Menulis Sebagai Tradisi Intelektual Muslim
PADA tahun 2010 lalu saya mendapat undangan untuk menulis buku secara kolaboratif dengan 24 penulis lainnya dari berbagai kota di seluruh Indonesia. Mereka adalah Edo Segara, Muhammad Sholihin, Radinal Mukhtar, M. Furqonal Aziz, Yanuardi Syukur, Ahmad Rizky Mardhatillah Umar, Dwi Suwiknyo, Nafiah Al-Mar'ab, Bintang Gatimurni, Triani Retno A, Ifa Avianty, Diah Pratiwi, Akhi Dirman Al-Amin, Marjohan, Tinta Zaitun, Feryanto Hadi, Untung Wahyudi, Naqiyyah Syam, Rahman Hanivan, Fiyan Arjun, Prima Citra Devi, Dewi Rosiani, M, Sahrul Murrajab, RH. Fithriadi dan saya sendiri. Pada buku ini saya menjelaskan dua hal penting. Pertama, menulis adalah tradisi warisan peradaban Islam. Hal ini dapat dipahami dari sejarah perkembangan dan kejayaan Islam dari abad 7 hingga abad 18 hijriah. Kala itu, para ulama muslim dikenal memiliki tradisi keilmuan yang sangat kuat. Hal ini ditandai dengan karya tulis warisan mereka yang dapat dibaca hingga saat ini. Para pakar muslim dalam bidang tafsir, hadits...