Ramadan Sebagai Bulan Pendidikan
RAMADAN dikenal sebagai bulan shaum, bulan berkah, bulan suci, bulan mulia, bulan al-Quran, bulan seribu bulan, bulan ampunan, bulan kasih sayang dan masih banyak lagi. Dan salah satu yang tak kalah pentingnya, Ramadan juga dikenal sebagai bulan pendidikan.
Ramadan disebut juga dengan bulan pendidikan, karena ia bagaikan madrasah atau sekolah di mana kaum muslimin dibina dan dididik di dalamnya. Shaum mendidik kita pada banyak aspeknya seperti kesungguhan dalam beribadah, berjuang melawan hawa nafsu, membiasakan berlaku sabar dan menahan hawa nafsu, serta disiplin dan teratur dalam segala hal.
Shaum mendidik kita untuk selalu bersyukur. Setelah ber-shaum seharian, menahan lapar dan haus, merasakan apa yang biasa dirasakan oleh orang yang tidak mempunyai makanan dan minuman, setelah waktu berbuka tiba alhamdulillah rasa syukur terucap setelah merasakan segarnya air yang masuk membasahi kerongkongan kita.
Bahkan waktu berbuka adalah saat yang paling kita tunggu. Bila waktunya tiba, begitu riang dan gembiranya kita. Mereguk air dan berbagai jenis makanan atau apa saja yang biasa kita jadikan untuk berbuka shaum. Rasa lapar dan haus seharian terasa nikmat dikala momentum berbuka tiba. Sangat terasa manfaat dari menaham lapar dan haus seharian, ketika kita merasakan nikmatnya berbuka.
Ramadan memang merupakan sarana pendidikan terbaik dalam beragam sisinya, kalau kita sebut dan jelaskan bisa jadi panjang dan berbuku-buku hasilnya. Sekadar menyebut sebagiannya, saya sebutkan saja, pertama, pendidikan akhlaq. Shaum mendidik kita untuk memiliki akhlaq yang mulia dan terpuji, sabar, jujur dan tegar terhadap segala ujian yang menimpa.
Bershaum mesti berdampak pada perbaikan akhlaq. Dari akhlaq buruk ke akhlaq yang lebih baik. Semua tingkah dan tindakan mesti mencerminkan orang yang bershaum, yang tidak mudah tergoda untuk melakukan kemaksiatan dan kemungkaran. Mesti menjaga diri dari berbagai maksiat atau perbuatan yang berujung jadi dosa. Iri, dengki, dendam, ghibah, gosip atau membicarakan hal-hal yang tidak berguna yang dapat mengurangi pahala shaumnya mesti ditinggalkan. Bukan sekali tapi selamanya.
Kedua, bulan pendidikan spiritual. Pada dasarnya setiap ibadah yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, selain merupakan kewajiban juga merupakan sarana untuk membersihkan diri manusia itu sendiri dari kotoran dosa yang melumuri jiwa. Misalnya sholat merupakan sarana pencegahan dari perbuatan keji dan munkar, juga zakat untuk membersihkan kotoran dalam harta manusia.
Dan shaum adalah ibadah yang menghendaki agar kita memiliki spiritual yang kuat. Ramadan dengan berbagai ibadah di dalamnya mendidik kita untuk menjadi hamba Allah yang selalu terkait hatinya pada Allah dan kehidupan akhirat yang kekal. Ujungnya, Allah menghendaki agar kita menjadi hamba yang mampu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sebagian para ulama menyebutkan shaum mesti mampu membawa kita untuk menggapai karakter taqwa.
Ketiga, bulan pendidikan jihad. Shaum disadari sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat jihad dalam diri umat, terutama jihad dalam memerangi musuh yang ada dalam jiwa setiap muslim, mengikis hawa nafsu, dan berusaha menjauhkan berbagai tingkah dan sikap yang melampaui batas. Orang yang bershaum diharapkan tidak tergoda untuk melakukan korupsi, tidak mencuri anggaran negara dan tidak merampok BUMN demi kepentingan diri dan kelompok.
Bila kita bisa memahami dan merefleksikan tiga hal di atas pada persiapan dan kelak ketika masuk pada shaum Ramadan maka dampaknya sangat besar. Kita bakal semakin siap sedia dan berupaya untuk menjadi generasi terbaik yang dididik Ramadhan. Kita pun berupaya melaksanakan shaum dan berbagai ibadah di dalamnya dengan sungguh-sungguh. Termasuk menjauhkan diri kita dari praktik korupsi, tindakan kriminal dan sebagainya.
Apalah lagi ketika syariat menjelaskan bahwa pada shaum Ramadan bakal mendapatkan berbagai keunikan dan kekhsusan, maka kita pun mestinya semakin tersadarkan bahwa Ramadan memang benar-benar momentum untuk melakukan perubahan mendasar dan besar dalam beragam sisinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ketika Ramadan datang, semua pintu surga dibuka, pintu neraka semua ditutup, dan setan dibelenggu di dalamnya". (HR. Bukhari-Muslim).
Bahkan bila kesuksesan kita dalam menjalankan shaum Ramadan diikuti dengan shaum enam hari di Syawal maka itu sebuah prestasi besar, karena dihitung seakan-seakan shaum sepanjang waktu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Siapapun yang ber-shaum di bulan Ramadan dan kemudian ia ber-shaum enam hari saat Syawal, seolah-olah ia ber-shaum selamanya." (HR. Muslim).
Ya, Ramadan adalah bulan pendidikan. Bukan saja pada aspek akhlaq tapi juga pada aspek spiritual dan semangat berjihad. Bila kelak Ramadan tiba kita diharapkan mampu mengisinya dengan baik. Penyikapan kita padanya tidak biasa-biasa lagi, mesti ada upaya untuk mengisi Ramadan dengan amal-amal luar biasa dengan cara luar biasa. Itulah yang membuat Ramadan menjadi bulan yang benar-benar sukses mendidik kita. Kuncinya ada pada kita, pada penyikapan dan amal-amal yang sudah kita siapkan dari sekarang. (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pendidikan Ramadan"
Komentar
Posting Komentar