Idul Fitri dan Spirit Istiqomah Dalam Ketaatan


Alhamdulillah pada Senin 1 Syawal 1442 H bertepatan dengan 2 Mei 2022 lalu, kaum muslim di seluruh dunia termasuk di Indonesia melaksanakan shalat idul fitri secara berjamaah di masing-masing tempat dimana diselenggarakan shalat idul fitri. Gemuruh takbir dan semangat saling memaafkan telah menghiasi hari kita kali ini, tentu pada saat yang sama secara khusyu kita juga melaksanakan shalat sunah idul fitri dua rakaat yang diakhiri dengan khutbah idul fitri. 

Kita sebagai bagian dari orang yang beriman kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, selalu berupaya agar seluruh amal soleh termasuk amal shaum dan ibadah atau amal soleh lainnya yang kita tunaikan selama ramadan diterima oleh Allah dan kelak dijadikan oleh Allah sebagai penambah berat amal kebaikan kita di hadapan-Nya. Harapan semacam itu sangat manusiawi, sebab kita adalah hamba-Nya, dan Allah Maha Tahu tentang siapa kita dan apa yang kita butuhkan, diantaranya diterimanya seluruh amal kebaikan. 

Menurut para ulama, tanda-tanda diterimanya amal soleh oleh Allah, diantaranya taat setelah taat. Maksudnya, ketaatan kita kepada Allah semakin menggeliat setelah kita melaksanakan ketaatan yang lain. Hal ini disebut juga dengan istiqomah, yaitu konsisten menjalankan ketaatan kepada Allah, terutama setelah melaksanakan satu ibadah atau amal soleh. Satu ibadah yang kita lakukan menjadi magnet bagi ibadah lainnya untuk kita lakukan secara rutin dengan kualitas yang semakin meningkat. 

Istiqomah adalah perintah Allah dan Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga menjadi manusia yang istiqomah dalam ketaatan adalah keniscayaan sekaligus kemuliaan. Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan kepada Allah lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.

Allah berfirman, “Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud: 112). Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Katakanlah, aku beriman kepada Allah dan aku beristiqomah atas iman tersebut” (HR. Muslim). Menurut Imam Nawawi, istiqomah artinya “Berusaha selalu untuk taat kepada Allah.” “Seutama karomah seorang dalam hidupnya adalah bisa istiqomah dalam ketaatan kepada-Nya”. (Ibnu Taimiyah).

Istiqomah yang paling berat adalah istiqomah pada ketaatan kepada Allah. Ketaatan yang dimaksud tentu ketaatan yang tidak boleh ditunaikan secara berlebihan atau mengada-ada dalam beragama. Dan karena itu, dalam beragama tidak boleh berlebihan, menjalankan ajaran yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang saja. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Langgeng dalam ketaatan dan istiqomah". (HR  Bukhari-Muslim). "Waspadalah kalian berlebih-lebihan dalam beragama, karena yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah berlebih-lebihan dalam beragama!" (HR. Bukhari) 

Keutamaan istiqomah diantaranya hidupnya tenang, nyaman, tidak khawatir berlebihan, langgeng beribadah kepada Allah dan kelak akan mendapatkan balasan terbaik di sisi Allah. Mereka akan merasakan ketenangan pada saat menjalani kehidupan dunia terutama untuk menjalankan ibadah atau taat kepada syariat-Nya. Mereka yakin akan Allah dengan mentaati seluruh ajaran-Nya tanpa ragu dan khawatir sedikitpun. Mereka ikhlas menjalankan ketaatan, tanpa sedikit pun ragu akan apapun yang menjadi perintah Allah untuk dilaksanakan maupun yang mesti dijauhkan. 

Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan kami ialah Allah,  kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Fushilat: 30-32)

Diantara yang bisa kita lakukan agar istiqomah, pertama, kita sendiri harus berusaha mempertahankan ibadah yang sudah kita biasa lakukan, tentu ibadah yang jelas dan tegas dalilnya dari sumber yang sahih. Misalnya, pada ramadan kita biasa shalat malam atau tarawih, maka di luar ramadan kita mesti membiasakan melaksanakan shalat malam atau shalat tahajut sekaligus witir. Bila pada ramadan kita terbiasa tilawah al-Quran maka di luar ramadan kita juga mesti berupaya untuk tilawah al-Quran. Begitu juga ibadah dan amal soleh lainnya. 

Ibadah yang istiqomah adalah ibadah yang terus dilakukan walaupun sedikit. Menjaga atau mendawamkannya adalah keutamaan. Jika dilakukan secara terus menerus, amalan itu akan menjadi amalan paling dicintai Allah sebagaimana disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang langgeng walaupun sedikit.” (HR. Bukhari). Lakukan ibadah dan amal-amal tersebut hingga ajal kematian tiba. Allah berfirman, “Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu”. (QS. al-Hijr: 99)

Kedua, bershaum enam hari Syawal. Upayakan agar ibadah sunah ini kita tunaikan sebagai upaya menjaga keistiqomahan kita dalam menjalankan ibadah kepada-Nya sesuai sunah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Karena itu jangan hanya menjadi orang yang mengenal ramadan saja, namun tidak mengenal bulan lain. Pesannya jelas, agar spirit ramadan menjadi spirit kita pada bulan lainnya dalam menjaga ibadah dan amal soleh lainnya. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Siapa yang bershaum ramadan kemudian diikuti dengan shaum enam hari di bulan syawal, maka ia seperti bershaum setahun penuh". (HR. Muslim) 

Ketiga, banyak berdoa kepada Allah. Jangan sampai kita beribadah hanya pada ramadan, lalu setelahnya ibadah kita kendor dan tak semangat lagi dalam beribadah. Makanya kita terus berdoa agar Allah menjaga kita dan terus membumbung kita pada jalan yang benar dan istiqomah dalam menjalankan ibadah atau ketaatan kepada Allah. Sungguh, tak sedikit hati yang berubah karena ujian dunia. Bahkan ada yang beriman pada paginya, lalu pada sorenya kufur. Makanya, kita diperintah untuk berdoa agar kita selalu mendapatkan petunjuk dari-Nya dan tidak tersesat dari jalan petunjuk-Nya. 

Allah mengajarkan kita dengan salah satu doa yang sangat mashur seperti yang Allah firmankan, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami." (QS. Ali 'Imran: 8). Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kepada kita sebuah doa yang juga mashur, seperti pada sebuah hadits beliau ketika beliau bersabda, "Doa terbanyak (yang sering dipanjatkan) beliau adalah ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ala diinik; wahai pembolak balik hati, teguhkan hatiku pada agama-Mu! (HR. Tirmidzi). Semoga idul fitri kemarin menjadi momentum terbaik bagi kita untuk menjaga dan meningkatkan kualitas ketaatan kita kepada Allah dan rasul-Nya, sehingga kita semakin istiqomah dalam ketaatan! (*) 


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku “Melahirkan Generasi Unggul”. Tulisan ini dimuat pada halaman 4 Kolom Wacana Radar Cirebon edisi Kamis 5 Mei 2022. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok