Doa Spesial untuk Dua Sosok Spesial


INI tentang dua sosok hebat dalam kehidupan saya. Mereka bukan orangtua kandung, tapi seperti orang tua kandung. Mereka bukan adik kandung Bapak saya dan bukan kandung Ibu saya. Tapi perhatian dan kasih sayang mereka saat saya kecil sangat saya rasakan. Bahkan benar-benar saya rasakan hingga saat ini. 

Kalau pulang ke kampung di Manggarai Barat, NTT, saya selalu berupaya untuk silaturahim, walau hanya beberapa menit. Dari keduanya saya selalu mendapat doa dan motivasi. Bahkan selalu siap menjadi pendengar setia bila bercerita panjang lebar. Sesekali mereka berbagi tawa dan senyuman. Bikin saya lega. 

Bapak dan Mama Koe adalah keluarga dekat Ayah dan Ibu saya sejak kecil. Saat di kampung, mereka bukan saja dekat secara fisik, tapi secara psikologis. Bila Bapa Koe suka berbincang dan bercanda berjam-jam dengan Ayah, sementara Mama Koe berbincang dan bercanda berjam-jam dengan Ibu. 

Saya banyak mengenal para leluhur dan cerita tentang tanah ulayat juga tentang masa lalu juga sosok Ayah itu dari Bapak Koe ini. Namanya Bapak Kias Mustafa. Bahkan bisa dibilang beliau adalah sosok yang paling dekat dengan Ayah saya. Benar-benar sangat dekat. Lebih dekat dari saudara kandung. 

Begitu juga Mama Koe, namanya Ibu Setiman, beliau sangat dekat dengan Ibu saya. Saya belum pernah menyaksikan orang lain yang sangat dekat dengan Ibu saya melebihi dekatnya dengan Mama Koe ini. Kalau bertemu, sekali duduk bisa berjam-jam. Mereka juga suka bercanda. Bikin tertawa asyik. 

Pada masa kecil hingga saat ini, keduanya selalu menyapa saya dengan sapaan akrab, "Dir". Walau saya berusia 42 tahun lebih dan sudah beranak 5, saya tetap senang mendengar sapaan itu. Jadi ingat kebaikan keduanya saat saya masih kecil dulu. Kalau liburan keduanya selalu memberi saya permen. 

Bagi saya, sapaan "Dir" adalah sapaan kasih sayang. Bukan sekadar nama pendek, tapi untaian kasih sayang. Saya benar-benar merasa dianggap ada dan sebagai anak. Sekali lagi, padahal bukan anak kandung. Saat saya melanjutkan pendidikan, Bapak dan Mama Koe inilah yang mendorong dan memotivasi saya. 

Kadang, kalau bertemu keduanya, saya selalu meneteskan air mata. Bukan karena sedih, tapi karena senang. Seketika seperti ada energi bila saya mencium tangan keduanya. Suatu ketika saya memegang tangan Mama Koe, saat beliau sakit, saya tatap wajahnya sembari mendoakan agar segera sembuh dari sakitnya. 

Beberapa tahun lalu saya bertemu Bapak dan Mama Koe di Wae Mata, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT. Saat itu Mama Koe masih sakit, sementara Bapak Koe terlihat sehat. Berapa hari ini saya mendapat kabar Bapak Koe sakit, ditemani Mama Koe yang sudah sehat. Keduanya terlihat selalu berdua. 

Bapak Koe artinya paman, Mama Koe artinya bibi. Walau bukan adik kandung Bapak atau bukan adik kandung Ibu, keduanya sosok yang bisa dibilang berposisi sebagai pengganti Ayah dan Ibu saya yang telah meninggal dunia. Mereka pengganti peran Ayah dan Ibu saya. Minimal menjadi pendengar setia. 

Ya Allah sembuhkan Bapak Koe dari sakitnya, begitu juga Mama Koe, berilah beliau nikmat sehat. Takdirkan keduanya sebagai orangtua bagi kami anak-anaknya yang selalu mendapat bimbingan, lindungan dan keberkahan dari-Mu. Berilah keduanya ridho dan rahmat-Mu. Berilah keduanya nikmat ikhlas dan sabar. Aamiin! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Anak Yatim Piatu 

Jawa Barat, Selasa 9/9/2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Anatomi dan Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Qur’an