Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

MELAWAN AKSI TEROR TERHADAP KEGIATAN ILMIAH DI KAMPUS UGM JOGYAKARTA! 

Gambar
PERHELATAN ilmiah kembali diancam. Mahasiswa pun diteror lagi. Kampus kembali dirong-rong. Seakan-akan kita hidup dalam negara yang masih saja terjajah oleh penjajah. Ya, praktik intimadatif, terutama di lingkungan pendidikan seperti kampus adalah sebentuk kolonialisasi. Kolonialisasi gaya baru ini bukan saja meresahkan tapi juga membuat kita menjadi tergoda untuk terus bertanya: negara ini mau ke dan di bawa ke mana?  Padahal kita sudah memaklumi bahwa kampus atau perguruan tinggi adalah istana akademik sekaligus tempat pergulatan intelektual. Silang pendapat dan pandangan terbuka lebar di sini. Mereka yang minus dalam nalar bakal terjepit dengan sendirinya. Tapi tak merasa terhina dina oleh kondisi semacam itu. Sebab semuanya dalam bingkai tradisi ilmiah. Amunisi perdebatan adalah ilmu pengetahuan dan produk penelitian ilmiah. Bukan tindakan intimidasi brutal: ancaman, teror dan rongrong.  Ya kali ini tindakan intimidasi dialami oleh salah satu kampus ternama di neg

MENJADI ORANGTUA SIAGA

Gambar
KINI kebahagiaan kami sekeluarga semakin bertambah. Minimal dalam keluarga kecil kami. Hal ini karena pada Kamis 9 April 2020 lalu, anak saya yang ke-4 Aisyah Humaira lahir dengan normal. Ia lahir tepatnya di sebuah rumah persalinan seorang Bidan ternama, di Kalitanjung, Kota Cirebon-Jawa Barat.  Bagi istri saya, ini adalah anak pertama yang terlahir dari rahimnya. Karena istri saya yang sekarang, Eni Suhaeni, baru saya nikahi pada 25 April 2019 setelah setahun sebelumnya (25 Oktober 2018) istri saya Uum Heroyati meninggal dunia karena sakit. Walau begitu, kedua anak saya yang ditinggal meninggal oleh istri saya sangat senang dengan istri saya yang baru. Mereka pun memanggilnya Bunda.  Istri saya yang meninggal bertepatan pada usia 33 tahun sendiri punya 3 orang anak. Anak pertama dan kedua kini bersama dengan saya dan istri saya yang baru. Sementara anak ketiga  meninggal pada Jumat 26 April 2018, sehari setelah Bundanya meninggal di sebuah Rumah Sakit di Kota Cirebon-Jawa

MENELISIK MASA DEPAN ANAK 

Gambar
ALAMDULILLAH anak saya yang diberi nama Aisyah Humaira yang lahir pada Kamis 9 April 2020 di Kota Cirebon-Jawa Barat, hari ini Kamis 14 Mei 2020 genap berusia 35 hari. Ia pun benar-benar masih bayi. Bahkan bayinya benar-benar bayi mungil.  Kehadirannya menjelang ramadan 1441 H menambah kebahagiaan saya dalam keluarga. Baik keluarga kecil maupun keluarga besar di berbagai kota di seluruh Indonesia. Termasuk kedua kakaknya Azka Syakira dan Bukhari Muhtadin yang sangat menyayanginya dan akhir-akhir ini makin gila baca buku.  Sebagai orangtua bagi mereka, saya dan istri saya Eni Suhaeni tentu sangat berharap agar mampu menjadi orangtua yang terbaik bagi mereka. Bagaimana pun, menjadi orangtua tak cukup menjadi orangtua secara biologis. Tapi perlu dielaborasi lebih lanjut dalam beragam aspek lainnya, sehingga menjadi orangtua teladan dan membanggakan bagi anak-anak.   Dengan begitu, anak-anak memiliki semangat yang tinggi untuk belajar menjadi generasi terbaik pada zamannya

MODAL ORANGTUA DALAM MENDIDIK ANAK

Gambar
MEMILIKI anak adalah harapan hampir semua pasangan suami-istri. Ia merupakan salah satu pangkal kebahagiaan bagi pasangan ini dalam hidup berumah tangga. Dalam bukunya "Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu Mudah dan Lebih Efektif" (2011) sahabat saya Wendi Zarman mengungkapkan, "Anak adalah tali pengikat pernikahan, karena dengan anak, suatu pernikahan diharapkan bisa lebih langgeng."  Sebagai dampak ikutannya, orangtua pun pasti berkaitan dengan tugas mulia yaitu mendidik anak. Mendidik anak adalah salah satu kewajiban sekaligus keniscayaan bagi orangtua bagi anak-anak. Kemampuan orangtua dalam menjalankan apa yang juga bisa disebut sebagai tugas sekaligus fungsi utama ini akan memberi dampak yang sangat serius bagi anak-anak mereka kelak.  Dalam menjalankan misi mendidik, orangtua tentu tidak hanya mengalami kondisi atau suasana yang menyenangkan, tapi juga akan berhadapan dengan kondisi atau suasana yang memberatkan atau menyulitkan. Sehingga ora

MENJADI GURU HEBAT, BISA!

Gambar
BEBERAPA bulan terakhir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia dilanda oleh sebuah bencana non alam: Covid-19 (Corona Virus Disease 2019). Dampaknya, sudah banyak orang yang terinveksi, bahkan tak sedikit nyawa yang melayang. Secara sosial, ekonomi dan pendidikan pun, virus ini memberi dampak yang luar biasa dahsyatnya.  Di Indonesia khususnya pada aspek pendidikan, agar dampaknya bisa diredam, maka sejak Maret 2020 lalu sejumlah perguruan tinggi mengeluarkan kebijakan pembelajaran tatap muka di kampus berpindah ke rumah. Dengan menggunakan berbagai media terkait, proses belajar dilakukan secara seksama sebagaimana biasanya. Hanya saja para mahasiswa berada di rumah.  Selain itu, sejak Maret 2020 pula sejumlah kepala daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota) di berbagai Propinsi, Kabupaten dan Kota juga mengeluarkan kebijakan melalui surat edaran Kepala Dinas terkait agar kegiatan belajar-mengajar di berbagai lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah diselenggarakan di

NETIZEN DAN MEDIA ARUS UTAMA BARU

Gambar
WAH saya mesti menulis tentang apa yang hari ini? Agak bingung dan jadinya bengong juga. Soalnya di luar sana lagi mendung. Baru selesai hujan. Sepertinya setelah ini mau hujan lagi. Bagus saja sih, tapi semoga tak banjir air lagi. Kalau banjir duit ya bolehlah. Apalagi di musim bencana non alam: Covid-19 ini, banjir duit boleh dan perlu banget.  Tapi tenang, walau pun mendung, pikiran dan hati saya masih ada untuk kamu. Ya kamu. Kamu yang membaca tulisan ini. Biar berbeda pendapat dan pendapatan, suasana mendung justru menjadi latar dan energi untuk berbagi inspirasi. Termasuk untuk kamu. Kamu pasti mau dan tuntas membacanya kan? Langsung saja ya. Begini. Beberapa tahun terakhir publik kerap mengkritik lakon sebagian media massa dan awaknya yang dinilai pro kekuasaan. Kekuasaan tak melulu Presiden, Menteri, DPR, DPRD, Gubernur, Bupati atau Walikota dan sebagainya. Tapi juga pengendali ekonomi. Atau bahkan elite media massa itu sendiri. Atau paling tidak media massa hany

GONTOR BERDUKA, KITA PUN BERDUKA! 

Gambar
HARI ini Senin 18 Mei 2020 bertepatan dengan 25 Ramadan 1441 di sela-sela menyelesaikan sebuah aktivitas bernyawa literasi, saya dikagetkan oleh status media sosial seorang teman yang alumni Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor.  Pada status WhatsApp-nya ia menulis, "Innalillahi wa inna ilaihi rooji'un. Telah meninggal dunia Bapak KH. Syamsul Hadi Abdan hari ini Senin 18 Mei 2020/25 Ramadan 1441 Pukul 09.15 WIB di RS. Soedono, Madiun, Jawa Timur."   Seketika hati saya seperti bergejolak dan tak langsung percaya. Agar tak terpapar berita hoax alias bohong yang akhir-akhir ini menjadi trend yang meresahkan, saya pun tak menunggu lama, tapi langsung mencari kepastian berita itu.  Beberapa media online yang memang bermutu dan layak dipercaya pun saya akses untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya. Ada sekitar 5 media online yang saya buka dan baca informasinya. Ternyata betul bahwa Kiai Syamsul, demikian beliau kerap disapa, benar-benar telah meninggal

KALAU CINTA, KE KUA AJA!   

Gambar
SEMUA orang punya rasa cinta. Baik untuk mencintai maupun untuk dicintai. Rasa yang berawal me dan di ini kerap membuat pemiliknya gundah gulana. Bukan saja tentang kepada siapa rasa itu diperuntukkan, tapi juga tentang kapan rasa itu menjadi halal diberikan atau diterima.  Dampaknya, tak sedikit yang berlama-lama dalam kesendirian. Dengan satu pemahaman bahwa jalan takdir pasti mempertemukannya dengan si dia yang menjadi dambaan atau harapannya. Karena keliru memahami takdir, akhirnya kesendirian dalam penantian tak disertai usaha atau bahkan menafikan ikhtiar.  Selain itu, ada juga yang berlama-lama dalam bingkai hubungan yang terlihat mewah dan menyenangkan tapi terisi cinta palsu dan penuh basa-basi atau manipulasi. Sebagian orang menyebutnya dengan pacaran. Pacaran pun ada banyak jenis dan pola interaksinya. Sesuai dengan standar para pelaku atau pemeluknya.  Sebagai upaya saling mengenal dengan calon pasangan yang kelak menjadi pasangan hidup selamanya memang itu perl

MELAHIRKAN GENERASI UNGGUL BARU

Gambar
PERHATIAN kita kepada dunia pendidikan memang sangat tinggi. Sebab pendidikan kerap dijadikan tumpuan kita dalam dua hal, pertama, sebagai sarana untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan yang kita hadapi sekarang dan ke depan;  kedua, sebagai sarana untuk membangun peradaban kemanusiaan yang semakin bermartabat dan berkemajuan.    Hal tersebut semakin relevan karena (1) akibat krisis dan tantangan global yang semakin kompleks, (2) kecemasan berbagai pihak terhadap kehidupan millenium ketiga atau era global, serta (3) tuntutan kompetensi untuk bersaing yang amat tinggi sekaligus tuntutan ketangguhan dalam menghadapi berbagai perubahan yang tak terduga.   John Dewey—dalam “Teologi Pendidikan” (Jalaludin, 2001)—menyatakan bahwa, “Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin ilmu.” Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa kita memang memerlukan pendidikan, tak terkecuali pend

MENGHITUNG DIRI, MERAIH KASIH SAYANG ALLAH

Gambar
Rasulullah, Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, “Allah mempunyai seratus rahmat (kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat (dari seratus rahmat) kepada jin, manusia, binatang, dan hewan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas-kasih dan berkasih sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi anak-anaknya. Dan (Allah) menangguhkan sembilan puluh sembilan bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti.” (HR. Muslim) Dari hadits di atas tertera sangat jelas, bahwa baru satu saja rahmat yang Allah turunkan ke bumi, dampaknya sangat luar biasa bagi seluruh makhluk di bumi. Lalu, bagaimana jadinya jika semua rahmat itu diturunkan ke bumi? Pertanyaan yang tentu saja jawabannya tidak tuntas di dunia, sebab Allah sudah pasti menyediakan sisa rahmat-Nya bagi kehidupan akhirat hamba-hamba-Nya. Jika demikian, bagaimana caranya agar rahmat yang tersisa tersebut dapat kita raih kelak di akhirat? Pertama, dengan cara m