Jangan Tergoda Sama Mantan!


SIAPA yang pernah berpacaran dengan seseorang lalu putus, kemudian hendak kembali lagi? Atau, siapa yang pernah menjadi pasangan halal, menemani seseorang selama sekian waktu, lalu karena cerai akhirnya berpisah, dan kini hendak kembali bersamanya? 

Atau mungkin ada yang pernah terpikirkan untuk balikan ke satu rumah lagi setelah bercerai sekian waktu karena tergoda oleh si dia? 

Pertanyaan semacam itu bisa jadi melukai hati atau perasaan siapapun di luar sana. Itu hal yang wajar. Sebagai manusia kita sangat pantas marah, kesal atau apalah namanya. 

Ingat, sadarilah setiap kita sejatinya istimewa dan spesial. Bayangkan saja, ada banyak orang di luar sana yang hidupnya diuji dengan berbagai macam ujian, lalu mengalami penderitaan hebat dan tak bisa apa-apa lagi. Sementara kita masih kuat dan tak bergeser dari komitmen untuk mencintai diri kita sebelum dicintai oleh siapapun di luar sana. 

Kita mungkin menderita, tapi kadarnya tak seberat derita yang dialami atau dirasakan oleh mereka di luar sana. Bahkan kita tergolong hebat, karena masih bisa bertahan hidup dan meniti karir. Di luar sana, tak sedikit yang menyudahi hidupnya dengan cara tragis.  

Kembali ke pertanyaan awal, ya setiap kita memiliki hak untuk memilih antara kembali atau menyudahi, selamanya. Tapi ingat, bila pacaran itu hanya menyesakkan dada, membuang-buang waktu dan mendatangkan maksiat, sudah deh mendingan udahin aja. Selamanya, jangan coba-coba lagi! 

Kita tak ada kewajiban untuk mencintai dia secara berlebihan yang sejatinya bukan jodoh kita. Toh dia bukan siapa-siapa, sama saja dengan mereka di luar sana. Kalau niat serius, mestinya langsung mengajak ke KUA. Faktanya, cuma main kucing-kucingan. Katanya cinta, nyatanya nista. Kita mau menderita dan terus-terusan terluka karena cinta palsu alias basa-basi itu? 

Bila kita pernah bersama dalam satu rumah tangga, lalu karena satu dan lain hal bercerai atau berpisah, tiba-tiba kini ia hendak balikan sama kita, keputusan tetap pada setiap kita masing-masing. Kalau kita hendak balikan, ya boleh saja. Itu pilihan hidup namanya. Tapi kita mesti siap menanggung beban berat yang bakal kita rasakan nantinya. Bisa jadi kita bakal merasakan penderitaan lebih berat dari apa yang kita rasakan di masa lalu bersamanya. 

Kita pernah mengalami pengalaman hidup yang sangat berat, dan akhirnya kita memilih untuk berpisah. Lalu, kini kita hendak balikan demi tabungan derita yang terus bertambah, atau benar-benar ingin membangun rumah tangga yang sesuai dengan prinsip syariat Allah? 

Katakanlah, kala itu kita memilih jalan berpisah karena kita sadar bahwa kita sudah tak mampu bersatu lagi. Kita sudah memberi waktu untuk saling berbenah, namun semuanya sudah tak bisa dipertahankan. Akhirnya kita benar-benar berpisah dengan dia dengan cara terhormat: cerai di sidang pengadilan. 

Dalam sekian waktu kita sudah belajar berbenah dan hidup mandiri, mungkin bersama anak-anak kita atau keluarga kita sendiri tanpa dia atau mantan yang pernah mencintai kita. Pada sekian waktu itu kita telah menemukan diri kita yang unik, kreatif dan lebih matang, bahkan lebih bahagia.

Lalu karena satu dan lain hal, dalam momentum tertentu kita merasa ada yang menarik dari dia. Kita merasa bahwa dia sepertinya masih memiliki rasa cinta pada kita. Ah entahlah, mungkin kita agak gila atau terhipnotis pada rupa atau tampang yang sejatinya bisa diolah agar terlihat wah. Apakah itu asli atau palsu, entahlah!    

Apa kita tak malu karena sudah pernah bersama lalu berpisah dan kini hendak bersatu kembali? Kalau Lillah itu tak mengapa. Tapi kalau untuk selain Allah, mendingan jangan! Ingat, jangan pernah tergoda sama mantan. Entah mantan pacar, mantan suami atau mantan istri kita. Cukup sudah masa lalu yang pedih dan terluka. Luka yang pernah kita alami tak perlu diperpanjang hingga kita kembali tersakiti. 

Kini, kita hanya punya peran untuk membenahi diri kita, atau mungkin anak-anak kita dengan segala potensi yang kita punya. Kita tak perlu menghabiskan waktu untuk memikirkan si dia yang pernah menjadi bagian dari masa lalu kita. Masa lalu yang melukai tak layak dikembalikan di kehidupan kita saat ini dan nanti. Selamanya, tak perlu. 

Kita tak perlu kembali pada kondisi dimana kita memulai derita dan derita berat lalu akhirnya benar-benar berpisah. Sekarang, kuatkan hati, jaga perasaan dan terus berbenah diri. Jangan buka ruang dan jangan beri waktu untuk dia yang memang sejatinya bukan siapa-siapa lagi bagi kehidupan kita. Jangan pernah memberi waktu untuk derita yang berulang-ulang. Sungguh, Allah bersama hamba yang mampu bersabar dan sadar!  (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Ketika Allah Memilihmu" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Anatomi dan Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Qur’an