Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

Menjual Jajan dan Koran untuk Biaya Sekolah dan Kuliah

Gambar
SEKADAR mengenang kembali pengalaman selama di bangku Sekolah Dasar atau SD, saya masih ingat, saya pernah berjualan jajan anak-anak. Kala itu, teman-teman di sekolah selain membayar dengan uang juga dengan kemiri atau biji jambu mete. Untuk beberapa kesempatan jajan yang saya jual diambil dari jualan Ibu saya. Namun untuk beberapa kesempatan lain saya beli sendiri lalu dijual kembali. Benar-benar pengalaman yang selalu saya ingat.  Pengalaman serupa terjadi juga di tanah rantauan sejak MTs hingga kuliah. Saya sengaja mengenang kembali, agar selalu terngiang dan tak terlupakan. Dulu tahun 1996-an ketika saya nyantri di Pondok Pesantren Nurul Hakim (Pondok NH) di Kediri, Lombok Barat-NTB, saya pernah sekitar 2 tahun lebih berjualan gorengan tahu dan tempe untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bayar SPP dan sebagainya.   Bahkan pada saat di Pondok NH saya juga berpengalaman makan 2 kali sehari selama setahun. Kemudian, makan sepiring bertiga selama setahun dan makan sepiring berdua selam

Perantau

Gambar
SEPENGETAHUAN saya, setelah mengenal dan menelisik lebih mendalam para perantau yang saya kenal, saya berani mengatakan bahwa diantara hal yang biasa dijaga oleh para perantau adalah tidak menceritakan dan mengumbar masalah hidup yang mereka miliki atau alami selama di tanah rantauan kepada keluarga atau siapapun. Mereka cenderung untuk tertutup perihal liku-liku kehidupan yang mereka lalui. Kecuali sesama perantau, mungkin saja saling berbagi. Namun secara umum, kondisinya sama. Sehingga tak perlu diumbar. Cukup tahu saja.  Bagi mereka, berbagi keceriaan, senyuman dan kegembiraan adalah lakon yang jauh lebih asyik dan bermanfaat. Bercanda diselingi dengan tawa dan senyum riang kerap menjadi santapan sekaligus mewarnai hari-hari mereka. Baik sebelum menikah maupun kelak ketika mereka sudah menikah. Bagi mereka, setiap detik adalah perjuangan dan pengorbanan. Bila mereka terlihat tertawa dan tersenyum itu hanya selingan agar kehidupan tetap seimbang dan terjaga.  Tapi itu bukan berarti

Menggiatkan Kembali Tradisi Literasi Ekonomi Ummat

Gambar
BERAKHIR pekan secara produktif adalah sebuah kondisi ideal yang sangat mungkin kita lalui. Baik dengan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan profesi maupun yang berkaitan dengan peningkatan kualitas diri pada aspek ilmu dan sebagainya. Saya sangat bersyukur kepada Allah karena pada hari ini Ahad 24 Oktober 2021 saya bisa menghadiri undangan pengajian bulanan pekan ke-4 yang diadakan oleh PD. Persatuan Islam (Persis) Kota Cirebon-Jawa Barat. Terima kasih banyak kepada sahabat baik saya Pak Edy Setyo atas undangannya.  Pada acara yang dihadiri juga oleh jamaah PD. Kabupaten Cirebon dan sekitarnya ini menghadirkan narasumber tunggal Kang Dr. Latief Awaludin, M.A.,M.E. Acara yang diselenggarakan di Masjid Al-Falah, Kedawung, Kabupaten Cirebon-Jawa Barat ini mengangkat tema yang menarik yaitu "Peningkatan Ekonomi Umat Melalui Koperasi Syariah". Sebuah tema pantikan yang perlu dikaji lebih mendalam oleh ummat Islam lintas organisasi.  Pada momentum ini Dosen STAIPI Bandung, DP

Mengokohkan Kontribusi PUI Untuk Ummat dan Bangsa

Gambar
HARI ini Ahad 24 Oktober 2021 saya menghadiri secara online acara pelantikan pengurus DPW Persatuan Ummat Islam (PUI) Sumatra Barat periode 2021-2026. Acara yang dihadiri oleh Ketua Majelis Syuro DPP PUI KH. Dr. Ahmad Heriawan, M.Si., Ketua Umum DPP PUI KH. Nurhasan Zaidi, dan Ketua DPW PUI Jawa Barat  H. Iman Budiman, M.Ag. ini juga dihadiri oleh unsur pengurus DPP PUI dan pengurus PUI lintas propinsi dan kota/kabupaten di seluruh Indonesia.  Acara yang diselenggarakan secara ofline di Kota Padang dan online (Zoom Meeting) ini dihadiri oleh unsur pemerintah dan DPRD propinsi Sumatra Barat, ormas Islam di Sumatra Barat, tokoh masyarakat dan tokoh adat Sumatra Barat dan pengurus DPW serta DPD PUI Se-Sumatra Barat. Acara ini sangat menarik karena mengangkat tema yang juga menarik, yaitu, "Mengokohan Peran PUI Sumatera Barat dalam Mewujudkan Persatuan Ummat". Walau dibatasi oleh Sumatra Barat, tema ini sejatinya sangat relevan bagi struktur dan jama'ah PUI yang ada di seluru

Transformasi Pemberdayaan Wakaf

Gambar
SALAH satu lembaga ekonomi syariah yang sangat berperan dalam pemberdayaan ekonomi umat adalah wakaf. Dalam sejarah, wakaf telah memerankan peran penting dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Hal-hal yang paling menonjol dari lembaga wakaf adalah peranannya dalam membiayai berbagai pendidikan Islam dan kesehatan. Sebagai contoh di Mesir, Saudi Arabia, Turki dan beberapa Negara lainnya pembangunan dan berbagai sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan dibiayai dari hasil pengembangan wakaf.  Kesinambungan manfaat hasil wakaf dimungkinkan oleh berlakunya wakaf produktif yang didirikan untuk menopang berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Wakaf produktif pada umumnya berupa tanah pertanian atau perkebunan, gedung-gedung komersial, dikelola sedemikian rupa sehingga mendatangkan keuntungan yang sebagian hasilnya dipergunakan untuk membiayai berbagai kegiatan tersebut. Sehingga dengan demikian harta wakaf benar-benar menjadi sumber dana dari masyarkat untuk masyarak

Dari Santri Untuk Indonesia

Gambar
DALAM sejarah perjalanan bangsa dan negara kita Indonesia, santri memiliki peran dan kontribusi besar yang tidak bisa dianggap remeh. Bahkan bisa dikatakan saham terbesar yang berperan dan berkontribusi pada perjalanan bangsa dan negara ini adalah kaum santri. Sehingga bisa dikatakan kaum santri tidak saja paham ayat kursi tapi juga ayat-ayat konstitusi negara. Mereka bukan saja menguasai kitab-kitab gundul atau kitab kuning tapi juga teori-teori kontemporer dari berbagai buku karya para tokoh dan ahli lintas ilmu pengetahuan.  Pertanyaannya, apa peran dan kontribusi kaum santri pada era penjajahan dan kemerdekaan? Sebetulnya ada begitu banyak peran dan kontribusi kaum santri dalam membangun sumber daya manusia Indonesia, termasuk dalam mengusir penjajah dan menghadirkan kemerdekaan Indonesia. Sejarah begitu jujur menjelaskan itu semua pada kita dan kepada siapapun penghuni bumi ini. Sehingga ada baiknya bagi kita untuk membaca ulang berbagai bacaan yang mengulas lakon mulia tersebut. 

Optimisme Mewujudkan Sekolah-Madrasah Unggul

Gambar
KITA mesti bersyukur karena penularan Covid-19 sudah mulai landai. Dalam laporan Kementrian Kesehatan melalui website resmi (www.kemkes.go.id), pada Selasa 19 Oktober 2021, disebutkan bahwa pasien yang pernah berstatus positif Covid-19 hingga kini sejumlah 4.236.287 jiwa, pasien yang sudah sembuh sejumlah 4.076.541 jiwa, dan pasien yang meninggal dunia sejumlah 143.049 jiwa. Hal ini tentu lebih membaik dari data beberapa bulan sebelumnya dan merupakan gambar gembira yang melegakan semua kalangan. Berbagai lembaga pendidikan pun mengapresiasi kondisi ini dalam beragam bentuknya. Secara khusus dari aspek pendidikan, terutama dalam menghadapi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin kompetitif saat ini, kita pun terhantui oleh pertanyaan sederhana: mungkinkah lembaga pendidikan unggul bisa diwujudkan?  Pada Rabu 20 Oktober 2021 saya mengikuti acara Seminar Nasional yang diselenggarakan atas kerjasama Persatuan Guru Nahdhatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Cirebon dan IAI Bunga

Mengenal Kembali Tiga Pendiri PUI

Gambar
SALAH satu organisasi berbasis masa Islam yang cukup tua di Indonesia adalah Persatuan Ummat Islam (PUI). PUI dalam bentuknya kini adalah organisasi keagamaan kemasyarakatan yang bermula, berasal, dan berkembang dari dua perhimpunan. Pertama, Jam’iyyah Hajatoel Qoeloeb yang berdiri di Majalengka  pada Senin, tanggal 17 Juli 1911 M/ 20 Rajab 1329 H sebagai perkumpulan. Tujuannya, mewadahi kegiatan taklim agama Islam yang sudah berlangsung sebelumnya dengan nama Madjlisoel ‘Ilmi, serta program pendidikan melalui madrasah I’anat al-Muta’allimin dan kegiatan sosial ekonomi melalui koperasi dan usaha pertanian. Jam’iyah Hajatoel Qoeloeb melalui rapat pengurus pada Selasa 16 Mei 1916 M/13 Rajab 1334 H, diubah menjadi Jam’iyah I’anat al-Muta’allimin. Namun, ketika diurus izinnya ke pemerintah Hindia Belanda, atas saran Haji Oemar Said Tjokroaminoto, namanya diubah menjadi Persjarikatan Oelama (PO) yang ditetapkan melalui besluit pemerintah pada Jum’at 21 Desember 1917 M/06 Rabbi’ul Awwal 1336

Optimisme Mewujudkan Sekolah-Madrasah Unggul

Gambar
KITA mesti bersyukur karena penularan Covid-19 sudah mulai landai. Dalam laporan Kementrian Kesehatan melalui website resmi (www.kemkes.go.id), pada Selasa 19 Oktober 2021, disebutkan bahwa pasien yang pernah berstatus positif Covid-19 hingga kini sejumlah 4.236.287 jiwa, pasien yang sudah sembuh sejumlah 4.076.541 jiwa, dan pasien yang meninggal dunia sejumlah 143.049 jiwa. Hal ini tentu lebih membaik dari data beberapa bulan sebelumnya dan merupakan gambar gembira yang melegakan semua kalangan. Berbagai lembaga pendidikan pun mengapresiasi kondisi ini dalam beragam bentuknya. Secara khusus dari aspek pendidikan, terutama dalam menghadapi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin kompetitif saat ini, kita pun terhantui oleh pertanyaan sederhana: mungkinkah lembaga pendidikan unggul bisa diwujudkan?  Pada Rabu 20 Oktober 2021 saya mengikuti acara Seminar Nasional yang diselenggarakan atas kerjasama Perguruan Tinggi Nahdhatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Cirebon dan IAI Bung

Dari Membaca Terbitlah Karya!

Gambar
Ahamdulillah pada Sabtu 16 Oktober 2021 sekitar pukul 21.40-22.30 WIB saya kembali mengikuti acara rutinan senior saya Bang Yusuf Maulana . Beliau adalah editor sekaligus penulis beragam judul buku. Sosok intelektual asal Cirebon yang kini berdomisili di Jogjakarta ini selalu tampil dengan gaya khasnya: tersenyum dan memantik denyut literasi di sekitarnya bahkan kaum muda Indonesia. Pada acara yang dimulai pukul 19.45 WIB ini membahas topik yang cukup menarik "Dari Membaca Terbitlah Buku" dengan menghadirkan tiga narasumber sebagai pemantik yaitu Mas Edo Segara, Pak Roni Haldi  (penulis buku "Lingkaran Pekat Muslihat") dan Pak M. Anwar Djaelani (Penulis buku "Warnai Dunia dengan Menulis").  Setahu saya ketiga narasumber ini merupakan sosok yang berpengalaman dalam dunia kepenulisan, baik sebagai penulis artikel dan buku maupun sebagai pembaca berbagai karya tulis lainnya. Masing-masing narasumber sudah punya buku dan aktif menulis di akun media sosial mere

Torang Bisa-Kita Orang Indonesia Bisa!

Gambar
PEKAN Olahraga Nasional XX, disingkat PON XX, atau PON Papua 2021 akhirnya ditutup pada Jumat 15 Oktober 2021 setelah dibuka pada Sabtu 2 Oktober 2021 lalu. Ia adalah ajang olahraga nasional utama Pekan Olahraga Nasional, yang diselenggarakan di Papua selama 2 pekan. Stadion Lukas Enembe menjadi lokasi utama penyelenggaraan edisi ini, baik upacara pembukaan maupun penutupan. Ajang ini semula akan diadakan pada tahun 2020, tetapi ditunda ke tahun 2021 sehubungan dengan pandemi Covid-19. PON XX kali ini menjadi yang pertama kalinya dalam sejarah diselenggarakan di bumi cenderawasih, Papua.  Seperti yang sudah diduga sejak awal dan rilis berbagai media massa dan media online, Jawa Barat (Jabar) akhirnya mampu sekaligus sukses mempertahankan gelar juara umum PON XIX Jawa Barat 2016 setelah menjadi juara umum PON XX Papua 2021 yang bermoto "Torang Bisa!". Jabar kokoh di puncak klasemen dengan torehan 353 medali yang terdiri dari 133 emas, 105 perak, dan 115 perunggu. Jabar unggul