42 Tahun Si Gila Literasi?
Namun demikian, saya juga khawatir, karena masih ada saja kesempatan yang saya lewati begitu saja tanpa ada karya. Kadang melakukan berbagai hal sejalannya saja. Tanpa karya satupun yang dihasilkan. Padahal kalau saja diisi dengan kegiatan yang benar-benar berguna, maka betapa banyak hal yang saya nikmati bahkan bisa jadi begitu banyak buku yang saya hasilkan dan bermanfaat bagi banyak orang. Termasuk menjadi warisan terbaik untuk anak-anak juga cucu-cucu saya kelak.
Saya menyadari bahwa nikmat umur adalah salah satu nikmat yang sangat berharga dalam kehidupan ini. Bagi saya, pertama, nikmat umur adalah kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang. Nikmat umur merupakan kesempatan bagi saya untuk tumbuh dan berkembang, baik secara fisik dan mental, maupun spiritual dan karya. Saya ingin detik-detik selanjutnya mampu saya isi dengan berbagai hal yang menumbuhkan dan mengembangkan potensi positif dalam diri saya.
Kedua, nikmat umur adalah rentetan pengalaman dan pembelajaran yang sangat berharga. Nikmat umur memungkinkan saya untuk memiliki pengalaman berkesan dan pembelajaran yang berharga. Dengan demikian, saya dapat belajar dan terus belajar hingga menjadi lebih bijak dalam menjalani kehidupan dan matang dalam meniti kehidupan selanjutnya. Berbagai kekurangan di masa lalu mesti diperbaiki, sehingga selanjutnya lebih baik dan bermanfaat.
Dan yang tak kalah pentingnya, ketiga, nikmat umur adalah kesempatan untuk membangun sekaligus menjaga hubungan dengan orang lain. Nikmat umur memberikan kesempatan bagi saya untuk membangun hubungan baik dengan orang lain, seperti keluarga, sahabat, dan komunitas. Selama ini saya berupaya melakukan itu dalam rangka mengokohkan giat saya di dunia literasi terutama kepenulisan. Koneksi dengan berbagai kalangan dibangun dengan sentuhan literasi dan karya literasi.
Keempat, nikmat umur adalah kesempatan untuk menambah manfaat dan berkontribusi pada kebaikan bersama. Nikmat umur memungkinkan saya untuk melebarkan sayap manfaat pada sesama dan berkontribusi pada upaya memajukan masyarakat dan bangsa. Tulisan seperti buku, opini dan serupanya adalah karya literasi yang sangat sederhana, tapi punya dampak yang signifikan. Minimal saya bisa meninggalkan warisan yang bermanfaat bagi istri dan anak-anak saya.
Di sela-sela suasana haru ini saya hadirkan empat buku karya kolaboratif baru yaitu (1) Indonesia Emas 2045, (2) Inspirasi 24 Tokoh Indonesia: Gagasan, Perjuangan dan Karya, (3) Never Give Up, Keep Fight!, dan (4) Mencintai Nurul Hakim Tanpa Tapi. Pada momentum ini saya juga menghadirkan tiga buku biografi yaitu (1) Aminudin Ridwan: Rekam Jejak dan Inspirasi Meniti Usaha Permen Jahe 61, (2) Lensa Hidup: Inspirasi dan Pengalaman Tri Handhono Kameraman Al Jazeera TV, dan (3) Bukan Orang Biasa. Kemudian yang terakhir adalah buku Si Gila Literasi: Syamsudin Kadir Di Mata Sahabat.
Dari seluruh buku tersebut, buku yang berjudul "Si Gila Literasi" menjadi buku yang mewakili perjalanan saya selama ini, sejak 2004 hingga saat ini, di dunia literasi terutama kepenulisan. Buku ini merupakan kumpulan kesan, kenangan dan nasehat puluhan penulis dari berbagai kota di Indonesia yang beragam latar belakang termasuk latar profesi. Termasuk istri saya. Berita baiknya, pada buku setebal 166 halaman ini juga ada yang menyampaikan rasa kesal dan marah pada saya. Intinya, buku ini benar-benar orisinal dari para penulisnya. Bagi saya mereka adalah orang-orang hebat.
Saya harus akui secara jujur, bahwa saya sebetulnya tidak segila yang dituduhkan oleh para penulis. Di dunia kepenulisan saya tergolong pemula. Buku-buku saya juga tidak begitu familiar di kalangan pembaca. Karena saya juga kerap ditimpa rasa malas dan enggan. Ada saja alasan untuk membela diri hingga buku saya tak semewah buku penulis lain di luar sana. Makanya saya menulis dengan nada bertanya, "42 Tahun Si Gila Literasi?". Tapi tak mengapa, ini tamparan keras bagi saya agar terus berbenah, tingkatkan kualitas diri dan tak berhenti berkarya.
Terima kasih banyak kepada istri, anak-anak dan keluarga besar saya yang selalu mendoakan, mendukung dan memotivasi saya selama ini. Begitu juga para guru, senior dan kolega termasuk para penulis di seluruh Indonesia yang pernah menulis secara kolaboratif dengan saya selama ini. 60-an lebih buku termasuk buku biografi tokoh yang saya hasilkan selama ini menjadi saksi yang jujur dari niat baik, tekad dan kesungguhan juga pengorbanan selama ini. Semoga pena ini terus menari dan tak jatuh di tengah perjalanan sejarah yang tersisa! (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis 60-an Buku dan Ratusan Opini Di Berbagai Media Massa juga Media Online
Komentar
Posting Komentar