Anies Baswedan adalah Kita


Mengapa Anies Baswedan didukung dan mesti dipilih pada pilpres 14 Februari 2024 kali ini? Itulah salah satu pertanyaan yang muncul di banyak tempat beberapa bulan lalu ketika Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Nasdem mengusung pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (Pasangan AMIN) untuk maju di Pilpres 2024. Pertanyaan tersebut sangat wajar dan karena itu perlu dijawab, sehingga masyarakat lintas latar belakang mendapatkan pencerahan dan semakin percaya juga geliat dalam memenangkan Anies Baswedan pada Pilpres kali ini. 

Pertama, Anies adalah pemimpin utama gerakan perubahan. Berbagai elemen masyarakat merasakan stagnasi pemerintahan dibawah kepemimpinan Joko Widodo selama ini, sehingga berdampak pada kesejahteraan yang tidak merata. Bahkan angka kemiskinan semakin meningkat dan merata di banyak tempat. Lapangan kerja juga semakin sulit, sehingga berdampak pada angka pengangguran yang semakin meningkat. Di samping penegakan hukum yang ugal-ugalan dan kasus korupsi yang melibatkan pejabat terus membabi buta. 

Di tengah situasi semacam itu, masyarakat membutuhkan sosok pemimpin yang bukan saja kaya ide tapi juga memiliki rekam jejak dalam hal ide, kinerja dan karya. Itulah elemen penting yang menjadi basis bagi masyarakat untuk menentukan sosok yang layak mereka beri mandat sebagai pemimpin Indonesia ke depan. Masyarakat pun menjadikan sosok Anies sebagai simbol sekaligus pemimpin gerakan perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik. Sehingga pemunculan Anies sebagai salah satu peserta kontestasi pilpres 2024 adalah bentuk optimisme perubahan bangsa ke arah yang lebih maju. Masyarakat Indonesia ingin negeri ini dipimpin berdasarkan konstitusi dan hukum benar-benar dijadikan panglima. 

Kedua, Anies diusung oleh gerakan rakyat. Anies bukanlah sosok yang haus kekuasaan atau jabatan. Pada saat ia maju pada pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, ia tidak mengajukan diri, tapi diminta atau diajukan oleh berbagai elemen masyarakat lalu diusung oleh partai politik. Ia pun mengatakan "ya" setelah mendapat restu dari ibu kandung dan keluarganya. Begitu juga pada saat diminta untuk maju di pilpres kali ini. Ia tidak meminta, tapi diminta. "Kalau ibu sudah ikhlas dan meridhoi maka saya hanya menjalankan. Apalagi ini adalah panggilan untuk negara, sebagai warga negara saya mesti siap," ungkapnya suatu ketika.   

Ketiga, Anies berbasis pada gagasan. Anies adalah sosok yang sangat menghargai ilmu pengetahuan, bahkan mendalami berbagi ilmu pengetahuan. Bukan saja ekonomi dan politik, ia juga mendalami pendidikan dan dinamika sosial, di samping diplomasi dan hubungan internasional. Ia pun, seperti yang diakuinya, bahwa dirinya sudah belajar berorganisasi dan kepemimpinan sejak kecil lalu kelak pada berbagai level pendidikan yang ia tempuh. Tak heran bila kelak ia mendapat amanah sebagai Ketua Forum OSIS se-Indonesia, Ketua Senat UGM, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Gubernur DKI Jakarta. Semua itu ia bingkai dalam berbagai gagasan jenial dan diakui oleh para pemimpin dunia. 

Keempat, Anies Baswedan memiliki rekam jejak yang membanggakan. Anies bukan muncul dan berkarya kemarin sore. Ia telah menjalankan aksi sosial sejak lama, termasuk pada saat menjalankan tugas mulia sebagaimana yang digariskan konstitusi: mencerdaskan kehidupan bangsa melalui Gerakan Indonesia Mengajar. Berapa besar pengaruh gerakan ini bagi seluruh anak-anak Indonesia di berbagai pelosok. Tanpa biaya dari APBN dan APBD Anies bersama timnya sukses menghadirkan optimisme anak-anak bangsa akan masa depan diri dan negerinya. 

Rekam jejak Anies sejak pelajar dan mahasiswa hingga menjadi akademisi dan penggiat sosial dapat kita baca dan saksikan melalui berbagai karya dan rekam jejak itu sendiri. Pada saat ia menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, perubahan sekaligus kemajuan pendidikan kita sangat terasa. Begitu juga saat ia menjabat sebagai gubernur, warga ibukota sangat merasakan dampak baik kepemimpinannya. Bukan saja kemiskinan dan banjir yang mengurang, tapi juga tata kota yang benar-benar tertib dan humanis. Jakarta pun menjadi icon baru dunia, dan ini yang penting: Anies menjadi rujukan bagi para pemimpin dunia.

Hal lain, terbukti dalam bentuk kebijakan dan karya autentiknya seperti Jakarta Internasional Studium (JIS), taman kota di berbagai pelosok Jakarta, keakraban antar masyarakat Jakarta yang beragam latar belakang. Kini masyarakat Jakarta semakin merasakan dampak baik kepemimpinan Anies selama lima tahun, 2017-2022 lalu. Pengalaman dan rekam jejak semacam itu membuat banyak elemen masyarakat di berbagai tempat di seluruh Indonesia tertarik hingga mendukung Anies untuk maju dan memimpin Indonesia. Kedamaian dan kemajuan Jakarta harus diadaptasi ke berbagai tempat di seluruh Indonesia. 

Membicarakan Anies memang tidak akan pernah selesai dalam sebuah tulisan pendek, atau bahkan berjilid-jilid buku. Sebab sosok ini sangat apik, kompleks dan tergolong minoritas dalam perjalanan sejarah bangsa ini era ini. Di tengah kondisi bangsa dimana elite masih saja terjebak dalam praktik dinasti politik dan tindak tanduk korup, kolusi dan nepotis, Anies justru hadir dengan autentisitasnya. Ia hadir karena dipercaya dan nampak dipercaya, bukan oleh citra dan pencitraan yang membabi buta. Anies dengan segala keunikan yang dimilikinya adalah jawaban dari seluruh harapan kita selama ini akan hadirnya pemimpin berjiwa dan bermental negarawan. Presiden Indonesia periode 2024-2029. Anies pun benar-benar pemimpin dari, oleh dan untuk kita semua, seluruh rakyat Indonesia. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Anies Baswedan; Pemimpin Ideal untuk Indonesia" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah