Berbenahlah dengan Beristighfar!


DALAM menjalani kehidupan ini kita pasti pernah bertingkah atau bersikap yang tak layak. Minimal kepada orang-orang yang kita cinta. Istri atau anak-anak kita. Dalam keseharian kita. Atau mungkin pada waktu yang telah lewat. Singkatnya, kita hanyalah sosok makhluk yang terjerat salah dan khilaf. Bahkan penuh dosa.

Percayalah, masih ada waktu. Allah punya sifat kasih dan sayang kepada kita hamba-Nya. Karenanya, sudah saatnya bagi kita untuk mengevaluasi diri. Tentang lakon kita selama ini. Tentang sikap dan ucap. Tentang lintas pikiran dan suara hati. Bisa jadi, lakon kita melukai hati juga perasaan orang-orang yang kita cinta.

Semua itu terbingkai dalam satu upaya pembenahan total dan sungguh-sungguh. Bahkan mungkin juga taubat jangka panjang. Sehingga kita semakin menyadari dengan tulus bahwa kita sejatinya bukan siapa-siapa. Kecuali hanya sosok yang penuh salah juga khilaf. Bahkan, sekali lagi, penuh dosa.

Karena itu jugalah kita perlu menundukkan hati dan menengadahkan jiwa-raga kita kepada Allah, memohon ampunan-Nya sekaligus memohon maaf kepada mereka yang kita cinta. Mana tahu besok atau lusa kita tak bernyawa lagi. Bisa jadi ajal kematian selalu menanti momentumnya. Maka, berbenahlah!

Tak ada waktu untuk bermalas-malasan lagi. Ini saatnya beristighfar kepada Allah. Kalimat istighfar mengandung makna pengakuan, penyesalan, keinsafan, kerendahan diri, dan keimanan. Dan itu semua merupakan sebab yang dapat mendatangkan kecintaan, pertolongan, dan perlindungan Allah sehingga kita dapat selamat dari siksaan dan kebinasaan. Tidak ada yang dapat menyelamatkan diri kita dari azab Allah, kecuali kita memohon ampun dan segera bertaubat atas segala kesalahan. 

Dari Abdullah bin Abbas ra. berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menyusahkannya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kubra).

Istighfar mempunyai banyak faedah untuk kebaikan di dunia dan di akhirat. Faedah atau dampak tersebut ada yang secara langsung dirasakan di dunia lagi, dan ada juga yang dibalas dan diberi ganjarannya oleh Allah sampai atau di hari kiamat.

Pertama, dihapus kejelekannya dan diangkat derajatnya. Allah berfirman, “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa': 110).

Kedua, dilapangkan rezekinya, mendapatkan ketenangan batin, dikurniakan harta yang berkah lagi halal.  Allah berfirman, “Maka, aku katakan pada mereka: “Mohon ampunlah kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12).

Ketiga, dihapuskannya dosa dan kesalahannya. Setiap dosa meninggalkan noda hitam pada hati. Noda hitam bisa lenyap dengan perbanyakkan istighfar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya bila seorang Mukmin melakukan satu dosa, pada hatinya timbul satu noda hitam. Bila dia bertobat, berhenti dari maksiat, dan beristighfar, niscaya mengilap hatinya.” (HR. Ahmad).

Keempat, segala urusan dipermudahkan Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa membiasakan diri untuk beristighfar, Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari setiap kesulitan, akan memberikan kebahagiaan dari setiap kesusahan, dan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).

Kelima, istighfar dapat menolak azab. Allah berfirman, “Dan Allah tidak sekali-kali akan menyeksa mereka, sedang engkau (wahai Muhammad) ada di antara mereka; dan Allah tidak akan menyeksa mereka sedang mereka beristighfar (meminta ampun).” (QS. al-Anfal: 33)

Salah satu ciri hamba-hamba Allah yang soleh dan bisa meraih surga adalah banyak beristighfar, terutama pada sepertiga malam yang terakhir, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali ‘Imran: 17, “(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” Kemudian dalam al-Qur’an surat Adz-Dzariyat: 18, “Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah memberikan keteladanan dan suri tauladan kepada umatnya dengan beristighfar minimal sebanyak 70 kali dalam sehari semalam.

Maka sudah selayaknya untuk kita menjadikan istighfar sebagai amalan yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Selain itu, tentu juga memohon maaf kepada mereka yang kita cinta juga siapapun di luar sana. Sehingga kehidupan kita semakin tenang dan bahagia. Semoga saja begitu! []


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Ketika Allah Memilihmu"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah