Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

Mengepakkan Kembali Sayap Media PUI

Gambar
PADA Selasa 30 November 2021 saya berkesempatan hadir pada acara Rapat Koordinasi dan Pelatihan Jurnalistik yang diselenggarakan oleh DPP Persatuan Ummat Islam (PUI). Pada acara yang dimulai pukul 19.30 WIB-selesai ini diikuti oleh delegasi Humas/Media DPW PUI Se-Indonesia, Humas/Media DPD PUI Se-Indonesia, Humas/Media Organisasi Otonom, Badan dan Lembaga PUI Se-Indonesia melalui Zoom Meeting.  Turut hadir pada acara ini Sekretaris Jenderal DPP PUI H. Raizal Arifin, Ketua Umum DPW PUI Jawa Barat H. Iman Budiman, M.Ag, dan delegasi berbagai wilayah, daerah dan lembaga otonom di PUI. Pada kesempatan ini turut hadir pula senior saya Bang Hendra Gunawan selaku Ketua Bidang Humas dan Media DPW PUI Jawa Barat yang belakangan ini bersama tim-nya semakin geliat dalam memanfaatkan website PUI Jawa Barat dan beberapa media sosial lainnya untuk publikasi ide dan gagasan tokoh, dan berbagai kegiatan DPD Se-Jawa Barat dan DPW PUI Jawa Barat.    Bagi saya sendiri, acara semacam ini sangat penting da

Mari Menjadi "Juru Bicara Ketiga" PUI!

Gambar
HARI ini Sabtu 27 November 2021, saya mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu narasumber acara Webinar "Workshop Public Relation Chapter 2" yang diadakan oleh Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Persatuan Ummat Islam (PUI) Propinsi Jawa Barat melalui Bidang Humas dan Media. Pada acara yang diadakan secara hibrid (ofline dan online) ini mengangkat tema "How To Be Productive Writter". Sebuah tema yang bukan saja menarik tapi juga kerap digandrungi oleh anak-anak milenial dua dekade belakangan ini.  Pada acara yang dimulai pukul 09.00 hingga 15.30 WIB ini saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara pada pukul 09.30-11.30 WIB menyampaikan materi  "Menuangkan Ide Menjadi Tulisan”, dengan fokus bahasan diantaranya: mengapa kita harus menulis?, apa yang harus ditulis?, bagaimana sebuah ide menjadi tulisan, dan kiat menjadi penulis produktif. Sementara senior saya Pak Asep Syamsul Romli (Akademisi UIN Bandung, Aktivis ICMI Jawa Barat, dan Pemerhati Media) mengisi dar

Terima Kasih PUI

Gambar
SEJARAH telah mencatat bahwa kelahiran organisasi Persatuan Ummat Islam (PUI) ditandai dengan disahkannya perhimpunan Persjarikatan Oelama, pimpinan KH. Abdul Halim, oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan Gouvernment Besluit Nomor 43 Tahun 1917, tertanggal 21 Desember 1917 M/6 Rabiul Awal 1336 H. Dalam Sidang Majelis Syuro PUI, tanggal tersebut disepakati serta ditetapkan sebagai Hari Lahir PUI dan kemudian dicantumkan dalam Anggaran Dasar PUI Pasal 1 ayat (2) yang disahkan pada tanggal 28 Desember 2019 M/1 Jumadil Ula 1441 H. Demikian yang diungkap KH. Nurhasan Zaidi pada tulisannya yang berjudul "Sekilas Sejarah 103 Tahun Persatuan Ummat Islam (PUI)".  Kini PUI sudah berusia 104 tahun (21 Desember 1917  21 Desember 2021), sebuah usia yang sangat matang bagi sebuah organisasi untuk berkonsolidasi, berkontribusi sosial dan melebarkan sayap pergerakan di berbagai lini dan penjuru. Berterima kasih kepada PUI sengaja saya ketengahkan pada momentum 104 tahun usia PUI melalui

Refleksi 104 Tahun PUI; Memimpin Umat, Membangun Bangsa

Gambar
21 Desember 2021, dalam hitungan masehi Persatuan Ummat Islam (PUI) genap berusia 104 tahun. Ini merupakan perjalanan panjang dengan tantangan yang tak sedikit. Pengalaman PUI dalam melayani umat dan merespon berbagai dinamika kemasyarakatan pun cukup banyak. Usia seabad lebih adalah usia yang sangat matang untuk penguatan infrastruktur dan pembenahan dalam berbagai sisinya. Baik yang bersifat organisatoris dan sumber daya manusia (SDM) maupun yang bersifat peran dan kontribusi sosial-kemasyarakatan. Sehingga kontribusi PUI untuk memajukan dirinya juga umat dan bangsa tak bisa dianggap sebelah mata.  Seabad lebih sudah terlewat dengan seluruh cerita dan lakonnya; suka dan dukanya, sunyi dan hiruk pikuknya. Pada abad kedua ini PUI perlu fokus pada banyak hal, pertama, membenahi aset wakaf dan aset lainnya baik secara hukum maupun secara pemberdayaan atau pengelolaannya. Masih terkait itu, PUI perlu lebih profesional mengelola amal usaha seperti perguruan tinggi, sekolah, pesantren dan s

Temukan Ide Tulisan Pada Sarang Laba-laba

Gambar
"Kalau Sabtu 27 November 2021 kita workshop penulisan untuk kader Se-Jawa Barat via zoom, bagimana, siap? Ini untuk mempersiapkan jurnalis tiap kota/kabupaten". Begitu ajakan Kang Hendra selaku Ketua Bidang Humas DPW PUI Jawa Barat pada Sabtu 20 Sabtu November 2021 pada sebuah group WhatsApp. Kali ini Kang Hendra mendaulat saya untuk menjadi pemantik diskusi sekaligus pemateri untuk materi "Menuangkan Ide Ke Dalam Tulisan". Sebagai orang yang terbiasa menulis di blog, sembari menanti pelaksanaan kegiatan tersebut, saya memilih untuk mengawalinya dengan tulisan berikut.  Salah satu rumusan ide menulis yang saya selalu gunakan selama ini adalah rumusan sarang laba-laba. Dalam beberapa pertemuan di saat saya didaulat menjadi narasumber atau fasilitator acara serupa di beberapa pesantren, sekolah, kampus dan kota, saya kerap menggunakan rumusan tersebut. Bahkan dari seluruh buku yang saya tulis, kurang-lebih 40-an buku dan ribuan artikel yang dimuat di berbagai surat ka

Corak Tafsir Raudhah al-'Irfan Fi Ma'rifah al-Quran Karya Kiai Sanusi

Gambar
PERKEMBANGAN Islam di Tatar Sunda tak bisa dipisahkan dari kontribusi KH. Ahmad Sanusi (Kiai Sanusi) asal Sukabumi-Jawa Barat. Bagaimanapun, diakui semakin berkembangnya ajaran Islam maka semakin banyak pula para penerus tokoh penyebaran Islam yang disertai dengan beragam karyanya, seperti kitab tafsir Raudhah al-'Irfan fi Ma'rifah al-Qur'an yang ditulis dalam bahasa Sunda beraksara Arab Pegon lengkap 30 Juz karya Kiai Sanusi.   Walaupun awalnya mendapat penolakan sebagian tokoh, namun tafsir karya Kiai Sanusi akhirnya mendapat apresiasi dan penghormatan juga. Corak tafsir salah satu pendiri Persatuan Ummat Islam (PUI) ini adalah kecenderungan yang khas dimilikinya, yang kemudian menjadi pandangan atau trand mark ulama kharismatik ini dalam tafsirnya sekaligus warna pemikirannya terhadap ayat-ayat al-Quran. Jika dicermati dengan seksama atas tafsir ini, maka corak penafsiran yang digunakan oleh Kiai Sanusi dalam tafsir Raudhatul Irfan fi Marifati al-Quran ini bersifat umum.

Mengenang "Raudhah al-'Irfan Fi Ma'rifah al-Quran" Karya Kiai Sanusi

Gambar
DAKWAH yang dilakoni oleh para tokoh penyebar ajaran Islam di Tatar Sunda  menurut berbagai sumber dilakukan secara damai, mulai dari pernikahan hingga meleburnya ajaran Islam ke dalam budaya Sunda hingga bahasanya orang Sunda. Semakin berkembangnya ajaran Islam maka semakin banyak pula para penerus tokoh penyebaran Islam yang disertai dengan beragam karyanya, seperti kitab tafsir Raudhah al-'Irfan fi Ma'rifah al-Qur'an yang ditulis dalam bahasa Sunda beraksara Arab Pegon lengkap 30 Juz karya salah satu pendiri Persatuan Ummat islam (PUI) asal Majalengka-Jawa Barat, KH. Ahmad Sanusi (Kiai Sanusi).   Membaca lakon dakwah Kiai Sanusi memang sangat menarik. Sejak remaja hingga wafat beliau lebih banyak terlibat dalam dunia dakwah dan pendidikan serta literasi bahkan menulis ratusan judul buku. Buku karyanya meliputi berbagai bidang yang ditulis dalam bahasa Sunda maupun Indonesia. Kelak sosok ulama Sunda ini dipenuhi aktivitas sosial keagamaan, termasuk mewariskan karya berhar

Kiai Sanusi, Pelopor Tafsir Al-Quran Berbahasa Sunda

Gambar
MASUKNYA Islam ke nusantara ternyata mendapat respon positif, terutama ketika Islam mulai menyebar ke Priangan Barat yakni Tatar Sunda. Dari berbagai sumber dapat dibaca dan diketahui bahwa Islam mulai berkembang di Tatar Sunda berbarengan dengan runtuhnya kerajaan Sunda. Mulai dari sinilah muncul kerajaan Islam di Priangan Barat seperti kerajaan Banten dan kerajaan Cirebon yang diyakini  sebagai pengaruh kuat semakin berkembang dan meluasnya ajaran Islam di Priangan Barat.  Dakwah yang dilakoni oleh para tokoh penyebar ajaran Islam di Tatar Sunda  menurut berbagai sumber dilakukan secara damai, mulai dari pernikahan hingga meleburnya ajaran Islam ke dalam budaya Sunda hingga bahasanya orang Sunda. Semakin berkembangnya ajaran Islam maka semakin banyak pula para penerus tokoh penyebaran Islam yang disertai dengan beragam karyanya, seperti kitab tafsir “Tamsjijjatoel-Moeslimin Fie Tafsieri Kalami Robbil-alamien" yang ditulis dalam tulisan latin berbahasa Melayu sebanyak 7 juz dan k

Meneguhkan Jawa Barat Sebagai Propinsi yang Rukun dan Damai

Gambar
Alhamdulillah pada Rabu-Jumat, 10-12 November 2021 lalu saya berkesempatan menghadiri acara Sosialisasi Kerukunan Umat Beragama yang diselenggarakan oleh pemerintah Propinsi Jawa Barat melalui Biro Kesejahteraan Rakyat Bidang Pelayanan dan Pengembangan Sosial Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Barat di Hotel Prima, Kota Cirebon dengan tema "Meneguhkan Jawa Barat Sebagai Rumah Bersama Semua Umat Beragama". Pada kesempatan ini saya selaku Kepala Bidang Sosial-Politik BKPRMI Kota Cirebon hadir sebagai delegasi atau mewakili DPD Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Masjid (BKPRMI) Kota Cirebon dengan surat resmi yang diketahui oleh Ketua Umum DPD BKPRMI Kota Cirebon Umar S. Clau.  Acara ini dibuka secara resmi oleh Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Karo Kesra) Bidang Pelayanan dan Pengembangan Sosial Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Barat Drs. H. Barnas Adjidin M.M., M.M.Pd.. Pada sambutannya Karo Kesra Jawa Barat yang akrab dengan semua kalangan ini menyampaikan beberapa poin pentin

Belajar dan Berterima Kasih Kepada Muhammadiyah

Gambar
MUHAMMADIYAH adalah salah satu diantara banyak organisasi kemasyarakatan (Ormas) berbasis massa Islam tertua di Indonesia. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912 M oleh Muhammad Darwis yang kemudian dikenal dengan KH. Ahmad Dahlan (Kiai Dahlan). Dalam hitungan kalender masehi, tepat pada tanggal 18 November 2021, Muhammadiyah tepat berusia 109 tahun. Atau dalam hitungan hijriyah kini Muhammadiyah tepat berusia 112 tahun. Organisasi yang kini diikuti hampir 40-an juta ini sudah banyak berkiprah dalam berbagai aspek dan dimensinya, serta terkenal sebagai organisasi yang merujuk kepada al-Qur'an dan as-Sunah, di samping menempatkan ijtihad sebagai jalan tempuh menemukan hukum dan solusi atas berbagai permasalahan keumatan pada zaman kekinian.  Dilansir dari situs resmi Muhammadiyah, setelah Kiai Dahlan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, beliau mulai menyampaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperole

Menyoal Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 Tentang PPKS Di Lingkungan Perguruan Tinggi

Gambar
BEBERAPA waktu belakangan ini publik dihebohkan dengan hadirnya Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 30 Tahun 2021 Tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi. Menteri Nadiem Makarim meneken aturan tersebut pada 31 Agustus 2021 dan diundangkan pada 3 September 2021. Peraturan ini pun menuai pro-kontra yang hingga kini masih terjadi di tengah masyarakat.  Maraknya kekerasan seksual, lemahnya perlindungan korban, dan lambannya penanganan kasus di perguruan tinggi (PT) merupakan sebagian alasan pentingnya permen tersebut. Kemendikbudristek sebenarnya memiliki niat baik sebagaimana tercantum dalam konsideran permendikbudristek itu, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pelindungan dari segala bentuk kekerasan termasuk kekerasan seksual.  Konsideran berikutnya, Kemendikbudristek menyadari meningkatnya kekerasan seksual di ranah komunitas termasuk PT, langsung atau tak langsung berdampak kurang

Honor Artikel, Cetak Buku dan Pembaca Non Muslim

Gambar
MENULIS adalah salah satu tradisi literasi yang tergolong lama di pentas sejarah umat manusia. Peradaban manapun di dunia ini sangat akrab dengan tradisi ini. Bahkan kita bisa membaca sejarah peradaban manusia karena membaca karya tulis atau buku-buku sebagai produk literasi. Lebih jauh lagi, keyakinan pada agama tertentu sedikit-banyak dipengaruhi oleh sumber bacaan tertentu. Maka menjaga tradisi ini sejatinya menjaga keberlangsungan peradaban umat manusia, juga keyakinan manusia.  Berkaitan dengan hal tersebut saya menjadi teringat dengan kebiasaan saya sendiri sejak lama yaitu menulis. Walau tidak berprofesi sebagai penulis, saya tetap berupaya untuk menulis. Bila dulu era mahasiswa begitu aktif menulis makalah ketika menjadi peserta atau narasumber di berbagai forum, maka kini menulis artikel untuk berbagai koran dan media online. Bahkan belakangan terdorong juga untuk menulis buku beragam tema. Sebuah lakon sederhana dan benar-benar saya nikmati prosesnya. Semoga ke depan tak ada