Merindui Nurul Hakim Tanpa Syarat



BERSYUKUR dan menangis haru juga bangga, ya itulah ekspresi saya setelah buku yang sejak lama saya impikan ini akhirnya terwujud. Mungkin ini juga yang menjadi dampak dari apa yang saya ulas dalam buku saya "Plan Your Success", yaitu kekuatan impian, the power of dream. Bila kita bersungguh-sungguh, banyak berdoa dan tawakal maka Allah benar-benar bakal kabulkan atau wujudkan. Termasuk dalam penyusunan dan penerbitan buku "Merindui Nurul Hakim" ini. 

Barakallah dan terima kasih banyak kepada seluruh penulis, dari keluarga besar alumni pondok pesantren Nurul Hakim, yang berlokasi di Kediri, Lombok Barat-NTB, yang telah berkontribusi dalam penulisan buku "Merindui Nurul Hakim" beberapa waktu lalu ini. Ucapan ini layak saya sampaikan, sebab tanpa kontribusi penulis, maka buku ini tidak bakal terbit. Di sinilah pentingnya penulis untuk sebuah atau banyak buku. Mereka mengorbankan tenaga, ide dan kesempatan untuk menuangkan idenya dalam bentuk tulisan. Tanpa mereka, saya tidak bakal sukses menerbitkan buku ini.   


Sebagai alumni yang berasal dari Manggarai Barat-NTT dan pernah menempuh pendidikan di Nurul Hakim sejak 1996 hingga 2002, yang kini berdomisili di Jawa Barat, saya merasa haru dan bangga karena akhirnya buku ini benar-benar terbit. Awalnya saya sempat ragu dan malu bila saja kelak buku ini tidak jadi terbit, namun antusias dan doa atau dukungan penulis lainnya membuat saya optimis dan percaya diri. Buku ini pun benar-benar terbit. Dan... Ya Allah, jaga niat kami, jauhkan kami dari sikap riya' dan sombong. Bimbinglah kami dengan ridho dan ilmu-Mu agar terus menulis dalam bingkai keberkahan-Mu!   

Ada banyak pengalaman, cerita dan kesan baik yang pernah kita alami atau rasakan selama di Nurul Hakim. Jangan kan satu buku, ribuan buku pun tak mampu menampung semuanya. Kenangan bersama teman seangkatan, adik dan kakak kelas yang berasal dari berbagai kota adalah bagian yang selalu kita ingat. Dan bila ditulis ke dalam sekian buku, takkan mampu kita ulas seluruhnya. Ya, mengingatnya pun membuat kita tertawa, tersenyum dan mungkin menangis haru. Semuanya benar-benar menambah rasa rindu untuk Nurul Hakim yang kita cinta. 

Walau buku ini hanya menampung sebagiannya saja, sesuai dengan pengalaman, cerita dan kesan setiap kita penulisnya, namun buku ini benar-benar sebuah bukti betapa pun kita sudah lama lulus dari Nurul Hakim, namun rasa cinta padanya takkan menepi. Bahkan rasa itu terus tiba dan menjadi-jadi. Apalagi bila anak kita bisa melanjutkan pendidikan di Nurul Hakim, rasa rindu itu terus dan mengalir deras begitu saja. Mengenang masa lalu dengan fasilitas yang sederhana dan apa adanya, itu benar-benar penuh kesan dan ah saya kehabisan kata-kata.  

Semoga karya ini menjadi saksi betapa rindunya kita pada Nurul Hakim, tempat kita ditempa dan dibina, sehingga saat ini kita bisa menjadi seperti saat ini. Walau beragam profesi dan aktivitas, kita tetap menempatkan Nurul Hakim sebagai titik temu atau pemersatu kita. Walau kini kita berada di tempat atau kota yang berbeda, namun persaudaraan dan persahabatan sesama alumni Nurul Hakim tetap terjaga dengan baik. Sapaan akhi, ukhti, kakak, adik, ustadz, ustadzah dan lainnya membuat hati kita tak berjarak. Sebuah pengalaman hidup yang sangat berkesan dan penuh makna. 

Semoga rindu kita pada Nurul Hakim tak selesai dengan satu karya ini, sebab kita mesti terus termotivasi untuk menulis karya baru lainnya yang lebih berkualitas dan bermanfaat. Sungguh, ada banyak pengalaman, cerita dan kesan yang perlu kita ulas kembali dalam buku-buku baru nanti. Insyaa Allah buku ini menjadi pemantik bagi hadirnya karya baru yang lebih berkualitas dan bermanfaat nantinya. Kita optimis bisa menghadirkan buku baru, baik tema serupa maupun tema lainnya, insyaa Allah. Akhirnya, terima kasih Nurul Hakim, izinkan kami merindukanmu tanpa syarat! (*)


Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Merindui Nurul Hakim" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok