Mengenal dan Meneladani Buya Hamka


SAYA sangat bersyukur dan beruntung karena hari ini Selasa 3 Agustus 2021 pukul 15.45-17.00 WIB, di tengah masyarakat dunia masih bergulat dengan bencana non alam: Covid-19, saya dan ratusan peserta lainnya bisa menghadiri acara Webinar melalui link Zoom Meeting yang bertema The Untold Story of Hamka Kisah Hamka yang Belum Terungkap. Tema ini mengulas lebih awal buku karya jenial salah satu keturunan atau cucu Buya Hamka yang berjudul "Nambo Hamka" (tebal 360 halaman) yang sudah bisa dinikmati pembaca dalam waktu dekat. 

Pada acara ini, saya mengajak istri saya (Eni Suhaeni) dan ketiga anak saya: Azka Syakira (10 tahun), Bukhari Muhtadin (7 tahun) dan Aisyah Humaira (15 bulan lebih) untuk turut mengikuti acara. Selebihnya, Gema Insani Press (GIP) selaku penerbit buku sekaligus penyelenggara acara menghadirkan penulis sekaligus cucu Buya Hamka, al-Ustadz Abdul Hadi Hamka. Ustadz Abdul Hadi, demikian beliau akrab disapa, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara (Abdul Malik, Abdul Hadi dan Abdul Fatah) dari anak Buya Hamka, Prof. Dr. Hj. Aliyah Hamka, MM.   


Diantara alasan penting sekaligus hal utama yang memotivasi Ustadz Abdul Hadi untuk menulis tentang sang kakek, Buya Hamka, diantaranya, karena beliau sosok yang idealis dalam banyak aspek namun nasehat dan pemikirannya mudah didengar dan dipahami. Kemudian, yang lebih penting lagi adalah sebagai bentuk apresiasi atas jasa besar sang kakek bagi dirinya dan keluarga besar yang hingga kini masih terngiang, bahkan menjadi inspirasi dan teladan bagi banyak orang. Termasuk menyampaikan ke pembaca perihal sisi-sisi unik Buya Hamka yang dirasa belum disampaikan oleh banyak penulis buku tentang beliau, terutama keseharian beliau bersama keluarga dan cara-cara beliau dalam mendidik anak-anak dan cucu-cucunya.  

Seingat saya, tentu dengan mengelaborasi seperlunya dari apa yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Hadi, baik pada saat menyampaikan materi maupun pada sesi tanya-jawab, ada beberapa hal penting, pertama, Buya Hamka merupakan sosok kakek yang sangat inspiratif bagi keluarga besar. Keluarganya memang tergolong besar, yang terdiri dari beberapa kepala keluarga. Beliau menjalankan peran sebagai pembimbing yang baik dalam keragaman kondisi, latar dan dinamika keluarga semacam itu. Dengan kebijaksanaan, kelembutan dan kehangatannya, beliau menjadi magnet pemersatu bagi keluarga besar. Sehingga keluarganya pun mendengar dan meneladani beliau dengan baik sesuai arahan beliau yang memang sangat mencintai dan selalu mengajak sekaligus menasehati keluarganya pada kebaikan. 

Kedua, Buya Hamka merupakan sosok yang melindungi. Dengan keserhanaan dan kesahajaannya, sebagai kepala keluarga dan sosok tua di keluarga, beliau melakukan perlindungan dan pengasuhan yang begitu apik bagi anak-anak dan cucu-cucunya. Mereka pun memotret kesederhanaan beliau dari banyak hal. Misalnya, bila ada tamu yang berkunjung ke rumahnya, beliau menerimanya dengan ramah. Menyapanya dengan lembut dan mendengar cerita atau tuturnya dengan seksama. 

Ketiga, Buya Hamka adalah sosok yang disiplin dan produktif. Sehari-hari Buya Hamka selalu mengisi waktu dengan membaca dan menulis, baik atikel maupun buku. Beliau juga rajin membaca atau mengkaji al-Quran. Selain itu, beliau juga mengkaji berbagai kitab dan buku karya ulama dan tokoh-tokoh lain, baik dari dalam maupun luar negeri. Sehingga seluruh waktunya benar-benar terisi untuk hal-hal yang bermanfaat. 

Keempat, Buya Hamka adalah sosok pendidik yang hebat.  Kehadiran anak-anak kecil di rumahnya tak membuat Buya Hamka merasa terganggu. Malah beliau selalu merasa nyaman dan mengapresiasi dengan cinta. Apalah lagi anak-anak dan cucu-cucunya yang selalu menemaninya di rumah, merupakan sebuah anugerah yang paling indah yang dirasakan oleh sosok yang akrab dengan berbagai kalangan ini. Cara-cara beliau mendidik anak-anak dan cucu-cucunya, atau siapapun yang belajar mengaji di rumah beliau, itu dengan cara yang unik dan mudah dipahami. 

Kelima, Buya Hamka adalah pendidik yang riang. Misalnya, beliau mengajarkan agama dengan riang, mudah dan merasuk dalam jiwa siapapun yang mendengarnya. Kesempatan bersama anak-anak, misalnya, benar-benar beliau manfaatkan untuk mendidik mereka menjadi generasi unggul yang beradab dan bermanfaat bagi umat juga bangsa. Beliau punya kemampuan membuat cerita yang unik sehingga mampu dipahami juga diadaptasi oleh anak keturunannya. Beliau menyampaikan cerita para nabi dan para sahabat yang akrab dengan kehidupan mereka. Beliau benar-benar sosok yang memahami jiwa anak. Sehingga sangat merasakan beliau sosok pendidik yang riang, bijak dan menuntun. 

Keenam, Buya Hamka adalah sosok yang soleh dan taat beragama. Buya Hamka selalu menunaikan shalat lima waktu secara berjamaah. Hal ini beliau upayakan di tengah anggota keluarga yang tergolong banyak. Bukan saja yang wajib, beliau juga selalu melaksanakan shalat malam (tahajut dan witir), di samping shalat rawatib dan dhuha pagi hari. Hal tersebut ditambah lagi dengan kedisiplinan beliau untuk melaksanakan shaum sunah setiap Senin-Kamis, dan sebagainya. 

Ketujuh, Buya Hamka adalah sosok yang perhatian dan peduli pada keluarga dan sesama. Ya, Buya Hamka adalah sosok kepala keluarga yang sangat perhatian pada keluarga. Hal ini beliau wujudkan dengan mendengar keluhan dan memenuhi kebutuhan keluarga yang memag menbutuhkan bantuan. Hal tersebut menjadi inspirasi juga bagi beliau untuk peduli pada sesama, terutama bagi tetangga dan masyatakat sekitar. Bukan saja yang warga muslim tapi juga yang non muslim. 

Kedelapan, Buya Hamka adalah sosok ulama dan dai yang idealis. Hal ini dibuktikan dengan pemahaman dan konsistensi beliau dengan berbagai ajaran Islam, terutama bila dihadap-hadapkan dengan urusan duniawi. Bagi beliau, seluruh aspek dalam kehidupan ini tidak bisa dipisahkan dari ajaran agama. Bahkan agama mesti menjadi mahkota dan kompas yang mengarahkannya. Menurut beliau, memahami sesuatu dari kaca mata Islam yang sempurna dan luas dalam memandang segala hal adalah kunci sesuatu menjadi terarah. 

Kesembilan, Buya Hamka adalah sosok yang toleran pada perbedaan. Walau pun terkenal idealis dengan pemahaman dan sikapanya, Buya Hamka tetap menghormati dan menghargai perbedaan dengan siapapun. Walau idealis, beliau tetap menyampaikan pandangan dan sikapnya dengan cara-cara yang sangat lembut. Dalam menyampaikan nasehat keagamaan di berbagai forum pengajian, misalnya, beliau sampaikan dengan cara yang santun dan tak melukai perasaan siapapun. Beliau pun mengajarkan pada keluarganya bagaimana seharusnya hidup dan menjalani kehidupan keluarga sekaligus sosial dengan memberi rasa nyaman bagi semua. 

Kesepuluh, Buya Hamka adalah sosok yang sangat dikenal  mempermudah dalam beragama. Beliau pun mengajarkan agar tidak berlebihan dalam segala hal, termasuk dalam beragama. Sehingga bila ada permasalahan dan perbedaan pandangan,  diupayakan untuk diselesaikan dengan hati jernih dan akal yang sehat. Menghadapi sesuatu tidak perlu menyinggung dan tidak dengan menyakiti orang lain. Sebab agama adalah jalan petunjuk yang mesti disampaikan dengan damai dan untuk tujuan damai. Agama mesti mempermudah dan tidak mempersulit. 

Dalam hal mencari jodoh bagi anak-anaknya, misalnya, beliau tidak memaksa dan mengharuskan mereka menikah dengan standar yang menyusahkan, malah sangat memudahkan. Sehingga beliau pun selalu berupaya untuk merestui setiap apa yang dilakukan oleh anak-anaknya. Beliau mengingatkan anak-anaknya bahwa cakupan ajaran agama Islam itu luas namun pelaksanannya mudah dan dipermudah, sehingga tidak boleh mempersulit dengan alasan apapun. Beliau pun selalu berupaya untuk mengafirmasi setiap kebiasaan baik yang dilakukan oleh anak-anak dan cucu-cucunya. 

