Meraih Sukses Tanpa Hidup Boros!
Pertanyaannya, apa impian atau cita-cita yang perlu saya miliki? Setiap orang memiliki selera dan rencana masing-masing. Bila pun belum ada impian atau cita-cita, maka yang mesti dilakukan sekarang yang pertama kali adalah menentukan impian atau cita-cita. Bila belum ada, silahkan cek potensi, apa potensi dirinya. Biasanya bisa diketahui dari sesuatu yang disukai, diminati, dan dilakukan setiap hari. Sebab dari situ biasanya seseorang dapat menentukan impian atau cita-cita yang hendak digapainya.
Impian atau cita-cita yang baik perlu ditulis dan diingat, agar ia bukan sekadar angan-angan tapi benar-benar menjadi tujuan yang hendak digapai. Dampaknya, semua tenaga, pikiran dan upaya akan dikerahkan untuk menggapainya. Bila sudah menentukan impian atau cita-cita, maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menyusun langkah-langkah menggapainya. Mengenai hal ini biasanya apa saja yang perlu dilakukan secara rutin agar impian jadi kenyataan. Di sinilah momentum untuk mencicil berbagai hal yang perlu ditempuh untuk menggapainya.
Memiliki impian dan langkah-langkah menggapainya merupakan sebuah kemajuan tersendiri bagi kehidupan seseorang. Hal inilah yang membedakan seseorang itu benar-benar ingin sukses atau tidak. Bila ingin sesuatu tapi langkah-langkahnya tidak disusun bahkan tidak ditempuh maka ujungnya bakal gagal. Makanya ungkapan lama mengingatkan begini, "Gagal merencanakan sesuatu sama saja dengan merencanakan kegagalan". Artinya, keinginan untuk menggapai sesuatu saja tidak cukup, tapi perlu ditindaklanjut.
Bagi mereka yang sukses biasanya memiliki pantangan hidup yang selalu dijaga atau dihindari. Misalnya, Yusuf Hamka, pengusaha jalan tol yang sangat kaya sekaligus anak angkat ulama kenamaan asal Sumatra Barat Buya Hamka. Beliau bukan sekadar kaya tapi juga dermawan. Salah satu pantangan beliau adalah tidak boros. Kita bisa perhatikan seperti apa tampilan atau cara berpakaiannya, itu sangat sederhana dan apa adanya. "Menjadi orang kaya itu jangan boros dan sombong!", ungkapnya suatu ketika di sebuah stasiun Televisi (TV).
Baginya, boros adalah musuh yang tak boleh dipelihara. Sehingga tak pernah beliau menghambur-hamburkan hartanya untuk hal-hal yang sia-sia seperti membeli rokok atau merokok, berpesta ria di berbagai kafe dan atau berkaroke dengan wanita hidung belang di luar sana. Beliau malah sibuk menggunakan hartanya untuk kegiatan sosial atau menderma. Bangun masjid dan masjid, menyumbang di berbagai lembaga sosial, dan masih banyak lagi. Semua itu menjadi bukti bahwa beliau adalah orang sukses atau kaya namun tidak boros tapi menderma.
Bila pun ada kelebihan dari aktivitas menderma, beliau menabungnya. Itu pun tak seluruhnya, sebab hartanya beliau manfaatkan untuk diinvestasikan dalam beberapa jenis usaha. Sehingga hartanya terus bertambah dan semakin produktif. Dampaknya, kekayaannya tidak habis, malah bertambah. Berbagai usahanya juga berkembang pesat dan tentu saja menjadi jalan bagi banyak orang untuk meraih berbagai rezeki. Beliau sukses membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang yang tentu saja keluarga yang menanti hasilnya sangat banyak.
Intinya, orang kaya itu rerata tidak boros tapi dermawan. Bila yang kaya tidak boros, lalu mengapa kita yang miskin bangga dengan hidup boros? Kondisi miskin, malas bekerja dan enggan belajar mencoba namun pola hidup boros masih mengisi hari-hari kita, lalu mau menjadi apa? Mestinya malu menjalani hidup dengan gaya hidup mewah, merokok bebas dengan menghabiskan uang begitu wah di setiap harinya, dan malas bekerja. Betapa rugi hidup kita bila terjebak dalam hidup boros dan malas semacam itu. Apalah lagi uang kita masih diperoleh dari orang tua, maka hidup boros adalah satu bentuk penghinaan dan kedurhakaan kepada mereka.
Boros biasanya memang sepaket dengan hidup malas. Dan diantara jalan untuk menyudahinya adalah hidup sederhana dan menabung serta bekerja keras. Jangan pernah memaksa hidup dengan pola hidup mewah, serba gaya dan malas atau santai. Sebab bila dibiarkan terus menerus nanti bakal jadi karakter dan menjadi kepribadian. Bila itu yang terjadi maka hidup kita hanya begitu-begitu saja. Bahkan pada akhirnya hanya menjadi sampah di tengah kehidupan masyarakat. Jadi, miliki impian, tulis impian itu, lalu miliki dan lakukan langkah-langkah menggapainya. Pada saat yang sama jangan malas dan boros, jadilah dermawan sejak dini! (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis "Plan Your Success"
Komentar
Posting Komentar