Menjaga Budaya, Menjaga Mabar


Salah satu kunci kemajuan Manggarai Barat (Mabar) adalah kita menjaga budaya dan adat istiadat daerah kita yang luhur. Saya tidak perlu menyebut satu persatu apa saja yang termasuk budaya dan adat istiadat Mabar. Sebab kita semua sudah maklum, bahkan sehari-hari hidup dalam bingkai budaya dan adat istiadat. Dalam berbagai momentum pun kita mendapatkan suguhan yang akrab dengan budaya dan istiadat Mabar. Baik dalam kontestasi politik, pesta pernikahan, syukuran, acara keluarga dan sebagainya. Bahkan tak sedikit dalam momentum HUT RI, pertandingan sepak bola, dan masih banyak lagi. 

Dalam jangkauan pengetahuan saya yang sangat terbatas, karena sejak 1996 sudah merantau ke berbagai kota di Lombok dan Jawa, paling tidak ada tiga hal penting yang perlu terus kita jaga. Pertama, sadar akan pentingnya budaya dan adat istiadat. Dua hal ini menjadi ciri khas sekaligus pembeda Mabar dengan elemen masyarakat yang berasal dari daerah atau kota bahkan negara lain. Budaya dan adat istiadat yang luhur menjadi panorama yang melekat pada diri kita bahkan Mabar itu sendiri. Dengannya kita mampu bertahan dari berbagai tantangan dan semakin percaya diri.  

Kedua, bertanggungjawab untuk menjaga budaya dan adat istiadat. Menjaga budaya dan adat istiadat Mabar merupakan kewajiban kita. Pemerintah sebagai elemen penentu di level kebijakan bisa mengambil peran di sektor kebijakan. Elemen masyarakat yang beragam dapat berperan secara kultural melalui berbagai forum dan event kultural. Karena memang kita tidak bisa membiarkan budaya dan adat istiadat kita tercerabut dan lenyap begitu saja. Bila dibiarkan begitu saja, maka suatu saat kita bakal merasakan kegersangan yang akut. Sekali lagi, kita harus bertanggungjawab untuk menjaga budaya dan adat istiadat kita. 

Ketiga, memastikan budaya dan adat istiadat kita berdampak pada kemajuan Mabar. Budaya dan adat istiadat sejatinya memiliki fungsi signifikan bagi pembangunan daerah kita. Tentu hal ini bisa dielaborasi melalui kebijakan strategis daerah dalam banyak bentuknya. Bahkan perlu ada penguatan secara struktural agar di setiap lembaga pendidikan tersedia pelajaran khusus tentang budaya dan adat istiadat Mabar. Pentas budaya dan adat istiadat juga perlu menjadi perhatian lebih dari semua elemen. Bahkan bila memungkinkan perlu juga didirikan museum budaya dan adat istiadat Mabar. 

Berbagai buku yang mengulas tentang budaya dan adat istiadat Mabar atau Manggarai Raya umumnya dapat kita baca di perpustakaan daerah atau perguruan tinggi yang ada di NTT. Atau bisa juga di perpustakaan nasional di Jakarta. Bahkan kita juga menemukan buku terlihat di perpustakaan NTB di Mataram. Bila memungkinkan para ahli, peneliti dan akademisi yang konsen pada penelitian budaya dan adat istiadat Mabar mengadakan sarasehan nasional membincang tentang budaya dan adat istiadat Mabar. Karya ilmiah mahasiswa seputar tema itu juga perlu dihimpun dan diterbitkan menjadi buku. 

Konsen pada budaya dan adat istiadat Mabar yang unik merupakan panggilan sejarah yang harus terus menggelora dalam jiwa kita. Bila kita terus menerus melakukan berbagai kajian dan pendalaman, maka dengan sendirinya semuanya terjaga dan mampu menjelaskan siapa kita saat berkunjung ke tempat lain. Kesadaran bahwa budaya dan adat istiadat Mabar adalah luhur memiliki urgensi tersendiri. Karena itu, semuanya menjadi agenda kita bersama. Kita tidak bisa menitipkan agenda besar ini pada satu kelompok atau pada pemerintah daerah saja. Kita semua harus berkolaborasi dengan baik dan terus menerus.  

Secara khusus sebagai kaum muda, apapun latar sosial dan profesi kita, kita punya tanggungjawab untuk menjaga sekaligus melestarikan budaya dan adat istiadat kita. Bahkan kita juga punya keharusan untuk mengenalkan kepada masyarakat luas, termasuk kepada daerah lain di luar sana. Hal ini sengaja kita pertegas karena kaum muda adalah pelaku sekaligus elemen utama yang menentukan sejarah Mabar ke depan. Bila kaum muda konektif dan konsen pada budaya dan adat istiadat Mabar maka sejarah Mabar dapat terus kita rajut menjadi sejarah yang sempurna dan dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah