Belajar Pada Muhammadiyah


MUHAMMADIYAH didirikan pada 18 November 1912 bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 H di Kampung Kauman, Yogjakarta, oleh Muhammad Darwis yang dikenal Kiai Ahmad Dahlan atau Kiai Dahlan. Muhammadiyah dikenal sebagai salah satu organisasi berbasis massa Islam yang merujuk kepada al-Quran dan as-Sunnah serta menempatkan ijtihad sebagai jalan tempuh menemukan hukum dan solusi atas berbagai permasalahan keumatan dan kebangsaan pada momentum kekinian. 

Dari tahun ke tahun Muhammadiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Berbagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) pun muncul di mana-mana, di seluruh pelosok Indonesia bahkan di beberapa negara di luar negeri. Lembaga pendidikan dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SMK atau sederajat hingga perguruan tinggi muncul di berbagai tempat. Lembaga kesehatan, sosial, ekonomi dan sebagainya juga terus tumbuh seiring perkembangan zaman. Muhammadiyah pun bukan sekadar bermanfaat tapi juga berdampak bagi masyarakat. 

Saya berpengalaman selama 7 tahun di salah satu majelis di Muhammadiyah yaitu Majelis Pustaka dan Informasi (MPI). Di sini saya merasakan betapa Muhammadiyah memberi ruang yang sangat terbuka lebar untuk pengembangan potensi diri sesuai minat dan bakat saya. Saya menulis opini tentang Muhammadiyah terhitung sudah 150-an opini. Pada berbagai forum dari tingkat pusat hingga daerah saya berupaya untuk hadir dan membuat tulisan atau opini yang berkaitan dengan kegiatan yang sedang berlangsung. Termasuk ketika kelak saya menjadi Anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP). 

Salah satu hal yang unik lagi di Persyarikatan yang dihuni oleh sekitar 50-an juta orang ini adalah keterbukaan dalam pemikiran keagamaan dan berkemajuan dalam pengamalan ajaran agama. Dengan demikian, di Muhammadiyah, perbedaan pendapat itu sangat mungkin ada. Hal lain, Muhammadiyah juga membebaskan kadernya untuk aktif di lembaga atau institusi apapun sesuai dengan minat dan profesinya. Sehingga kader  Muhammadiyah ada di mana-mana dan dikenal profesional dalam bidangnya.  

Selain itu, di sebagian besar AUM terutama pendidikan dan kesehatan, bukan saja mengakomodir kader Muhammadiyah, tapi juga umat Islam dari ormas Islam lainnya. Bahkan tak sedikit perguruan tinggi Muhammadiyah yang menerima mahasiswa non muslim. Tak sedikit dosen di berbagai kampus Muhammadiyah juga yang berlayar belakang non Muhammadiyah dan non muslim. Mereka nyaman menempuh pendidikan dan berkarier di AUM. Muhammadiyah pun terus berdenyut melintasi batas latar belakang dan diterima oleh semua kalangan.   

Buku Baru Tentang Muhammadiyah 

Alhamdulillah bunga rampai opini saya seputar Muhammadiyah terbit juga. Buku setebal 175 halaman ini merupakan bunga rampai atau antologi artikel saya yang membahas seputar Muhammadiyah: ide dan pemikiran tokoh, geliat amal usaha dan kontribusi sosialnya. Di samping apresiasi atas berbagai lakon Muhammadiyah dan para tokohnya selama ini. Di samping sebagai apresiasi saya pada momentum Milad Muhammadiyah ke-111 tahun 2023 dan ke-112 tahun 2024 lalu.  

Buku berjudul "Muhammadiyah: Ide, Narasi dan Karya" ini diterbitkan oleh Zahir Publishing pada Februari 2023 lalu. Berita baiknya, hampir semua opini yang ada dalam buku terbitan Februari 2023 ini pernah dimuat di berbagai surat kabar dan media online sejak 2016 silam hingga Januari 2023. Karena rerata pernah dipublikasi, dapatlah dikatakan bahwa isi buku ini tidak asing bagi pembaca, terutama mereka yang aktif membaca tulisan saya di berbagai surat kabar dan media online, termasuk di website resmi Suara Muhammadiyah dan website Muhammadiyah Jawa Barat.   

Saya berpandangan bahwa menulis adalah cara sederhana mengapresiasi realitas dan fenomena di sekitar, termasuk seputar Muhammadiyah. Bagaimana pun, Muhammadiyah merupakan persyarikatan tertua di Indonesia yang sejak awal fokus pada advokasi dan kontribusi pada upaya pencerahan dan pencerdasan masyarakat melalui berbagai amal usaha: pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan sebagainya. Rekam jejak dan kontribusi Muhamadiyah bagi bumi pertiwi tak bisa dianggap remeh.  

Buku ini tentu belum mewakili seluruh sepak terjang Muhammadiyah dari awal hingga saat ini. Apalah lagi sekadar opini atau tulisan apresiasi atas berbagai hal di Muhammadiyah, tentu sangat tak cukup mampu menjelaskan Muhammadiyah seutuhnya. Walau demikian, saya optimis bahwa dengan cara semacam inilah saya bisa belajar untuk mengungkapkan apa yang pantas saya sampaikan kepada pembaca. Semoga karya sederhana ini menjadi penambah amal jariyah saya di persyarikatan warisan Kiai Ahmad Dahlan ini!

Muhammadiyah telah dan akan terus tumbuh menjadi persyarikatan yang menghadirkan pemahaman keislaman yang ramah, mencerahkan dan memajukan. Pemahaman keagamaan yang dikembangkan Muhammadiyah menjadi cetak biru upaya memajukan umat dan bangsa serta turut serta dalam mewujudkan tatanan global yang beradab, humanis dan berkeadilan. Dengan begitu, Muhammadiyah memiliki reputasi yang jelas di level lokal dan nasional hingga internasional. Organisasi ini bukan organisasi kaleng-kaleng! 

Muhammadiyah telah melahirkan ribuan pemikir, cendekiawan dan intelektual yang berada di papan atas negeri ini. Gagasan mereka selalu khas dan menarik untuk dikaji atau diperdalam oleh kalangan mana pun. Para kader Muhammadiyah juga aktif di berbagai institusi atau lembaga. Muhammadiyah pun bukan sekadar melahirkan para ulama yang giat tapi juga pemimpin yang berkarakter Negarawan. Sehingga sampai detik ini kader-kader dan para tokoh Muhammadiyah dikenal profesional, tahan banting dan berintegritas. Terima kasih Muhammadiyah, terima kasih Kiai Dahlan! (*) 


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Muhammadiyah: Ide, Narasi dan Karya" 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Anatomi dan Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Qur’an