Mengapa Mesti Menulis Buku?


SETIAP mengikuti berbagai forum kepenulisan, baik itu bedah buku, pelatihan, workshop, dan sebagainya, baik yang diadakan secara ofline maupun online seperti zoom meet, google meet, dan serupanya, saya selalu menyaksikan atau mendengar pertanyaan klasik yang bisa dikatakan paling kerap muncul. Uniknya, pertanyaan ini bukan saja muncul dari mereka yang tergolong masih pemula di dunia kepenulisan, tapi juga dari mereka yang sudah lama bergelut di dunia yang akrab dengan abjad ini. Pertanyaannya, "Mengapa mesti menulis buku?" 

Pertanyaan tersebut terlihat remeh atau sepele, namun jawaban atas pertanyaan sangat menentukan kesungguhan seseorang dalam menekuni dunia kepenulisan hingga berhasil melahirkan buku sebagai karya andalan dan kebanggaannya. Apapun jawabannya, maka jawaban tersebut akan menjadi pendorong sekaligus energi yang akan terus memotivasi seseorang untuk terus menyediakan waktu khusus untuk mencicil tulisan, dari hal-hal sederhana hingga kelak menjadi karya yang terpublikasi, dalam hal ini buku. 

Bila ditelisik secara sederhana paling tidak ada beberapa jawaban sekaligus alasan mengapa seseorang mesti menulis buku. Pertama, menulis buku bisa mengabadikan ide, gagasan, pengalaman dan inspirasi. menulis buku dapat menjadi prasasti ide, gagasan, pengalaman dan inspirasi. Semua hal tersebut bisa dan lebih abadi dalam waktu yang cukup panjang bila didokumentasikan dalam bentuk buku. Sehingga semuanya terjaga bahkan kelak manfaatnya lebih banyak dan cakupannya lebih luas. 

Menulis dalam bentuk artikel memang baik sebab mudah dibaca dan biasanya pembahasannya singkat. Bahkan biasanya, membacanya pun hanya membutuhkan waktu yang singkat. Pesan yang disampaikan oleh penulisnya pun pada tulisan sejenis itu dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh pembacanya. Namun nasibnya tidak elegan dan abadi. Nasib buku biasanya lebih elegan dari bentuk jenis tulisan lainnya. Biasanya buku mendapatkan penghargaan pembaca untuk waktu yang lebih lama, sehingga ditempatkan pada tempat yang layak. 

Kedua, menulis buku bisa menjadi warisan bagi keluarga atau orang-orang tercinta. Salah satu hal penting dalam kehidupan seseorang adalah apa yang menjadikannya selalu dikenang. Biasanya ada dua hal penting yaitu kebaikannya atau kejahatannya. Menulis buku merupakan kebaikan, sebab biasanya apa yang ditulis dibaca oleh banyak orang sehingga manfaatnya terasa. Bisa jadi sebuah buku menjadi jembatan yang menyadarkan seseorang dari pecinta kejahatan menjadi pecinta kebaikan. 

Secara umum, ukuran ketebalan buku tentu jauh lebih tebal dari menulis artikel. Ulasan sebuah buku tentang tema tertentu tentu lebih luas daripada ulasan dalam bentuk artikel. Perspektif yang dibangun untuk menguatkan sebuah tema yang diulas pun jauh lebih kaya. Bahkan kadang kerap menghadirkan berbagai perspektif, sehingga pembaca tidak merasa digurui, tapi dihidangkan secara terbuka beragam perspektif untuk dinikmati sesuai selera dan cara pandangnya terhadap sesuatu atau tema tertentu. 

Buku yang berisi atau mengulas tema dengan perspektif yang kaya dan pembahasan yang mendalam dapat menjadi warisan kepada keluarga atau orang-orang yang kita cintai. Warisan tak selalu diposisikan sebagai peninggalan seorang bila kelak meninggal. Tapi juga sebagai kenangan yang selalu terwariskan kepada siapapun yang kelak membaca atau menikmati karyanya. Bisa jadi pada buku yang kita tulis ada pembahasan yang membuat pembaca termotivasi untuk memperbaiki diri, semangat dalam meraih impian, dan selalu terngiang untuk berkontribusi pada kepentingan banyak orang.

Saya sendiri suka menulis buku, pada saat yang sama suka juga menulis artikel. Bahkan rerata tulisan saya dalam bentuk buku merupakan bunga rampai tulisan saya dalam bentuk artikel yang pernah dimuat di berbagai surat kabar atau koran, media online dan blog pribadi saya. Saya menulis artikel sekadar untuk menyederhanakan karya tulis, sehingga tidak membosankan pembaca. Menulis artikel merupakan upaya mencicil penulisan buku. Biasanya, setelah menjadi artikel dan terpublikasi, saya menyimpannya ke dalam beberapa file naskah buku sesuai tema pembahasannya, lalu diterbitkan menjadi beberapa judul buku. 

Setiap orang tentu punya alasan yang membuatnya selalu terdorong untuk menulis buku. Biasanya bukan satu alasan tapi banyak alasan. Dari alasan moral, sosial, akademik, intelektual, warisan, hingga alasan materi dan jabatan tertentu. Tentu kita tidak bisa membatasi orang untuk menulis buku sesuai selera kita, sebab setiap orang punya alasannya masing-masing. Tapi paling tidak dua alasan tadi menjadi jawaban sederhana dari pertanyaan yang saya kutip di awal tadi: "Mengapa mesti menulis buku?". Semoga ulasan sederhana ini bisa menambah semangat bagi siapapun untuk menulis buku. Walaupun awalnya dengan mencicilnya dalam bentuk artikel sederhana. Selamat mencoba, dan mari berbagi pengalaman! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Spirit To Your Success" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok