Buku dan Masa Depan Anak


ORANGTUA pada umumnya menginginkan anaknya lebih baik dari dirinya. Baik dalam hal pendidikan, keilmuan, jaringan, jenjang karir dan manfaat hingga kualitas iman dan taqwanya. Dalam dinamika kehidupan yang semakin kompleks dan kompetitif akhir-akhir ini, orangtua pun menginginkan anaknya memiliki kesiapan dini untuk menghadapi kehidupan di masa kini dan berbagai kemungkinan yang terjadi di masa depan. 

Dalam rangka itu, hal penting yang perlu mendapat perhatian orangtua, terutama yang berkaitan dengan penyiapan dini bagi anaknya, adalah memastikan anaknya mencintai dan akrab dengan buku. Hal ini perlu dilakukan sebagai proses penyadaran dan pengkondisian dini. Beberapa hal berikut dapat dan perlu dijadikan perhatian serius orangtua, sehingga apa yang menjadi keinginannya terwujud dan kelak hasilnya dapat dipetik  

Pertama, mencintai ilmu. Orangtua yang baik adalah orangtua yang memastikan anaknya mencintai ilmu. Bagaimanapun, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat membutuhkan ilmu karena memang ada ilmunya. Bila anak sudah mencintai ilmu maka dengan mudah baginya untuk mendalami ilmu yang hendak ditekuninya. Untuk menumbuhkan rasa cinta pada ilmu, orangtua harus menstimulus anaknya dengan pembiasaan dan teladan yang baik. Bila orangtua mencintai ilmu maka besar kemungkinan anaknya juga bakal mencintai ilmu. 

Kedua, membangun tradisi baca. Salah satu kunci ilmu adalah membaca. Orangtua harus memastikan anaknya suka membaca. Hal ini bisa dilakukan dengan membangun tradisi baca di rumah. Orangtua harus menjadi teladan pertama dan utama dalam hal ini. Orangtua tidak cukup menyemangati anaknya untuk membaca, ia juga harus rajin sekaligus tampak membaca. Baik membaca buku dan majalah maupun membaca sumber tulisan lainnya di media digital serta media sosial. 

Ketiga, membuat perpustakaan rumah. Di era ini membaca tidak harus buku secara langsung, sebab berbagai media berbasis digital sudah menyedikan sumber bacaan, baik yang gratis maupun yang mesti dibayar. Walau demikian, orangtua tetap perlu menghadirkan perpustakaan buku di rumah. Selain untuk memudahkan anak membaca buku, juga untuk membangun suasana pendukung terwujudnya tradisi baca di lingkungan keluarga. Jangan sampai di rumah kita lebih banyak makanan daripada buku. Sekarang mesti diubah, buku mesti lebih banyak daripada makanan. Agar anak tidak bosan membaca buku di rumah, sesekali orangtua mengajak anak untuk membaca buku bareng di kafe terdekat. 

Keempat, berkunjung ke toko buku. Berkunjung ke toko buku juga merupakan keniscayaan. Hal ini bisa dilakukan di sela-sela hari libur anak. Misalnya, orangtua bersepakat dengan anak bahwa setiap Sabtu dan Ahad sore adalah jadwal berkunjung ke toko buku. Di sini anak bisa membaca dan membeli buku. Selain itu, anak juga bisa mendapatkan informasi buku-buku baru. Sehingga pengetahuan anak tentang buku juga semakin luas dan kekinian. Di sinilah pentingnya orangtua menyediakan uang khusus untuk membeli buku yang layak dibaca anaknya. 

Kelima, aktif di komunitas literasi. Orangtua juga perlu melibatkan diri dalam berbagai komunitas kepenulisan. Baik secara ofline maupun online. Bila memungkinkan, anak juga dilibatkan dalam komunitas semacam itu. Bila anak terbiasa mengikuti berbagai komunitas maka besar kemungkinan akan terbiasa dengan aktivitas literasi itu sendiri. Dari membedah dan membaca buku hingga menulis buku. Di sini anak juga bisa berkenalan dengan para penulis yang sudah berkarya selama sekian waktu dan memiliki buku yang sudah dibaca oleh banyak pembaca di luar sana. 

Keenam, berambisi untuk memiliki karya tulis. Orangtua yang peduli dengan masa depan anaknya harus memastikan anaknya juga memiliki karya tulis atau buku karya sendiri. Bila beberapa poin di atas sudah terbangun dengan baik dan anak pun menyukainya maka dengan sendirinya anak tertarik untuk memiliki karya sendiri. Betul bahwa hal ini butuh proses dan waktu yang lama, namun memulai proses dengan mengisi waktu luang untuk membangun tradisi baca-tulis pada anak merupakan cara paling sederhana untuk menghasilkan karya tulis atau buku yang terpublikasi. 

Mengakrabkan anak dengan buku adalah pekerjaan berat namun sangat mungkin diwujudkan. Orangtua dengan segala upaya sangat memungkinkan untuk melakukan itu. Bila anak sudah akrab dengan buku maka dengan sendirinya bakal suka pada buku. Bukan saja untuk membeli dan membacanya, tapi juga untuk menemukan hal-hal unik dan inspiratif dari buku yang dibaca. Bahkan besar kemungkinan anak bakal terdorong untuk menulis buku baru yang lebih berkualitas dari buku yang pernah dibaca. 

Orangtua perlu juga untuk mengecek hasil bacaan anaknya. Dari buku yang pernah dibaca anaknya apa saja yang diingat, dipahami atau diketahui. Anak mendapat ide dan inspirasi apa saja. Orangtua perlu bertanya pada anaknya, atau minimal berdiskusi kecil perihal hasil bacaan anaknya. Termasuk mungkin naskah buku yang digarap anaknya. Sehingga anak pun merasa bahwa apa yang dilakukannya selama ini adalah baik, positif dan bermanfaat, bahkan mendapat apresiasi orangtua. Itulah cara paling sederhana yang bisa dilakukan sejak dini dalam rangka membangun masa depan yang lebih baik bagi anak. Selamat mencoba, salam literasi! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku “Menjadi Pendidik Hebat Di Era Digital”

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok