Konsep Life Skill Menurut Para Ahli dan Kementrian Pendidikan Nasional
KEBUTUHAN dasar manusia, pembangunan yang
dilakukan semua bangsa bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakatnya. Kualitas hidup manusia ditentukan oleh tingkat pemenuhan
kebutuhan yang paling utama bagi manusia, yang disebut dengan kebutuhan
dasar. Kebutuhan dasar merupakan berbagai keperluan yang diperlukan
manusia untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan dasar ini tidak statis,
tetapi bersifat dinamis dan berkembang sesuai tingkat peradaban dan
kesejahteraan manusia.
Life skill adalah kemampuan dan
keberanian untuk menghadapi problema kehidupan kemudian secara proaktif
dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Dengan
demikian pendidikan berorientasi life skill bagi peserta didik adalah
sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan
kehidupan, baik sebagai kehidupan pribadi yang mandiri, warga
masyarakat, maupun sebagai warga negara.dengan hasil yang dapat mencapai
apa yang menjadi tujuan hidupnya.
Pengertian Pendidikan Life Skill
Menurut Para Ahli
Pengertian life skill atau biasa disebut
sebagai kecakapan hidup jika di lihat dari segi bahasa berasal dari dua
kata yaitu Life dan skill. Life berarti hidup, sedangkan skill adalah
kecakapan, kepandaian, ketrampilan. Sehingga life skill secara bahasa
dapat diartiakan sebagai kecakapan, kepandaian, keterampilan hidup.
Umumnya dalam penggunaan sehari-hari orang menyebut life skill dengan
istilah kecakapan hidup.
Menurur Listyono, kecakapan hidup (life skill) yaitu kemampuan dan
keberanian untuk menghadapi problematika kehidupan, kemudian secara
proaktif dan kreatif, mencari serta menemukan solusi untuk mengatasi
permasalahan.
Menurut Rais Saembodo dalam Wira Kurnia S
(2006) mengatakan kecakapan, keterampilan (skill) menunjukkan suatu
kecakapan atau keterampilan ini diperoleh melalui latihan atau
pengalaman. Sasaran utama proses pengembangan sumber daya manusia dapat
diarahkan pada usahausaha membina knowledge skillability seoptimal
mungkin.
Menurut IOWA State University (2003),
life skill diartikan sebagai berikut, a skill is alearned ability to do
something well. Kecakapan tidak hanya diartikan sebagai kemampuan untuk
melakukan sesuatu, lebih daripada itu, kecakapan dimaknai sebagai
kemampuan belajar untuk melakukan sesuatu secara lebih baik. Jadi mampu
melakukan sesuatu saja belum cukup untuk dikatakan sebagai cakap,
melainkan kemampuan untuk melakukan sesuatu tersebut harus ditunjukan
secara lebih baik dan diperoleh melalui suatu aktivitas belajar.
Sedangkan life skill oleh IOWA State
University (2003), diartikan sebagai, are abilities individuals can lear
that will help them to be successful in living a produktive and
satisfying life. Kecakapan hidup dimengerti sebagai kemampuan individual
untuk dapat belajar sehingga seseorang memperoleh kesuksesan dalam
hidupnya, produktif dan mampu memperoleh kepuasan hidup. Indikator
seseorang telah memperoleh life skill dengan demikian dapat dilihat dari
sejauhmana ia mampu eksis dalam kehidupnya di tengah-tengah masyarakat.
Apabila seseorang mampu produktif dan membuat berbagai kesuksesan, maka
dapat dikatakan orang tersebut memiliki life skill yang baik.
Menurut Anwar (2004) life skill adalah
pendidikan yang dapat memberikan bekal ketrampilan yang praktis
terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan
potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat.
Broling (1989) mengemukakan bahwa life
skill adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat
penting dimiliki oleh seseorang, sehingga mereka dapat hidup mandiri.
Kent Davis (2000) mengemukakan bahwa
kecakapan hidup (life skill) “manual pribadi” bagi tubuh seseorang.
Kecakapan ini membantu peserta didik belajar bagaimana memelihara
tubuhnya, tumbuh menjadi dirinya, bekerja sama dengan secara baik dengan
orang lain, membuat keputusan yang logis, melindungi dirinya sendiri
dan mencapai tujuan didalam kehidupannya.
Menurut WHO (1997) life skill yaitu
berupa berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan
berprilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi
berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya seharihari secara
efektif.
Secara esensial, life skill didefinisikan
sebagai semacam petunjuk praktis yang membantu anak-anak untuk belajar
bagaimana merawat tubuh, tumbuh untuk menjadi seorang individu, bekerja
sama dengan orang lain, membuat keputusan-keputusan yang logis,
melindungi diri sendiri untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Sehingga
dalam hal ini untuk menjadi tolak ukur life skill pada diri seseorang
adalah terletak pada kemampuannya untuk meraih tujuan hidupnya.
Life skill memotivasi anak-anak dengan
cara membantunya untuk memahami diri dan potensinya sendiri dalam
kehidupannya, sehingga mereka mampu untuk menyusun tujuan-tujuan hidup
dan melakukan proses problem solving apabila dihadapkan
persoalan-persoalan hidup.
Menurut Kemendiknas
Istilah life skill menurut Depdiknas
tidak semata-mata diartikan memiliki keterampilan tertentu (vocational
job) saja, namun ia harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara
fungsional seperti mambaca, menghitung, merumuskan, dan memecahkan
masalah, mengelolah sumber daya, bekerja dalam tim, terus belajar di
tempat kerja mempergunakan teknologi.
Sedangkan pendidikan kecakapan hidup atau
life skill menurut tim broad based education Depdiknas (2002) adalah
kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mau dan berani menghadapi
problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan,
kemudian secara pro aktif dan kreatif dapat mencari serta menemukan
solusi untuk mengatasinya.
Apa yang diungkapkan oleh Depdiknas tentu
masih relevan dengan arahan pendidikan nasional saat ini. Hanya saja
ada penguatan tertentu sesuai dengan pengembangan pendidikan sekaligus
kebutuhan zaman yang semakin kompleks era ini.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pengertian life skill adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi
problema kehidupan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan
menemukan solusi untuk mengatasinya. Dengan demikian pendidikan
berorientasi life skill bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam
menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai
kehidupan pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga
negara.dengan hasil yang dapat mencapai apa yang menjadi tujuan
hidupnya.
Jenis-Jenis Life Skill
Broling (1989) dalam pedoman
penyelenggaraan program kecakapan hidup pendidikan non formal
mengelompokkan life skill menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Kecakapan
hidup sehari-hari (daily living skill), antara lain meliputi ;
pengelolahan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaran keamanan,
pengelolahan makanan-gizi, pengelolahan pakaian, kesadaran pribadi warga
negara, pengelolahan waktu luang, rekreasi, dan kesadaran lingkungan.
(2) kecakapan hidup sosial/pribadi (personal /social skill), antara lain meliputi ; kesadaran diri (minat, bakat,
sikap, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang
rasa dan kepedulian pada sesama, hubungan antar personal, pemahaman
masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan fositif, kemandirian dan
kepemimpinan. (3) kecakapan hidup bekerja (vocational skill), meliputi:
kecakapan memilih pekerjaan, perencanaan kerja, persiapan keterampilan
kerja, latihan keterampilan, pengusahaan kompetensi, menjalankan suatu
profesi, kesadaran untuk menguasai berbagai keterampilan, kemampuan
menguasai dan menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses
pekerjaan, dan menghasilkan produk barang dan jasa.
WHO (World Health Organization)
mengelompokkan kecakapan hidup kedalam lima kelompok, yaitu : (1)
kecakapan mengenal diri (self awareness) atau kecakapan pribadi
(personal skill), (2) kecakapan sosial (sosial skill), (3) kecakapan
berpikir (thinking skill), (4) kecakapan akademik (academic skill), dan
(5) kecakapan kejuruan (vocational skill).
Slameto (2002) membagi life skill menjadi
dua bagian yaitu: kecakapan dasar dan kecakapan instrumental. Life
skill yang bersifat dasar adalah kecakapan universal dan berlaku
sepanjang zaman, tidak tergantung pada perubahan waktu dan ruang yang
merupakan fondasi bagi peserta didik baik di jalur pendidikan
persekolahan maupun pendidikan non formal agar bisa mengembangkan
keterampilan yang bersifat instrumental. Life skill yang bersifat
instrumental adalah kecakapan yang bersifat relatif, kondisional, dan
dapat berubah-rubah sesuai dengan perubahan ruang, waktu, situasi, dan
harus diperbaharui secara terus-menerus sesuai dengan drap perubahan.
Kalau dikaji lagi pada dasarnya kecakapan
hidup (life skill) hanya ada empat jenis, yakni (1) kecakapan pribadi
(personal skill), (2) kecakapan sosial (sosial skill), (3) kecakapan
akademik (academic skill), dan (4) kecakapan kerja (vocational skill).
Misi dan Prinsip Pendidikan Life Skill
Life skill memiliki misi untuk
meningkatkan kualitas keterampilan, kecakapan hidup dan profesionalitas,
bagi anggota masyarakat yang membutuhkan dalam rangka meraih
kesejahteraan jasmani dan rohani, dengan menerapkan prinsip belajar
sepanjang hayat dan untuk meningkatkan daya saing bangsa diera global.
Menurut Anwar (2004), prinsip-prinsip
pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skill) adalah sebagai
berikut: a) Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku b) Tidak
mengubah kurikulum yang berlaku c) Pembelajaran menggunakan prinsip
empat pilar, yaitu: belajar untuk tahu, belajar untuk menjadi diri
sendiri, belajar untuk melakukan, belajar untuk mencapai kehidupan
bersama. d) Belajar konstektual (mengaitkan dengan kehidupan nyata)
dengan menggunakan potensi lingkungan sekitar sebagai wahana pendidikan.
e) Mengarah kepada tercapainya hidup sehat dan berkualitas, memperluas
wawasan dan pengetahuan, dan memiliki akses untuk memenuhi standar
kehidupan yang layak.
Sasaran dan Tujuan Pendidikan Life Skill
Sasaran life skill yaitu anggota
masyarakat usia produktif 18-45 tahun, perempuan maupun laki-laki, putus
sekolah maupun belum memilki pekerjaan, dengan kriteria : a) Memiliki
kemauan untuk belajar dan bekerja b) Memiliki komitmen mengikuti
kegiatan belajar sampai dengan selesai yang dibuktikan dengan surat
pernyataan kesedihan kesanggupan belajar. c) Domisi warga masyarakat
desa yang berada pada lingkup satu kecamatan.
Secara umum tujuan pendidikan life skill
yaitu untuk memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya yaitu untuk
mengembangkan potensi manusiawi (peserta didik) untuk menghadapi
peranannya dimasa yang akan datang.
Tujuan dari orientasi life skill adalah
untuk memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi peserta didik yang
sesuai dengan apa yang dibutuhkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun tujuan pendidikan life skill
secara khusus bila dirinci adalah sebagai berikut: a) Melaksanakan
program-program pendidikan dan pelatihan yang mampu mengembangkan
ketrampilan, keahlian dan kecakapan serta nilai-nilai keprofesian untuk
mendorong produktivitas sebagai tenaga kerja yang handal atau
kemandirian berusaha. b) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
mengikuti program khusus berbasis kompetensi, serta fasilitasi
penempatan kerja pada dunia usaha / industri dan / atau berusaha
mandiri.
Kesimpulan
Life skill adalah kemampuan dan
keberanian untuk menghadapi problema kehidupan kemudian secara proaktif
dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Dengan
demikian pendidikan berorientasi life skill bagi peserta didik adalah
sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan
kehidupan, baik sebagai kehidupan pribadi yang mandiri, warga
masyarakat, maupun sebagai warga negara.dengan hasil yang dapat mencapai
apa yang menjadi tujuan hidupnya.
Mudah-mudahan pembahasan ini bisa menjadi
pemantik pembaca dalam memperdalam pembahasan tentang konsep kecakapan
hidup (life skill) dari berbagai dimensinya.
Daftar Pustaka
Buku
Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education): Konsep dan Aplikasi, Bandung : Alfabeta.
Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education): Konsep dan Aplikasi, Bandung : Alfabeta.
Depdiknas. 2002. Pengembangan Pelaksanaan
Broad-Based Education, High Based Education, dan Life Skills di SMU.
Jakarta: Depdiknas.
Kurnia S, Wira. 2006. Pendidikan
Keterampilan Sebagai Upaya Pemberdayaan Siswa (Skripsi Sarjana
Pendidikan), Malang: Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.
Jurnal
Sri, Sumarni. 2002. Kajian Tentang Konsep, Problem dan Prospek
Pendidikan Islam. (Jurnal Ilmu Pendidikan Islam). Yogyakarta : IAIN
Kalijaga Fak Tarbiyah.
Wahab, Rohmalina. 2012. Reformulasi
Inovasi Kurikulum: Kajian Life Skill Untuk Mengantarkan Peserta Didik
Menjadi Warga Negara yang Sukses (dalam Jurnal TA’DIB, Vol. XVII, No.
02, Edisi Desember 2012), Palembang: Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah
Palembang.
Listyono. 2011. Orientasi Life Skill
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan Pendekatan Sets.
(Jurnal). Surabaya: Perpustakaan UIN Sunan Ampel.
Oleh:
Syamsudin Kadir—Direktur Eksekutif Penerbit Mitra Pemuda dan Penulis
buku “Membangun Pendidikan dan Bangsa yang Beradab”.
Komentar
Posting Komentar