Jangan Lupa Rute Jalan Pulang!


SETIAP kita berasal dari sana, lalu tercipta kembali untuk hidup di sini dalam waktu sesaat. Kelak, kita bakal kembali ke sana: tanah. Namun tak sedikit diantara kita yang ingin hidup di dunia berlama-lama. Bahkan hendak menggapai semua keinginan padahal sebagian besarnya hanyalah angan-angan belaka. Membangun kesadaran diri agar bisa kembali pulang dengan bekal terjaga adalah keniscayaan. Ini bukan pekerjaan sekali jadi, tapi butuh waktu dan proses panjang. 

Bila selama ini kita terlalu tergantung pada  manusia, baik keinginan maupun seleranya, maka saatnya untuk berhenti lalu kembali ke jalan yang seharusnya. Pulanglah pada sebuah kepercayaan diri kita sendiri. Kita harus optimis bahwa sebanyak apapun dosa kita, Allah Maha Pengampun. Bila selama ini kita mengabaikan mereka, yang seharusnya kita pedulikan, maka pulanglah. Bersama mereka, ada lahan luas untuk beramal dan menenun kegembiraan yang terbentang luas untuk kita. 

Diantara langkah yang dapat kita tempuh agar sukses melangkah pada jalan pulang adalah sebagai berikut. Pertama, ingat dan pahami tujuan kita diciptakan. Kita tercipta untuk menghamba kepada-Nya. Allah berfirman, "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku." (QS. al-Zariyat: 56). Kita harus berani mengatakan dan menjalankan apa yang semestinya kita lalui berdasarkan titah suci Sang Khaliq yaitu Allah. 

Kedua, ingat dan pahami asal muasal kita diciptakan. Kita berasal dari tanah dan bakal kembali ke tanah. Allah berfirman, "Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.” (QS. As-Sajdah: 7-8). Dengan mengingat dan memahami asal, kita tersadarkan betapa kita bukan siapa-siapa. Kita pun mestinya tidak sombong dan angkuh dalam menjalani kehidupan. 

Ketiga, ikuti para teladan sebagai contoh terbaik. Dalam menjalani kehidupan dunia yang penuh fitnah dan ujian, kita mesti memiliki teladan sebagai contoh. Mereka adalah pemimpin yang memberi kita contoh bagaimana semestinya kita menjalani kehidupan ini. Manusia teladan yang utama adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Allah berfirman, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. al-Ahzab: 21) 

Keempat, banyak berdoa kepada Allah. Berdoa bukan saja merasa berdosa, tapi juga berupaya untuk berbenah diri. Kita harus berani kembali dan menghitung diri kita dalam perjalanan kehidupan dunia menuju kehidupan panjang bahkan abadi. Di waktu pagi, siang, petang dan malamnya, kita harus berani meniti jalan pulang dengan benar. Bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya. Seperti pesan Hasan al-Bashri, "Seorang hamba akan tetap berada dalam kebaikan selama ia masih bisa menasihati dirinya sendiri dan selalu memelihara untuk menghitung-hitung dirinya sendiri."

Ala kulli hal, jangan terlambat pulang ke jalan dan cita-cita suci yang kita canangkan sejak lama. Ke jalan jati diri yang telah kita teguhkan selama ini. Karena bisa jadi kita kerap melenceng dari jalan yang benar. Sadar atau tidak kita sadari, kita menyimpang ke arah yang salah. Bagaimana pun, tak sedikit yang terkecoh dan salah melangkah sehingga lupa rute jalan pulang. Mereka tak selalu orang lain di luar sana, sebab bisa jadi orangnya adalah diri kita sendiri. Selagi masih ada waktu, jangan patah dari keyakinan bahwa kita dapat melakukannya. Kita bukan saja bisa mengingat, tapi juga menempuh jalan pulang dengan sadar, sabar dan benar. (*) 


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Ketika Allah Memilihmu"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah