Motivasi dan Tips Menulis Pak Cahyadi Takariawan
Saya mencatat beberapa motivasi dan tips menulis dari Pak Cahya. Pertama, menjaga niat karena dan untuk Allah. Karena niat adalah penentu yang membuat kita mampu menjaga keikhlasan dan konsisten dalam aktivitas menulis. Bila kita menggantungkan semuanya karena Allah maka semuanya bakal mendapat kekuatan dan inspirasi. "Menulis itu kuncinya ikhlas. Aku menulis untuk menyebar kebaikan. Itu sudah cukup. Itu prinsip yang perlu dijaga. Menulis karena diniatkan karena Allah. Bukan untuk mengharapkan pujian dari siapapun," ungkapnya.
Ketiga, banyak membaca. Menurut Pak Cahya, menulis sangat ditentukan oleh proses membaca. Bagi penulis, membaca merupakan kebiasaan rutin yang harus dijaga. Bila kita sering membaca maka secara otomatis kita bakal memiliki stok ide yang cukup untuk menulis. Bila kita sudah terbiasa untuk menulis, maka kita bakal berdampak baik pada keahlian dan dalam menjalani kehidupan berkeluarga juga bermasyarakat. "Agar ide muncul dan tulisan kaya, maka kita harus banyak membaca. Itulah salah satu yang membuat ide muncul dan berkembang," jelasnya.
Kelima, sadari bahwa menulis itu mengikat ilmu dan inspirasi. Menurut Pak Cahya, ide itu seperti binatang buruan. Bila sudah didapat, langsung diikat. Bila tak diikat, maka ia bakal lari dan pergi. Ide juga begitu, menulis adalah cara paling sederhana untuk mengikat ide juga ilmu. "Aku biasa diundang untuk mengisi seminar. Biasanya saya manfaatkan untuk belajar. Saya merasa tertantang untuk membaca buku atau tulisan seputar tema yang akan disampaikan. Setelah itu aku menuliskan idenya atau hak yang menarik lainnya. Itu adalah acara saya untuk mengingat apa yang akan saya sampaikan," tegasnya.
Ketujuh, percayalah menulis itu berdampak. Pak Cahya pun bercerita bahwa dulu beliau ingin sekali berkunjung ke berbagai negara di dunia. Namun beliau kala itu hanya bermimpi. Rupanya karya tulis atau buku-buku beliau akhirnya menjadi perantara dari Allah untuk mewujudkan mimpinya. Intinya, kita harus aktif menulis hingga jadi buku lalu publikasi ke mana-mana. Kita bisa membedah buku karya kita di mana-mana. Bisa diundang oleh pembaca di berbagai kota, komunitas lintas latar belakang bahkan jejaring luar negeri. Semuanya menjadi mudah hanya dengan menulis buku.
"Rumahku sekarang adalah rumah dari hasil menulis buku dan bedah buku di berbagai kota dan negara. Aku memperoleh dampak dari usaha menulis buku. Alhamdulillah Allah memberi kekuatan dan kemudahan. Bahkan dengan menulis aku bisa berkunjung ke berbagai negara di dunia. Menikmati kondisi negara lain, bahkan mendapat hadiah lain yang membuat aku terdorong untuk menulis lagi. Begitulah dampak dari kemauan yang kuat untuk punya karya tulis seperti buku," ujarnya.
Kedelapan, menulis harus disiplin waktu. Menulis juga perlu disiplin waktu, misalnya, kita tentukan menulis minimal 8 menit per hari. Kalau kita sudah terbiasa, maka berikutnya bukan 8 menit lagi, bahkan lebih. Kalau sudah rutin maka kita bakal merasakan sendiri manfaat dan dampaknya. "Saya kalau lagi di bandara, menanti pesawat berangkat, saya manfaatkan untuk menulis. Menulis apa saja, tapi intinya mengisi waktu yang ada untuk menulis. Ada banyak ide yang muncul. Termasuk menulis materi yang akan saya sampaikan saat diundang mengisi seminar," akunya.
Kesembilan, Menulis dengan gaya sendiri. Menurut Pak Cahya, setiap kita memiliki gaya menulis yang khas. Gaya kita dalam menulis berbeda dengan gaya tulisan siapapun di luar sana. Itulah keunikan kita yang tak perlu disamakan dengan gaya tulisan penulis lain. Bila kita memaksa menulis dengan gaya tulisan orang lain maka kita tidak merdeka dalam menulis. "Gaya saya dan kamu menulis tidak perlu disamakan dengan gaya tulisan Pak Fauzil Adhim, Ustadz Salim A. Fillah, Tere Liye, dan penulis lainnya. Karena sekali lagi, setiap kita memiliki gaya tulisan masing-masing," ungkapnya.
Pak Cahya pun mengingatkan, agar kita menulis tanpa pamrih. Betul bahwa dengan menulis membuat kita dikenal. Tapi tak usah menulis karena ingin menjadi orang terkenal, sebab yang penting karya kita dikenal dan bermanfaat bagi banyak orang. Karena menjadi orang terkenal itu membuat kita tidak happy dengan diri kita sendiri. Menulis ya menulis saja. Apapun profesi kita, pada dasarnya semuanya bisa menulis dan menekuni dunia kepenulisan. Kita terutama sebagai penekun ilmu pengetahuan, kita harus menulis. Itu bakal menjadi nilai tambah bagi kehidupan dan profesi yang kita tekuni. Apapun profesi kita, kalau dibarengi dengan keahlian menulis, maka itu bakal membuat kita menjadi manusia yang semakin bermakna. (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan"
Komentar
Posting Komentar