Kesebelas, Buya Hamka adalah sosok teladan yang layak diteladani. Beliau pun selalu menjadi contoh untuk setiap nasehat dan sikapnya. Beliau mengajarkan agar menjalani kehidupan ini dengan ikhlas dan sederhana. Hal ini bukan saja diajarkan atau sekadar dikatakan, tapi memang beliau sendiri melaksanakan atau mengaplikasikannya. Hal ini bisa dirasakan oleh keluarga, bahkan oleh mereka yang pernah mengenal sosok beliau. Buya Hamka pun benar-benar mewarnai kehidupan dan pemikiran anak dan cucu-cucunya, juga masyarakat luas lintas latar belakang. Sehingga keluarga dan masyarakat umum pun merasakan betapa beliau memang hadir dan memberi warna dalam kehidupan mereka. 

Keduabelas, Buya Hamka adalah sosok pembaca dan penulis handal. Salah satu kebiasaan dan rutinitas beliau sehari-hari selain berdakwah melalui TV dan Radio adalah membaca, termasuk menulis artikel dan buku. Hal ini menjadi inspirasi bagi anak-anak dan cucu-cucnya kelak untuk menekuni dunia kepenulisan, walaupun mereka berprofesi di bidang yang berbeda. Beliau pun tak hanya membaca kitab dan menulis buku juga artikel untuk berbagai media, tapi juga memastikan anak-anak dan cucu-cucunya memiliki semangat yang sama yaitu membaca dan menulis.  

Singkatnya, Buya Hamka adalah sosok yang multi talenta, jenius dan telaten dalam banyak hal. Sehingga beliau pun dikenal bukan saja baik di dalam (keluarga) tapi juga di luar (masyarakat umumnya). Tak heran bila beliau menjadi idola bagi banyak kalangan, baik di dalam maupun di luar negeri. Berbagai kalangan di beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam dan sebagainya pun menjadikan beliau sebagai sosok yang dikenal sebagai ulama, sastrawan dan tokoh besar, sehingga layak diteladani dalam pemahaman dan  pemikiran juga dalam bersikap. 

Buya Hamka tergolong sosok yang sangat sukses dengan seluruh peran dan kontribusinya dalam kehidupan ini, baik bagi umat dan bangsa maupun bagi kemanusiaan. Baginya, kesabaran, keikhlasan, dan doa adalah kunci kesuksesan yang mesti dijaga dengan baik. Beliaupun menjadi sosok ulama soleh, sastrawan ternama dan penulis hebat, bukan dengan duduk santai dan berdiam diri, tapi dengan perjuangan, kerja keras, dan pengorbanan yang tak sedikit. 

Beliau melalui dan mengarungi kehidupannya dengan berliku-liku jalan dan banyak tantangan. Namun beliau bukan sosok yang cengeng lalu mengeluh tanpa berbenah. Beliau menghadapi semua itu dengan semangat membara. Beliau memiliki tekad yang kuat untuk hidup lebih baik dan bermanfaat bagi keluarga dan banyak orang. Beliau memiliki motivasi bahwa siapapun menjadi pewarta kebenaran dengan potensi yang dimilikinya.

Nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang disingkat Hamka, lahir pada 17 Februari 1908 di kampung Molek, Maninjau, Sumatra Barat dari pasangan Dr. H. Abdul Karim Amrullah yang dikenal dengan Haji Rasul dan Siti Safiyah Binti Gelanggar yang bergelar Bagindo nan Batuah. Penulis buku Tasawuf Modern, Kesapaduan Iman dan Amal Soleh, Di Bawah Lindunga Kabah, Falsafah Hidup, Lembaga Hidup, Kenang-kenangan Hidup, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan sebagainya, termasuk pengarang Tafsir al-Azhar, salah satu karya monumental dan mashur di tanah Melayu-Nusantara ini,  meninggal di Jakarta pada 24 Juli 1981 pukul 10.41 WIB pada usia 73 tahun 5 bulan.  

Siapapun kita dan apapun latar belakang kita, sangat elok bila bergiat dan berkesempatan untuk membaca berbagai karya ilmiah tentang Buya Hamka. Sebab Ketua Umum pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Ulama berdarah Muhammadiyah dan tokoh berlatar Masyumi ini sangat kaya pengalaman dan tergolong sosok yang sangat langka selama beberapa dekade terakhir ini. Beliau bukan sosok pendendam, walau karena kepentingan kekuasaan apa yang beliau alami kala itu begitu berat. Karya cucunya kali ini adalah salah satu buku yang menarik dan perlu kita baca dan mereguk berbagai hal yang disuguhkan, agar kita selalu terinspirasi untuk belajar pada Buya Hamka, mendalami ide dan pemikirannya, meneladani sikap serta menapaki prinsip hidupnya. Singkatnya, kita perlu mengenal dan meneladani Buya Hamka, agar langkah dan kontribusi kita selalu terarah dan bermanfaat jangka panjang pada lapak sejarah umat, bangsa dan kemanusiaan. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Indahnya Islam Di Indonesia" dan "Kalo Cinta, Nikah Aja!"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah