Sedekah Kata untuk Sampah


KEBAIKAN itu ada banyak macamnya. Mediumnya juga banyak. Ada yang dalam bentuk ibadah wajib dan sunah, ada yang dalam bentuk membantu sesama dan menebar senyum riang pada siapapun. Tapi ada juga yang berbentuk saling mengingatkan dalam kebaikan, agar kita lebih giat untuk berbuat baik, termasuk dalam bentuk tulisan. 

Katakanlah kita sedang duduk di ruang tunggu stasiun kereta api, menanti kereta tiba dan berangkat. Biasanya, ada saja sampah yang tergeletak di sekitaran ruang tunggu. Entah sengaja atau tidak, ada saja penumpang yang mengisahkan sampah di dekat tempat duduknya. Botol bekas minuman, plastik bekas bungkus makanan, dan lain-lain. 

Di terminal bus atau angkutan umum juga begitu. Kita kerap menyaksikan sampah di berbagai sudut. Naifnya, di situ masih terlihat tempat sampah. Kadang isinya Memnag sudah penuh, tapi ada juga yang masih kosong. Menyimpan sampah pada tempatnya masih perlu dibenahi dan dibiasakan. Padahal harus diakui bahwa sampah juga butuh dimengerti.  

Dalam aspek lain, misalnya, pada momentum tertentu di masjid tertentu diadakan kegiatan keagamaan seperti pengajian umum, tablig akbar atau umum, dan berbagai macam kegiatan lainnya. Temanya juga beragam, dari peningkatan ibadah dan amal kebaikan, termasuk pentingnya beradab pada lingkungan. Tapi sampah saja tak terurus. 

Pada dunia pendidikan, terutama tingkat dasar dan bawah, umumnya orangtua suka berkumpul di dekat gerbang sekolah, baik saat mengantar maupun saat menjemput anak pulang. Di situ biasanya sampah berceceran, bahkan ghibah tetangga juga kerap menumpuk. Obrolan ke mana-mana. Awalnya tentang anak sendiri, ujungnya anak tetangga. 

Dari beberapa contoh di atas sangat jelas betapa pentingnya membangun kesadaran perlunya menjaga kebersihan termasuk dengan cara menyimpan sampah pada tempatnya. Sebab bila mental kotor menjangkit banyak orang, betapa besar sampah yang tak terurus. Berbagai fasilitas umum pun bakal kotor dan bau. Tentu ini sangat tidak nyaman.

Tentu saja hal yang tak kalah pentingnya adalah sampah atau kotoran lisan. Selama ini kita kerap menganggap sampah itu hanya sampah. Padahal lisan kita kerap berbicara hal-hal yang kotor. Sampah kata-kata memang terlihat sepele, tapi dampaknya besar. Informasi bohong yang tersebar, misalnya, bakal membakar emosi banyak orang. 

Tulisan semacam ini adalah ikhtiar sederhana saya dalam rangka menyebar kebaikan dan mengajak sesama agar tak mudah menyebar sampah atau kotoran ke mana-mana. Bagi mereka yang berwenang berbuat baik bisa dalam bentuk kebijakan ril. Nah bagi saya yang kuli pena, bisa dalam bentuk sedekah kata. Menulis seperti ini pun juga kebaikan. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku Biografi Belasan Tokoh 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Anatomi dan Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Qur’an