Tiga Pendidikan Utama Ramadan
Ramadan adalah bulan pendidikan, bulan dimana kita mendapatkan dan melalui proses pendidikan yang utuh dan sempurna. Baik dari aspek jiwa maupun raga. Bila kita menelisik ramadan dan segala rangkaian ibadah di dalamnya, kita menemukan tiga pendidikan utama. Pertama, pendidikan spiritual. Berbagai ibadah ritual ramadan seperti shalat tarawih, tilawah al-Quran, dan shaum merupakan bagian dari rangkaian proses pendidikan ramadan yang kita ikuti. Bila kita mampu menjalankan dengan baik maka jiwa kita akan mengalami ketenangan.
Kedua, pendidikan sosial. Ramadan adalah bulan kebaikan. Yaitu bulan dimana kita dianjurkan untuk memastikan shaum kita terjaga dari hal-hal yang buruk, sehingga setiap detik yang kita lalui benar-benar dalam kebaikan, atau terisi oleh amal-amal kebaikan. Infak dan sedekah merupakan dua amal soleh yang dianjurkan pada ramadan. Hal lain, kita tentu dianjurkan untuk memberi makan atau minum untuk mereka yang bershaum.
Bahkan Islam menegaskan bahwa mereka yang melakukan hal demikian bakal mendapat pahala serupa dengan mereka yang shaum. Sebuah penegas betapa Islam menganjurkan umatnya untuk peduli dan simpati pada sesama. Pada saat yang sama juga menegaskan satu hal bahwa setiap kebaikan pasti terbalas. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Siapa memberi makan orang yang bershaum, maka baginya pahala seperti orang yang bershaum tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang bershaum itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi)
Maknanya, ramadan mesti kita isi dengan aktivitas yang bukan saja berdampak pada diri kita sendiri tapi juga pada lingkungan sekitar. Terutama tetangga terdekat kita. Hal ini semakin menemukan konteksnya ketika sebagian masyarakat bahkan tetangga kita masih dirundung permasalah ekonomi yang pelik. Pada kondisi demikian, uluran tangan kita sangat dinantikan. Di sini bukan soal banyak atau sedikitnya, tapi kesungguhan dan keikhlasan kita untuk terus berbagi pada sesama. Kebiasaan untuk berbuat pada sesama pada ramadan bakal berdampak pada kebiasaan kita untuk membantu sesama pasca ramadan nanti.
Ketiga, pendidikan kejujuran. Shaum adalah ibadah kunci sekaligus perisai. Ibadah kunci bermakna bahwa keislaman kita sangat ditentukan oleh kesungguhan kita dalam menjalankan ibadah shaum. Sebab ia merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Shaum juga perisai yang dapat menghalangi kita untuk berbuat dosa dan maksiat. Di sini dibutuhkan kejujuran dari dalam diri kita. Seorang yang shaum bakal diuji kejujurannya, apakah dia benar-benar shaum atau tidak; apakah dia berbuka di luar waktu atau tidak. Orang lain bisa dibohongi, tapi Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka.Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong” (HR. Muslim).
Tiga pendidikan di atas merupakan intisari dari ibadah ramadan. Tentu saja ibadah semacam itu mesti berdampak pada kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah. Kita tidak boleh seperti lilin, mampu menerangi lingkungan sekitar tapi dengan cara membakar dirinya sendiri. Kita ingin mengajak orang lain untuk beramal baik pada kondisi kita juga giat berbuat baik. Kita ingin agar setiap ucap, tindakan dan sikap kita menjadi saksi sekaligus ekspresi terbaik dari kualitas iman dan taqwa kita. Bila kita mampu mengikuti proses pendidikan di atas maka kemungkinan kita bakal sukses menggapai taqwa sebagaimana tujuan shaum itu sendiri. (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Happy Ramadan"
Komentar
Posting Komentar