Dari PPKh KMMI Mau Ke Mana?


PADA Kamis 1 Agustus 2024/26 Muharam 1446 H, Program Pendidikan Khusus Kuliyatul Mu'alimin wal Mu'alimat Al-Islamiyah (PPKh KMMI) Putri Kampus 2 Pondok Pesantren Nurul Hakim, Kediri Lombok Barat, NTB mengadakan Khutbatul 'Arsy bertema "Dari PPKh KMMI Mau Ke Mana?" dengan pembicara Ustadzah Tri Wahyuni Perbriawati, M.Hum. PPKh merupakan lembaga pendidikan dimana anak saya yang pertama Azka Syakira menempuh pendidikan. Ia mengikuti kegiatan pembelajaran pertama sejak Senin 29 Juli 2024 lalu. 

Saya tak tau persis apa yang disampaikan oleh pembicara pada forum dan momentum tersebut. Namun demikian dari tema tersebut saya terinspirasi untuk mengulas beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengawali seluruh proses penarikan dan pembelajaran di PPKh KMMI, termasuk dalam mengikuti proses pendidikan di pondok pesantren selama enam tahun ke depan. Hal ini menjadi penting agar santri memiliki arah dan kompas yang jelas dalam meniti pendidikan dan pembelajaran yang ditekuni. Dampaknya, ia bakal menjadi santri yang handal dan unggul dalam berbagai hal. 

Pertama, menjaga niat dan tujuan. Niat merupakan elemen kunci dalam kehidupan seorang muslim, termasuk dalam mencari ilmu. Santri yang mengikuti pendidikan pesantren harus memiliki niat yang benar, yaitu mencari ridho Allah. Ia mesti memastikan niat semacam ini melekat pada hati dan dirinya, sehingga seluruh aktivitasnya selalu dalam ridho dan berkah-Nya. Tujuan-tujuan duniawi mesti ditepikan dari tujuannya menempuh pendidikan di pondok pesantren. Tujuan jabatan, kekayaan dan urusan duniawi lainnya harus disingkirkan demi menjaga niat tulus kepada Allah semata. Karena bila niatnya Lillah maka Allah bakal memberi kemudahan untuk meraih urusan dunia dan akhiratnya. 

Kedua, memiliki target dan fokus belajar. Target pendidikan dan pembelajaran juga mesti dimiliki oleh santri. Dia belajar dalam keteraturan dan proses yang juga teratur. Dengan demikian, dia harus memiliki target tertentu. Misalnya selama belajar enam tahun di pondok pesantren harus mampu menguasai beberapa ilmu tertentu dan harus unggul dalam menguasai minat atau bakat tertentu. Bila dia fokus maka niscaya dia bakal menggapai apa yang seharusnya dia kuasai. Dia mampu memahami ilmu fiqih, sejarah Islam, aqidah akhlak, nahwu, shorof, bahasa Arab, bahasa Inggris, minat juga bakat tertentu dan sebagainya.  

Ketiga, mengingat nasehat dan pesan orangtua. Santri yang baik adalah santri yang selalu mengingat nasehat dan pesan orangtuanya. Biasanya orangtua menasehati agar anaknya rajin dalam belajar, aktif membaca, giat menghafal, taat beribadah, menjaga akhlak dan sopan santun serta menjaga hubungan baik dengan sesama santri. Orangtua berpesan agar anaknya menjaga diri, menjalani hidup dengan sederhana, tidak boros, tidak sombong, tidak bermusuhan dan selalu menjaga barang miliknya, baik itu pakaian dan buku maupun yang lainnya. 

Keempat, mentaati dan menghormati para guru. Guru atau di lingkungan pondok pesantren kerap dikenal ustadz dan ustadzah merupakan orangtua bagi santri. Mereka adalah sosok yang mendidikan dan mengajari santri tentang banyak hal. Dari ilmu dan adab hingga prinsip kehidupan juga berbagai pengetahuan. Mentaati dan menghormati mereka merupakan hal utama yang harus dilakoni santri agar ilmunya diberkahi oleh Allah. Sehebat apapun santri secara pengetahuan hanya akan bermakna bila dibarengi dengan adab yang baik pada para guru. 

Beberapa hal tersebut merupakan bekal bagi santri dalam mengikuti seluruh proses pendidikan dan pembelajaran di pondok pesantren, dalam hal ini PPKh KMMI. Bila santri memiliki modal tersebut maka mereka dapat menjawab pertanyaan seperti yang tertera pada judul tulisan ini. Menjadi santri artinya kesiapan untuk menjadi sosok yang ikhlas, jujur, mandiri, kreatif, disiplin dan bertanggungjawab. Kemampuan menjaga nilai-nilai tersebut selama di pondok pesantren dan setelahnya dapat menjadi modal bagi santri untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mereka pun menjadi santri yang siap guna dan kelak bermanfaat bagi keluarga, agama, nusa dan bangsa juga peradaban umat manusia. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Merindui Nurul Hakim" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah