan undangan dan peserta itu pun semakin bermakna.
Belakangan, saya sering berbincang dengan beliau lewat HP dan akun Facebook perihal kepenulisan termasuk rencana kami untuk menulis buku secara kolaboratif dengan penulis lain di Manggarai Raya utamanya lagi Manggarai Barat. Rencananya kami akan menulis buku tentang cerita rakyat masing-masing kampung di Manggarai Barat. Namun karena kesibukan beliau dan beberapa kali sakit, akhirnya rencana ini belum bisa diwujudkan. Apapun itu, Pua Usman telah menjalankan peran terbaiknya bagi kita, dunia sastra dan kepenulisan juga bagi budaya Manggarai dan Bima. Selamat jalan panutan terbaik kami: Pua Usman D. Ganggang! (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Aku, Kamu dan Kata yang Kita Torehkan".
Komentar
Posting Komentar