Ramadan dan Ikhtiar Menyiapkan Bekal Kematian


HARI ini Ahad 25 April 2021 bertepatan dengan 13 Ramadan 1442. Kita sudah memasuki 10 hari kedua bulan agung yang penuh dengan keberkahan ini. Di tengah menjalankan ibadah shaum dan segala ibadah lain yang akrab dengan Ramadan, kita dikagetkan dengan musibah tenggelam yang terjadi pada KRI Nanggala 402, sebuah kapal selam kebanggan negara kita yang dioperasikan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL). 53 orang manusia berada di dalam kapal yang tenggelam pada Rabu (21/4/2021) sekitar pukul 03.00-05.00 WIB, yang berpuluh-puluh tahun menjaga keamanan laut nusantara ini. Kini semuanya sudah meninggal dunia, mereka menghadapi ajal kematian. 

Sebetulnya ada begitu banyak musibah yang sehari-hari kita saksikan di tengah kita menjalankan ibadah shaum kali ini. Selain bencana non alam: Covid-19 yang belum juga berakhir, praktik korupsi yang masih merajalela, aksi teror para teroris di banyak tempat dan tindakan kriminal lainnya yang masih saja meresahkan juga berbagai bencana termasuk bencana moral yang seakan-akan tak henti-hentinya merusak bangsa kita. Kita pun penasaran dan bertanya, kapan kondisi semacam itu berakhir? 

Di atas semua bencana yang terus menyelimuti, pada Ramadan kali ini, salah satu yang perlu kita lakukan adalah mengingat mati dan mempersiapkan seluruh bekal yang perlu kita siapkan. Ini adalah ikhtiar manusiawi yang patut kita lakukan, agar Ramadan kali ini benar-benar punya dampak nyata bagi kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah. Bagaimana pun, kematian adalah salah satu hal yang pasti kita hadapi. Saat kematian datang, jiwa akan terlepas dari raganya. Dalam Islam salah satu takdir yang menjadi rahasia dan hanya Allah yang mengetahui adalah kematian.

Ketika waktu kematian datang menghampiri, kita tidak dapat menolak atau menghindarinya. Baik dalam keadaan sakit maupun sehat, kita tak bisa menolaknya. Oleh karena itu, kita harus selalu mengingat Allah dan tidak terbuai oleh kenikmatan duniawi yang kerap membuat kita lupa pada amal soleh sebagai bekal menuju kehidupan akhirat yang abadi. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpesan kepada kita umatnya, “Perbanyaklah kalian dalam mengingat penghancur segala kelezatan dunia, yaitu kematian.” (HR. at-Tirmidzi). 

Allah telah berfirman dalam beberapa ayat di al-Quran bahwa kematian adalah kejadian yang nyata dan pasti terjadi. Ia bukan sebuah akhir kehidupan namun sebagai awal fase kehidupan yang baru. Bahkan kematian itu sendiri adalah pintu masuk bagi kehidupan selanjutnya. Berikut ini adalah kumpulan beberapa surat dan ayat di al-Quran yang membahas tentang kematian yang di dalamnya memuat nasihat dan pesan yang layak kita baca dan renungi. 

"Semua yang ada di bumi itu akan binasa (26). Dan tetaplah kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (27)." (QS. ar-Rahman: 26-27)

"Allah lah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. al-Mulk: 2) 

"Kami tidak menjadikan hidup kekal bagi seorang manusiapun sebelum kamu. Maka jika kamu mati, apakah mereka akan kekal?" (QS. al-Anbiya: 34)

"Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan serta kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu akan dikembalikan." (QS. al-Anbiya: 35)

"Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk mencabut nyawamu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan”. (QS. as-Sajdah: 11)

"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah perkara yang kamu selalu lari daripadanya." (QS. Qaf: 19)

"Sekali-kali tidak. Apabila nafas seseorang telah sampai ke kerongkongan (26), dan dikatakan kepadanya: “Siapakah yang bisa menyembuhkan?” (27), dan orang yang tengah sekarat itu meyakini bahwa sesungguhnya itu adalah waktu perpisahannya (dengan dunia) (28), dan bertautlah betis dengan betis lainnya (saat ruh dicabut) (29), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu akan digiring (30)." (QS. al-Qiyamah: 26-30)

"Setiap yang bernyawa tidak akan mati melainkan atas izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan pahala dunia itu kepadanya, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan pula pahala akhirat itu kepadanya. Dan kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS. Ali 'Imran: 145)

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Al-'Imran: 185).

"Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu hindari itu, maka sesungguhnya kematian itu pasti akan menemui kamu. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang maha mengetahui perkara yang ghaib dan yang nyata. Lalu Dia akan memberitahukan segala apa yang telah kamu kerjakan”." (QS. al-Jumuah: 8)

"Dan janganlah kamu mengatakan tentang orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati. Bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, hanya saja kamu tidak menyadarinya." (QS. al-Baqarah: 154) 

"Yaitu orang-orang yang diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik. Para malaikat itu berkata (kepada mereka): “Salaamun ‘alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”." (QS. an-Nahl: 32)

"Dan Allah sekali-kali tidak akan pernah menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah tiba waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." (QS. al-Munafiqun: 11)

"Allah menggenggam jiwa seseorang ketika matinya dan menggenggam jiwa seseorang yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia menahan jiwa seseorang yang ajal kematiannya telah tiba dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir." (QS. az-Zumar: 42) 

"Seandainya kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir, para malaikat memukuli mereka dari bagian depan dan belakang seraya berkata: “Rasakanlah siksaan api neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri)." (QS. al-Anfal: 50)

"Dan Dialah (Allah) yang memiliki kekuasaan tertinggi di atas hamba-hamba-Nya. Dan Dia mengutus para malaikat penjaga kepadamu, sehingga apabila kematian mendatangi salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami. Dan mereka (para malaikat) itu tidak pernah melalaikan kewajibannya." (QS. al-An’am: 61)

"Di mana saja kamu berada, kematian pasti akan mendapatkanmu, meskipun kamu berlindung di dalam benteng yang tinggi nan kokoh. Dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka berkata: “Ini datangnya dari sisi Allah”, sementara ketika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka berkata: “Ini datangnya dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya itu datangnya dari sisi Allah”. Maka mengapa mereka itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?" (QS. an-Nisa: 78)

Sungguh, kita sering takut manakala petugas PLN datang mencabut aliran listrik ke rumah gegara kita terlambat membayar kewajiban bulanan. Pertanyaannya, mengapa kita tidak takut kedatangan malaikat pencabut nyawa padahal dosa dan khilaf kita masih menumpuk? Mengapa kita kerap lalai pada bekal yang mesti kita persiapan bagi kehidupan kita yang abadi, padahal Allah sudah menyediakan kesempatan dan potensi agar kita terus membenah diri dan mempersiapkan semuanya? 

Ramadan adalah momentum untuk membangun kesadaran diri dan menggedor nurani agar kita semakin membenah diri. Sungguh, bila ajal kematian tiba, tak ada lagi waktu untuk memperbaiki diri. Untuk itu, jangan pernah terlena dengan rasa senang, waktu luang dan berbagai nikmat yang kita peroleh secara gratis dari Allah. Jadikan dunia ini sebagai medan beramal tentu amal yang terbaik. Apalah lagi pada Ramadan ini, kita mesti bersungguh-sungguh untuk menjadikannya sebagai bulan menyiapkan bekal terbaik untuk kematian yang datang tiba-tiba. Sembari mengakrabkan diri dengan berbagai ibadah atau amal soleh, kita memohon kepada Allah semoga kita masih bersua dengan Ramadan 1443, tahun 2022! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pendidikan Ramadan" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah