Cereng Menulis dan Tradisi Literasi Kita
Dalam rangka menjaga tradisi literasi terutama baca, tulis dan diskusi, pada 2010 silam saya dan kawan-kawan mendirikan sebuah komunitas yang kelak menjadi penerbit buku juga, namanya Mitra Pemuda. Mitra Pemuda bukan saja mengulas tema literasi, tapi juga isu-isu kebijakan publik. Bahkan sempat menerbitkan beberapa buku. Belakangan, saya juga mendirikan sebuah komunitas berbasis maya, namanya Cereng Menulis. Komunitas ini fokus memperkuat tradisi baca, tulis dan diskusi, bahkan bisa berkolaborasi dengan penerbit buku lainnya untuk menerbitkan beberapa buku.
Cereng Menulis sendiri diambil dari nama kampung asal saya, Cereng. Kampung ini berlokasi di Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat-NTT. Sementara saya berdomisili di Cirebon-Barat. Sejak berdiri pada 8 Agustus 2020 lalu hingga saat ini, kegiatan komunitas ini semakin menggeliat. Dari audisi dan pelatihan kepenulisan hingga menerbitkan juga membedah buku. Tema audisi dan pelatihan pun beragam, namun tetap dalam bingkai literasi dengan tujuan penguatan literasi Indonesia.
Walau lebih banyak bergerak di media online dan media sosial, saat ini Mitra Pemuda dan Cereng Menulis mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Terutama dari para penulis pemula yang sejak lama ingin menulis, belajar menulis dan tulisannya diterbitkan menjadi buku. Bagi saya, puluhan buku yang sukses diterbitkan selama beberapa tahun ini merupakan prestasi besar. Sebab komunitas ini tidak memiliki fasilitas megah, namun memiliki komitmen dan optimisme untuk memajukan literasi Indonesia, termasuk ke berbagai pelosok Indonesia.
Beberapa buku yang sukses diterbitkan diantaranya: 1. Aku, Dia & Cinta, 2. Kalo Cinta, Nikah Aja!, 3. Plan Your Success, 4. Santri Negarawan, 5. Pemuda Negarawan dan beberapa judul lainnya. Buku-buku tersebut hadir di tengah kompetisi literasi yang terus menggeliat belakangan ini. Walau masih tersebar di beberapa kota, semangat untuk terus berkarya selalu menjadi energi bagi saya dan para penulis lainnya. Intinya, selalu ada alasan untuk menulis dan menulis. Walau tertatih-tatih, selalu ada semangat untuk berkolaborasi hingga menghasilkan buku dalam beragam judul.
Sebagai pribadi saya sangat percaya bahwa apa yang dilakukan selama ini menjadi pemantik bagi hadirnya karya-karya berkualitas ke depan. Kuncinya adalah komitmen, pengorbanan dan kesungguhan. Hal lain, jaringan dan kolaborasi menjadi sangat relevan dan layak diperkuat ke depan. Penulis, komunitas literasi dan penerbit perlu memperkuat kolaborasi, terutama di era perkembangan teknologi yang semakin tak terprediksi. Ini merupakan momentum untuk memastikan literasi menjadi tradisi yang terus terjaga dan menghasilkan buku-buku baru sehingga semakin bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan negara tercinta Indonesia. (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Owner Cereng Menulis
Komentar
Posting Komentar