Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

Membangun Indonesia Dengan Ruh

Gambar
JELANG bergantinya tahun, di usia yang ke-76 Indonesia merdeka cukup banyak capaian pembangunan fisik yang dilakukan. Pembangunan infrastruktur seolah menjadi strategi dalam memaknai pembangunan bangsa. Namun, kita harus mengevaluasi secara seimbang, bahwa pembangunan fisik tersebut harus juga diiringi dengan pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia atau SDM-nya. Data yang dirilis World Economic Forum (WEF) di awal tahun ini, menunjukkan bahwa daya saing SDM Indonesia menempati peringkat ke-50 dari 141 negara di dunia. Posisi tersebut bila dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia jauh di bawah Singapura yang menempati urutan pertama dan juga kalah dibanding Malaysia yang berada di peringkat ke-27, serta Thailand yang berada di urutan ke-40. Dari dimensi karakter, hasil survei karakter siswa Indonesia yang dilaksanakan Kementrian Agama tahun 2021 secara rata-rata menghasilkan angka indeks yang menurun dibandingkan hasil indeks tahun lalu (2020). Lima dimensi yang dijadikan o

Menanti Aksi Nyata Majelis Ormas Islam

Gambar
Alhamdulillah hari ini Kamis 30 Desember 2021 saya mendapat kesempatan untuk mengikuti acara Muhasabah Ahir Tahun 2021 yang diadakan oleh Majelis Ormas Islam (MOI). Acara yang dimulai pukul 16.00 WIB-selesai dan dimoderatori Ustadz Fakhrizal Idris ini dihadiri oleh hampir seluruh pimpinan Ormas Islam, di samping perwakilan masing-masing Ormas yang menyatu dalam wadah MOI. Acara ini diselenggarakan secara online di Zoom Meeting dan disebarluaskan di beberapa akun media sosial. Melalui tulisan ini saya mohon maaf kepada para sesepuh, ulama dan pemimpin umat karena saya menyaksikan acara ini sambil berbaring karena sakit. Sesekali saya bangun, namun lebih banyak berbaring.   Dalam daftar informasi yang saya saksikan, puluhan pimpinan Ormas hadir memberikan sambutan, di samping ratusan peserta dari berbagai Ormas Islam yang berasal dari seluruh kota di Indonesia, bahkan luar negeri. Diantaranya KH. Nazar Haris (Ketua Presidium Majelis Ormas Islam, MOI), Prof. Dr. Didin Hafidhuddin (Ketua U

Mensyukuri Nikmat Sehat dan Sakit dengan Aktivitas Positif

Gambar
Alhamdulillah rasa sakit yang menimpa saya dua hari terakhir sudah mulai pulih. Perut saya kembung, menurut istri saya Eni Suhaeni, saya "keanginan" atau masuk angin. Lambung saya sendiri juga sedikit terganggu. Tidak sakit tapi terasa begah. Nafsu makan sempat menurun. Tapi badan serasa sehat dan biasa saja. Hanya saja saya kepanikan. Tapi kini, rasa-rasanya saya sudah kembali sehat, insyaa Allah. Sebuah nikmat dari Allah yang tak ada bandingannya. Saya semakin percaya bahwa nikmat sehat itu merupakan salah satu nikmat terbaik dari Allah.  Saya sangat bersyukur karena sekarang saya sudah kembali beraktivitas ringan, minimal di dalam rumah: bercanda dengan istri dan anak-anak. Termasuk untuk menulis tulisan ringan seperti tulisan ini, agar akun media sosial saya termasuk blog saya selalu terisi dengan tulisan baru. Sementara tulisan yang berat-berat termasuk untuk mengedit tesis dan disertasi para tokoh mungkin baru bisa saya lakukan beberapa hari ke depan. Selebihnya, untuk

Dari Zoom Meeting Ke Karya Nyata

Gambar
Alhamdulillah, itulah ungkapan awal yang layak saya sampaikan sebagai wujud syukur atas kesempatan istimewa yang saya peroleh pada Selasa 28 Desember 2021 lalu. Saat itu saya menghadiri acara Silaturahim atau Pertemuan Penulis Indonesia melalui Zoom Meeting. Para penulis yang juga kontributor penulisan buku "Semua Orang Bisa Menulis" yang berasal dari Sabang sampai Merauke ini pun hadir. Suasana kekeluargaan dan persahabatan sangat terasa pada pertemuan perdana ini.  Pada acara yang dimulai pukul 20.00 WIB-selesai dan yang dihadiri oleh penulis lintas latar belakang dan daerah ini diinisiasi oleh Project Leader/Editor buku yang insyaa Allah diterbitkan pada April 2022 mendatang, Pak Yanuardi Syukur. Sebagai penyambut pembuka Pak Yanuar, demikian akrab saya menyapanya, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas peserta yang berkenan hadir pada pertemuan online ini, termasuk turut serta menyumbangkan tulisannya untuk buku baru tersebut.  Tiga agenda utama pertemuan ujung ta

Ke Mana Para Penulis PUI?

Gambar
SEJAK Sabtu 11 April 2021, saya resmi menjadi pengurus Persatuan Ummat Islam (PUI), tepatnya DPW PUI Jawa Barat untuk periode 2021-2026. Kali ini saya mendapatkan amanah di staf Sekretaris Umum, atau bahasa krennya Wakil Sekretaris Umum. Fokus saya adalah arsip dan sejarah, yaitu mengumpulkan dokumen penting terkait dengan kerasipan dan kesejarahan PUI. Sebuah tugas penting yang terlihat sederhana tapi rumit. Ini adalah tantangan sekaligus peluang bagi saya untuk melakukan yang terbaik, insyaa Allah.  Selama ini, diantara hal yang saya lakukan adalah sebagai berikut: pertama, mengumpulkan seluruh buku, tulisan, dan hal serupa terkait PUI. Saya pun menghubungi beberapa penulisnya dan para tokoh yang menurut informasi suka menulis di berbagai media, dengan harapan saya mendapatkan dokumen yang cukup. Hasilnya, ada beberapa buku yang terkumpul, baik dari penulisnya maupun dari orang lain. Bahkan dari pedagang buku di media online. Di samping mengumpulkan tulisan di media online yang memba

Netizen dan Media Arus Utama Baru

Gambar
BEBERAPA tahun terakhir publik kerap mengkritik lakon sebagian media massa dan awaknya yang dinilai pro kekuasaan. Kekuasaan tak melulu Presiden, Menteri, DPR, DPRD, Gubernur, Bupati atau Walikota dan sebagainya. Tapi juga pengendali ekonomi atau elite media massa itu sendiri. Atau, paling tidak media massa hanya sibuk menebar berita dan iklan para politisi yang berhasrat untuk ikut pesta politik. Advokasi publiknya pun minim, bahkan terkesan enggan. Mungkin di era serba bebas seperti ini boleh-boleh saja bertindak dan memilih langkah itu. Cuma saya sebagai pembaca dan sesekali menjadi penikmat framing media massa dan awaknya kadang kesal juga. Apalagi kalau awak media massa sibuk membela pejabat, itu bikin kesal banget. Soalnya apa? Lah pejabat diberi mandat oleh rakyat agar konsisten dengan mandat, bukan jungkir balik ke sana ke mari sesuai selera sendiri dan para donatur alias pengusaha yang membiayai langkah politiknya.  Ditambah lagi bila politisinya belum beres dengan mandat yang

Optimisme PUI Memimpin Umat dan Bangsa

Gambar
HARI ini Selasa (21/12/2021) Persatuan Ummat Islam (PUI) genap berusia 104 tahun. Peringatan milad tahun ini diperingati secara serentak di berbagai wilayah dan kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Melalui struktur wilayah, daerah dan cabang acara milad bertema "Memimpin Umat, Membangun Bangsa" ini mengadakan berbagai acara dengan acara utama apel dan upacara bendera, yang dimeriahkan oleh berbagai acara sesuai dengan kekhasan masing-masing tempat.  Khusus untuk tingkat Jawa Barat peringatan kali ini dipusatkan di SMK PUI Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Hal ini sangat wajar sebab SMK ini merupakan salah satu lembaga pendidikan PUI yang mendapat respon positif dari masyarakat luas yang ditandai dengan jumlah siswa/siswi yang melanjutkan pendidikan ke sini dari tahun ke tahun semakin meningkat. Acara yang dihadiri oleh unsur PW dan DPW serta delegasi DPD PUI Se-Jawa Barat ini turut dihadiri oleh unsur Forkompinda Indramayu, perwakilan ormas, Wanita, Pemuda, Mahasiswa dan Pelaj

KH. Abdul Halim dan Tradisi Menulis Kita

Gambar
PERSATUAN Umat Islam (PUI) merupakan salah satu organisasi keagamaan berbasis massa Islam yang lahir pada 21 Desember 1917. Embrio organisasi ini sebetulnya sudah ada sejak lama, tepatnya pada 1911. Dan pada 21 Desember 2021 ini PUI genap berusia 104 tahun. PUI didirikan oleh tiga tokoh yang memiliki pengaruh besar yaitu KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Sanusi dan Mr. R. Syamsuddin. Ketiga tokoh ini berasal dari daerah yang berbeda. Bila KH. Abdul Halim berasal dari Majalengka, maka KH. Ahmad Sanusi dan Mr. Syamsuddin berasal dari Sukabumi. Semuanya di Jawa Barat.  Secara khusus tentang KH. Abdul Halim, nama lengkapnya adalah Abdul Halim bin Iskandar bin Abdullah Komar bin Nursalim. Beliau lahir pada 4 Syawal 1304 H/26 Juni 1887 M di Desa Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka-Jawa Barat. Bapaknya adalah KH. Iskandar, ibunya Hj. Siti Muthmainah. Keduanya merupakan sosok yang taat beragama dan memiliki pergaulan yang luas di tengah masyarakat.  KH. Abdul Halim merupakan anak ke-

Anis Matta dan Tradisi Literasi Kita

Gambar
SAYA baru saja selesai membaca sekaligus mengedit dua naskah buku, buku saya sendiri yang saya tulis dengan sahabat saya Pak Arif Husni Mubarok asal Bekasi dan buku teman saya Bung Iwan Wahyudi asal NTB. Tetiba saya mendapat kiriman dua buku sekaligus yang berjudul "Pesan Islam Menghadapi Krisis" dan "Haji" dari penerbit buku Poestaka Rembug. Saya mendapatkan kiriman buku tersebut tepatnya hari ini Sabtu 18 Desember 2021 sekitar pukul 17.00 WIB. Sebetulnya kedua buku ini sudah saya baca dengan tuntas beberapa waktu lalu setelah mendapatkannya dari penerbit buku secara langsung. Saya mendapatkan banyak perspektif dari keduanya. Penulis mampu mengulas tema-tema sederhana dari berbagai perspektif. Dan, perspektif Islamnya sangat kental, namun disampaikan secara rasional sehingga mudah dipahami oleh pembaca.  Seingat saya, kali ini saya mendapat hadiah kedua buku lagi karena saya menyampaikan pertanyaan pada saat buku ini dilaunching dan dibedah langsung oleh penulisnya

Langkah dan Teknik Menulis Biografi

Gambar
BIOGRAFI merupakan sebuah tulisan yang berisi penjelasan tentang kisah dan berbagai keterangan tentang seseorang. Atau bisa juga dimaknai sebagai riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain dan biasanya mempunyai dampak secara luas. Pengertian menurut etimologinya berasal dari bahasa Yunani yaitu kata bios yang berarti hidup dan graphien artinya tulisan. Jadi, biografi merupakan tulisan yang berisi tentang kehidupan seseorang. Bentuknya pun bisa pendek maupun panjang serta ditulis oleh orang lain. Isi biografi biasanya cerita perihal perjalanan hidup seseorang hampir secara detail mulai dari kelahiran, hal-hal penting dalam hidupnya yang membuatnya terkenal baik melalui karya, prestasi, atau pemikirannya hingga dalam konteks tertentu hingga kematiannya. Isi tulisan sebuah biografi merupakan perjalanan hidup mulai dari sejak kelahiran, masa kecil, saat sekolah hingga kelulusan jenjang terakhir, kehidupan keluarga, prestasi dan masih banyak lagi. Secara singkat, biografi adalah

Belajar Menulis Kepada Doktor Adian Husaini dan Pak Nuim Hidayat

Gambar
SEPERTI biasa, untuk tulis menulis saya jarang menggunakan teori menulis. Saya menulis ya langsung menulis saja apa yang terlintas dalam pikiran saya. Mungkin ini terlalu angkuh, tapi begitulah cara saya belajar memantik ide untuk menulis. Hal ini saya lakukan sejak lama, agar apa yang terlintas tidak lewat begitu saja lalu hilang. Kecuali untuk beberapa tulisan terutama artikel untuk berbagai surat kabar dan media online saya biasanya menggunakan teori menulis. Misalnya, kutipan pendapat tokoh, sistematika dan diksinya disesuaikan dengan kaedah yang berlaku umum.  Oleh karena itu, dalam banyak tulisan saya terbiasa menggunakan rumusan langsung menulis. Apa itu? Ya langsung menulis saja. Seperti tulisan ini. Begini, alhamdulillah kali ini saya mendapat kiriman buku langsung dari penulisnya Pak Nuim Hidayat di Kota Depok-Jawa Barat. Pertama,  "Imperialisme Barat" dan Kedua, "Sayyid Quthb; Biografi dan Kejernihan Pemikirannya". Buku pertama sebetulnya sudah saya baca

Elite Muslim Indonesia Malas Menulis

Gambar
DULU elite muslim jago menulis dan hobi membaca buku. Tulisan mereka dalam bentuk artikel dan sebagainya tersebar di berbagai media. Mereka begitu aktif menulis dan mempublikasi tulisan mereka dalam berbagai macam cara dan media. Sehingga ide dan pemikiran mereka dibaca dan terpublikasi dengan baik, bahkan menjadi rujukan banyak kalangan. Diskursus apapun terkait dengan kehidupan publik kala itu selalu merujuk pada ide dan pemikiran mereka.  Dulu, Kiai Abdul Halim, Kiai Ahmad Sanusi, Pak Mohammad Natsir, Buya Hamka, Ustadz Ahmad Hasan, Kiai Wahid Hasyim, Pak Mohammad Hatta, dan para tokoh muslim lainnya itu memiliki aktivitas yang padat atau benar-benar sibuk. Tapi mereka tetap menyempatkan untuk membaca, bahkan menulis buku, atau minimal artikel dalam beragam tema. Padahal sarana yang tersedia kala itu sangat terbatas dan sederhana. Tapi mereka benar-benar punya konsen untuk menulis. Sehingga kita pun masih bisa membaca sebagian karya tulis mereka.  Kalau zaman sekarang susah sekali m