Tergila-gila Menulis Buku Biografi Tokoh


MENULIS bukanlah sebuah aktivitas baru dalam kehidupan saya. Sebab saya sudah akrab menulis sejak sebelum menempuh pendidikan sekolah dasar, tepatnya di SD Katolik di Cereng, Golo Sengang, Sano Nggoang, Manggarai Barat, NTT. Ketika menempuh SD medio 1990-1996 pun saya sudah akrab menulis. Selain karena keterbatasan jumlah buku pelajaran, para guru yang mengajar kala itu memang lebih aktif mendikte pelajaran sehingga saya dan kawan-kawan terbiasa menulis di buku catatan. 

Saat menempuh pendidikan pesantren di Pondok Pesantren Nurul Hakim di Kediri, Lombok Barat, NTB medio 1996-2002, saya juga terbiasa menulis, tepatnya mencatat. Para Tuan Guru, Para Ustadz dan Kakak kelas yang mengajar saya dan kawan-kawan kala itu sering mendikte sehingga saya terbiasa mencatat setiap apapun yang saya dengar terutama materi-materi kajian juga pelajaran pondok dan sekolah. Sehingga kebiasaan semacam ini kelak saat kuliah di UIN Bandung medio 2003-2008, saya sudah terbiasa. Bahkan saya semakin tergila-gila untuk menulis. 

Belakangan, baik saat mengajar maupun saat awal menikah, saya juga akrab dengan dunia kepenulisan. Selain karena banyaknya komunitas literasi terutama kepenulisan yang saya ikuti, juga karena saya sempat bekerja sebagai editor di beberapa penerbitan buku. Saya bisa katakan saya pun semakin akrab dengan naskah buku. Bahkan bukan saja akrab tapi juga bercumbu dengan ratusan halaman buku. Dan itu setiap hari, termasuk akhir pekan saat orang lain berliburan. Bila mereka sibuk ke berbagai tempat wisata, saya fokus membaca dan menuntaskan berbagai naskah yang segera terbit atau naik cetak. 

Berkecimpung di dunia perbukuan membuat saya semakin terdorong untuk menekuni banyak hal, termasuk membaca berbagai buku yang berkaitan dengan sejarah tokoh, pemikirannya juga sepak terjang mereka. Hal ini terus berlanjut sehingga kelak pada 2020, awal masa pandemi, saya mulai merambah ke dunia penulisan buku biografi tokoh. Tak tanggung-tanggung, saat itu saya menulis biografi Walikota Cilegon, Bang Helldy Agustian. Dan saya merasakan betapa beliau sangat menghargai saya dan profesi saya sebagai penulis asal kampung yang hingga kini tak tersentuh jalan beraspal dan air PDAM. 

Di samping itu, saya juga menggarap alias menulis beberapa buku solo lainnya. Termasuk belasan buku yang saya garap bersama para penulis lainnya dari berbagai kota di seluruh Indonesia. Rupanya, ketertarikan saya pada penulisan buku biografi semakin tak terbendung setelah menulis buku biografi Bupati Lombok Tengah, Pak H. Lalu Pathul Bahri, yang kembali terpilih untuk periode 2025-2030. Sebab setelah itu saya pun menulis beberapa buku biografi tokoh termasuk perjalanan karier politik beberapa pengusaha sekaligus politisi. 

Mungkin pembaca ada yang bertanya, apa alasan saya sehingga semakin jatuh cinta untuk menulis buku biografi tokoh. Pertama, terinspirasi dari buku-buku biografi tokoh yang ada di perpustakaan buku rumah. Saya sendiri awalnya khawatir karena memang belum berpengalaman. Tapi setelah banyak membaca buku-buku biografi tokoh, termasuk yang ada di perpustakaan buku saya di ruang tamu rumah, saya semakin termotivasi dan percaya diri bahwa saya bakal bisa melakukan hal yang sama. Bagi saya, sesuatu yang baik, bila dipelajari insyaa Allah bakal bisa dilakukan, termasuk menulis buku biografi. 

Kedua, mendapat apresiasi para tokoh. Semua tokoh yang biografinya saya tulis dalam bentuk buku, sangat menghargai profesi atau pekerjaan saya. Mereka sangat menghargai apa yang saya tekuni. Semuanya membayar saya dengan harga setimpal. Memang ada perbedaan harga jasa penulisan bagi setiap tokoh, karena jarak dan biaya yang diperlukan dalam hal pengumpulan data dan sebagainya. Namun semuanya sangat menghargai saya. Bahkan rerata para tokoh membayar jasa saya di depan, bukan setelah naskah buku selesai disusun. Sehingga saya tidak mendapatkan kesulitan untuk kebutuhan data, survei dan sebagainya. 

Ketiga, buku biografi tokoh mengungkap hal-hal inspiratif. Selama ini saya menulis biografi tokoh karena tertarik pada pengalaman hidup, nilai-nilai dan rekam jejak para tokoh yang ditulis. Mereka memiliki pengalaman yang sangat berkesan dan mengandung pesan bermakna. Bagi saya, apa yang mereka alami dan jejaki bukan saja layak dibaca pembaca di luar sana, tapi terutama dan pertama adalah untuk saya sendiri. Saya banyak mendapat inspirasi dan motivasi dari pengalaman dan rekam jejak para tokoh yang saya ulas. Bagi saya, itu sangat berharga, lebih berharga dari uang yang saya peroleh karena menulis tentang mereka. 

Keempat, buku biografi bikin penasaran. Berdasarkan pengalaman lima tahun terakhir, setelah menulis belasan buku biografi, saya semakin penasaran. Misalnya, saya menulis biografi Pak Aminudin Ridwan. Beliau adalah pengusaha permen jahe dengan brand 61 asal Cirebon, Jawa Barat. Saya juga menulis buku biografi Kang Dedi Mulyadi, gubernur Jawa Barat periode 2025-2030. Walau selesai menulis, saya tetap penasaran untuk menekuni dan mendalami pengalaman dan rekam jejak dunia tokoh ini. Sebab mereka terkahir dari keluarga yang secara ekonomi tidak seberuntung sekarang. Tapi mereka sukses meniti karier hingga sampai ke titik puncak. 

Menulis buku biografi memang sangat menantang. Saya merasakan itu sejak awal hingga saat ini. Saya dipaksa untuk banyak membaca dan menelisik kehidupan para tokoh, baik dari jarak jauh maupun dari jarak dekat. Saya harus menggunakan pola investigasi. Misalnya, berkomunikasi dengan orang-orang yang menurut saya mengetahui sang tokoh. Saya tak selalu memberi tahu sang tokoh. Saya datang dan berkomunikasi di belakang layar. Sehingga saya mendapatkan informasi yang utuh tentang sang tokoh. Bahkan bila di luar kota, harus rela mengeluarkan uang tak sedikit.  Di samping waktu dan tenaga yang mesti dikorbankan. Tapi saya jalani semuanya dengan tulus dan penuh dedikasi. Memang sangat berat tapi semakin tergila-gila. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Kang Dedi Mulyadi: Memimpin dengan Hati" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah