Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

Nilai Ramadhan Kokohkan Pendidikan Keluarga

Gambar
RAMADHAN telah berlalu, dan kini kita berada di bulan Syawal. Berlalunya Ramadhan sebagai bulan yang dirindukan itu menyisahkan banyak pesan penting yang layak kita jaga pada bulan-bulan berikutnya.    Kita sudah memaklumi bahwa h ikmah dan tujuan utama diwajibkannya shaum adalah untuk mencapai takwa kepada Allah, yang hakikatnya adalah kesucian jiwa dan kebersihan hati. Maka bulan Ramadhan merupakan kesempatan berharga bagi seorang muslim untuk berbenah diri guna meraih takwa kepada Allah. Allah berfirman, “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa ” (QS . al-Baqarah:183).

Substansi dan Makna Transformasi Shaum

Gambar
KEWAJIBAN shaum atas orang-orang beriman memiliki substansi sekaligus tujuan luhur yaitu melahirkan pribadi-pribadi yang takwa. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu ber -shaum sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah [2]: 183). Dalam literatur-literatur klasik Islam, takwa didefinisikan sebagai, “Upaya sadar dalam menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.” Dengan demikian—seperti ungkapan Yusuf Qardhawi (2004)— shaum diorientasikan untuk membentuk pribadi-pribadi yang taat menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya dalam pengertian dan cakupannya yang lebih luas dan menyeluruh.

Jadilah Manusia Golongan Empat!

Gambar
RASULULLAH shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang (4 perkara:) tentang umurnya dihabiskan untuk apa, tentang ilmunya diamalkan atau tidak, tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan, tentang tubuhnya, capek/lelahnya untuk apa.” (HR Tirmidzi dan Tirmidzi berkata hasan shahih) Membaca hadits tersebut mengingatkan kepada kita diantaranya soal umur, ilmu, harta dan fisik yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak pada hari kiamat. Kalau ditelisik, sebetulnya keempat hal tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan kita untuk memanfaatkan anggota fisik atau tubuh kita. Karena fisik kitalah yang kelak memberi penjelasan, bukan lisan kita. Bahkan lisan kita kelak terkunci, sementara yang menjadi juru bicara adalah tangan kita dan yang menjadi saksi adalah kaki kita.

Menjaga Silaturahim Pasca-Idhul Fitri

Gambar
RAMADHAN dan Idhul Fitri 1440 H baru saja meninggalkan kita. Tujuan ibadah shaum adalah untuk mencapai derajat takwa. “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian. Mudah-mudahan kalian menjadi orang yang bertaqwa.” (QS. al-Baqarah: 183). Orang yang bertakwa adalah orang yang imannya senantiasa aktif membentuk dirinya, sehingga dia tetap istiqamah (konsisten) dalam beribadat, berakhlak mulia dan terjauh dari segenap dosa dan maksiat. Diantara hal penting yang perlu kita perkuat pasca Ramadhan dan Idhul Fitri adalah istikomah, terutama menjaga silaturahim. Ditilik dari bahasa Arab, istilah silaturahim berasal dari dua kata, yakni shilah dan rahim. Shi-lah berasal dari istilah washalayashilu - wasl(an)wa shilat (an) yang berarti hubungan. Semen tara itu, ar-rahim berasal dari arrahmah (kasih sayang). Ia digunakan untuk menyebut rahim karena orang-orang yang berkerabat saling berkasih sa