Menginspirasi Anak Agar Menjadi Pecinta Buku


MEMBACA merupakan saudara kembar menulis. Ia adalah tradisi intelektual yang sudah dilakoni oleh manusia lintas peradaban sejak dulu hingga kini. Sebagaimana menulis, membaca merupakan pintu bagi siapapun untuk memperoleh berbagai ilmu pengetahuan sehingga wawasannya tentang banyak hal semakin luas. Perspektifnya tentang sesuatu pun semakin luas dan berbasis pada pijakan yang kokoh yaitu ilmu pengetahuan. 

Tradisi baca memiliki kontribusi besar bagi kehidupan seseorang dalam meningkatkan kualitas ide dan pemikiran serta kemampuannya dalam memahami berbagai situasi di sekitarnya. Hal ini mampu membawa dirinya kepada satu lompatan penting dalam hidupnya yaitu lompatan intelektual, dari sosok yang tidak tahu menjadi tahu bahkan lebih tahu tentang sesuatu yang ditekuninya. 

Para ilmuan ternama terutama para ulama lintas zaman dalam sejarah peradaban Islam adalah contoh paling nyata generasi yang gila baca. Mereka pun berperan penting terhadap kemajuan sains dan teknologi masa kini. Mereka diantaranya Ibnu sina sang ahli Biologi, Farmasi dan Kedokteran; Al khawarizmi ahli Matematika; Jabbir Hayyan ahli Kimia; dan Ibnu Rusydi ahli Astronomi. 

Bukan itu saja, diantara itu mereka juga menjadi pakar yang benar-benar ahli dalam hukum Islam seperti Imam Syafi'i, Imam Ahmad ibn Hanbal, Imam Maliki, dan Imam Abu Hanifah. Praktik keagamaan kita era ini pun terinspirasi dari kemampuan mereka dalam menemukan kesimpulan hukum atas banyak pembahasan hukum. Tentu masih banyak lagi para ulama muslim di masa lalu yang telah menorehkan kontribusi besar bagi kemajuan dan kejayaan Islam. 

Bahkan generasi awal atau generasi sebelum mereka seluruhnya seperti para sahabat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah generasi pembaca yang paling ulung. Bagi mereka, membaca adalah lakon sejarah yang kelak menentukan kemajuan dan kejayaan peradaban Islam. Merekalah generasi yang paling besar jasanya bagi perkembangan dan kejayaan peradaban Islam dari dulu hingga kini. 

Saya sangat bersyukur dan bangga karena kedua anak saya yang pertama yaitu Azka Syakira dan Bukhari Muhtadin adalah anak yang paling suka membaca. Mereka akrab dengan buku dan selalu berupaya untuk membukanya, tentu untuk membacanya. Ada kebanggaan tersendiri, sebab membangun tradisi baca adalah upaya yang diliputi oleh berbagai tantangan dan hambatan. 

Misalnya, buku yang tidak tersedia dengan lengkap, belum cukup dana untuk membeli buku baru dan berkualitas, susah menentukan waktu baca di kala aktivitas lain hadir menumpuk, rasa malas yang sering datang menghambat, keengganan untuk menuntaskan sebuah bacaan gegara penjelasannya bertele-tele dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Namun, kondisi demikian tak membuat kedua anak saya kehilangan tekad, kemauan dan semangat untuk membaca. Apalah lagi di ruang tamu rumah sudah tersedia ribuan buku yang saya tampung sejak awal-awal kuliah pada 2002-an silam hingga kini. Mereka pun dimanjakan oleh berbagai buku beragam judul sesuai selera mereka. Insyaa Allah ke depan buku-buku bertema anak atau sesuai kebutuhan anak seusia, terutama mereka bakal menjadi fokus saya. 

Saya sendiri benar-benar diuntungkan karena sejak kecil saya sudah terbiasa membaca buku. Ayah dan Ibu saya adalah sosok yang suka baca. Walau pun pendidikan formal mereka tak seberapa, tapi saya menyaksikan mereka adalah teladan terbaik saya untuk tradisi baca. Sehingga bila anak-anak saya mengalami tantangan dan hambatan dalam membaca saya sudah memiliki tips atau strateginya. Sekadar contoh, saya sering membeli buku-buku baru sesuai selera mereka. 

Semangat membaca buku anak-anak saya benar-benar saya rasakan. Bukan saja pada jadwal membaca buku seperti pada pagi hari setelah shalat duha dan pada malam hari setelah shalat Isya, bahkan mereka biasa nongkrong di perpustakaan buku rumah. Mereka lebih suka membaca buku sambil bermain santai di perpustakaan buku. Kadang, mereka pun tidur lelap di situ dan enggan berpindah tempat. 

Suatu ketika mereka ingin membeli buku. Lalu saya pun diajak untuk segera ke toko buku. Sesampainya di toko buku, mereka pun terlihat begitu riang gembira. Mereka datang ke beberapa pojok buku khusus anak-anak lalu membaca beberapa buku yang diantaranya memang sudah dibuka oleh karyawan toko buku. Bukan itu saja, mereka pun meminta agar dibelikan buku yang memang mereka sukai untuk dibawa pulang dan nanti dibaca tuntas saat di rumah. 

Untuk beberapa kesempatan, saya kadang mengalami kendala yang cukup berarti. Terutama perihal dana untuk membeli buku yang belum cukup. Ya, suatu ketika mereka mengajak saya ke toko buku untuk membeli buku baru. Padahal waktu itu jangankan uang jajan dan uang buku, uang untuk makan pun benar-benar tak seberapa. Lagi musim dompet kering kerontang. Kantong kering alias dompet kering. Hal ini dalam kondisi tertentu tentu saja menjadi pembatas hingga tak bisa membeli buku. 

Namun mereka, dalam banyak kesempatan, memilih untuk membeli buku. Untuk makan pun diatur sedemikian rupa, sehingga untuk makan tetap tersedia dan untuk buku pun tetap tersedia. Pada awalnya saya agak bingung, namun dengan manajemen keuangan akhirnya buku-buku yang hendak dibeli terbeli juga. Saya sangat haru dan bangga karena anak-anak saya lebih suka pada buku daripada sekadar makan dan minum yang kadang hanya mengikuti selera nafsu.  

Saya menyaksikan mereka telah mewarisi semangat Ayah dan Ibu, ya Kakek dan Nenek mereka yang kini sudah meninggal. Kadang air mata saya tak tertahan lagi, jatuh begitu saja, saat mengingat kelihaian Ayah dan Ibu saya dulu untuk mendidik saya terutama untuk membaca berbagai buku. Tak ada listrik, tetapi tetap mengajar saya juga kakak dan adik-adik saya tentang banyak hal terutama untuk membaca buku dan catatan pelajaran dari Guru di sekolah. 

Kini, rasa cinta kedua orangtua saya pada tradisi baca sudah dilanjutkan oleh ketiga cucunya, yang kini sudah kelas 4 (Azka Syakira) dan 1 SD (Bukhari Muhtadin) serta si bungsu 2 tahun (Aisyah Humaira). Saya hanya melanjutkan apa yang diperankan oleh Ayah dan Ibu, mewarisi tradisi mereka yang benar-benar berharga dan bermanfaat. Saya pun selalu terngiang untuk menginspirasi atau menyemangati anak-anak saya agar mencintai buku dan mencintai tradisi baca. 

Di atas segalanya, barakallah untuk anak hebat kebanggaan saya yaitu Azka Syakira dan Bukhari Muhtadin yang selalu bersemangat membaca buku dan lebih suka nongkrong di perpustakaan buku di rumah daripada di rumah makan. Ingat, nanti adik kalian Aisyah Humaira juga diajak untuk mencintai buku dan membaca buku ya. Biar kelak kalian menjadi generasi yang cerdas, bermanfaat dan membanggakan keluarga besar; menjadi generasi unggul Indonesia. 

Ya, saya sangat bangga pada kalian yang sudah jatuh cinta pada buku dan tradisi baca. Sudah banyak buku yang kalian lahap, itu semua adalah modal penting bagi perjalanan hidup dan karir kalian kelak. Jaga terus rasa cintanya, jaga selalu semangatnya. Jangan pernah kalah oleh keadaan, jangan pernah lelah karena keterbatasan. Semangat selalu ya anak-anak sayang, menjadi generasi yang terus belajar. Terus semangat dan maju menjadi generasi pembelajar, generasi yang suka buku sekaligus membaca buku! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Melahirkan Generasi Unggul"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok