Melawan Hoax dengan Menulis!


PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi selama beberapa tahun belakangan ini merupakan sebuah fenomena baru dalam keseluruhan tapak sejarah peradaban manusia. Berada dan hidup pada zaman yang serba teknologi semacam itu membuat siapapun dipaksa untuk menjadi bagian dari yang memanfaatkannya secara positif dan produktif, bukan sekadar menjadi korban dan mangsa. Sebab bila tak memanfaatkannya maka besar peluang bakal menjadi korban bahkan tergilas oleh teknologi itu sendiri. 

Pada kondisi demikian, salah satu yang mendapat perhatian dan prioritas adalah menekuni dunia kepenulisan hingga menghasilkan karya tulis yang terpublikasi. Teknologi adalah benda yang pada dasarnya bermata dua: positif dan negatif. Bila diisi dan digunakan untuk hal-hal yang positif sekaligus produktif maka ia pun bernilai positif sekaligus produktif, namun bila diisi dan digunakan untuk sesuatu yang bernilai negatif atau merusak maka ia pun bernilai negatif dan merusak. 

Siapapun menyaksikan betapa media yang berbasis teknologi dapat menjadi media yang produktif untuk menebarkan kebaikan atau hal-hal yang positif dengan tujuan menghadirkan kebermanfaatan bagi sesama dan lingkungan. Pada saat yang sama ia juga bisa menjadi media yang produktif untuk menebar kebencian, sesuatu yang bernilai negatif, kebohongan, berita palsu atau hoax, caci maki, penghinaan, kemarahan dan masih banyak lagi yang lainnya, yang semuanya mengarah pada pemanfaatan media secara serampangan. 

Sekadar contoh, khususnya di media online dan media sosial (facebook, instagram, line, whatsapp, Blakcberry Mesengger, Twitter, dan lain sebagainya), setiap hari kita bisa membaca berbagai konten yang terkategori sebagai konten negatif seperti  kebencian tanpa dasar, kebohongan, hoax, caci maki, penghinaan, kemarahan dan serupanya. Mereka yang menebar hal-hal semacam itu begitu giat menulis dan menyebar tulisannya ke berbagai media online. Pada saat yang sama, mereka juga menyebarnya ke berbagai akun dan group media sosial. Naifnya, tak sedikit diantara kita yang turut berkontribusi untuk menyebarkannya tanpa mengetahui isi dan substansinya. 

Silahkan direnungi sejenak, betapa serius dan telaten mereka dalam menghadirkan konten semacam itu. Mereka berani berkorban banyak hal, dari waktu, tenaga, pikiran hingga uang. Waktu istirahat mereka berani dikorbankan untuk tetap melakukan hal-hal yang bukan saja meresahkan tapi juga mengganggu kenyamanan kehidupan masyarakat luas. Bahkan dalam konteks tertentu malah menimbulkan konflik tertentu yang mengarah pada konflik sosial, SARA dan sebagainya. Pada kondisi demikian, mereka tetap melakukan apa yang mereka lakukan: menulis dan menyebarkan hal-hal negatif seperti hoax dan sebagainya.  

Bayangkan, kontennya negatif dan dilakukan untuk tujuan yang tentu saja bernyawa materi dan keterkenalan alias negatif, namun begitu giat mereka lakukan. Pertanyaannya, bila pembela konten negatif atau pemuja hoax saja begitu semangat dalam melakukan hal semacam itu, lalu bagaimana dengan kita yang ingin agar media online dan serupanya terisi oleh hal-hal positif dan bukan hoax? Bagaimana dengan kita yang anti konten negatif seperti caci maki, hina menghina dan kebencian tanpa dasar, apakah kita peduli dan tergerak untuk menulis sehingga media online dan sosial tidak dipenuhi oleh sampah alias hoax dan serupanya? 

Tak ada cara lain selain membangun kekuatan agar media online dan media sosial benar-benar terisi oleh konten yang bermutu, bermanfaat dan maslahat bagi semua. Salah satu cara yang bisa dilakukan agar hal semacam itu terwujud adalah menjadi penulis. Sebab dengan menulis, artinya kita sedang berupaya agar konten media terisi oleh hal-hal yang positif. Walaupun bukan penulis dalam pengertian berprofesi sebagai penulis, pada zaman ini menulis merupakan panggilan zaman. Kita mesti berperan dan mengambil bagian dalam menyudahi hoax dan berbagai hal-hal negatif lainnya. 

Pertanyaannya, apa yang mesti kita tulis? Sebetulnya apapun bisa ditulis, misalnya, tentang kehidupan kita dan di sekitar kita. Temanya juga beragam dan jenis tulisannya juga variatif. Ada yang berbentuk artikel, cerita pendek atau cerpen, dan sebagainya. Isinya juga bisa bernyawa motivasi, semangat, pengalaman, nasehat, dan serupanya. Intinya, kita berupaya agar media online dan media sosial benar-benar terisi oleh hal-hal positif. Bila itu yang terjadi maka akan dengan sendirinya hal-hal yang negatif dan hoax akan tersingkir. 

Pada saat yang sama, kita mesti berani bersikap, misalnya, tidak membaca dan menyebar konten-konten yang negatif seperti hoax dan serupanya. Kita mesti menghukum konten dan penulisnya dengan tidak membaca tulisan mereka, serta tidak menyebarkannya kepada siapapun dan media apapun. Kita hanya fokus menulis atau menyebarkan tulisan yang berkualitas dan bermanfaat ke berbagai media online dan media sosial sesuai kemampuan kita. Dengan demikian maka konten positif bakal mendominasi dan diminati oleh banyak orang. Singkatnya, jadilah penulis sekaligus penyebar konten positif yang bermanfaat dan maslahat bagi kehidupan bersama! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Santri Ponpes Nurul Hakim 1996-2002 dan Penulis Buku "Kalo Cinta, Nikah Aja!"  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok