Modal Kunci Generasi Kolaborator
Pertemuan kali ini terasa rileks dan penuh makna. Selain diisi obrolan ringan juga obrolan rada berat namun tetap santai dan apa adanya. Kami bercerita tentang pengalaman dan aktivitas selama beberapa terakhir juga agenda ke depan yang lebih relevan, bermanfaat dan produktif. Seperti biasa di tengah obrolan santai kali ini ada saja ide yang tercetus, terutama perihal perlunya membangun kolaborasi di tengah dinamika keumatan dan kebangsaan belakangan ini.
Saya mencatat beberapa hal penting berkaitan dengan modal kunci yang perlu dimiliki dalam rangka berkolaborasi untuk menjalankan kebaikan sekaligus menebar manfaat bagi masyarakat luas di era ini dan ke depan. Pertama, menjaga niat. Niat adalah kunci penting seorang dalam menjalani kehidupan termasuk dalam menjalankan berbagai aktivitas rutinnya. Kalau kita memiliki niat yang baik dan menjaga dengan baik maka kita pasti terjaga dari berbagai hal yang buruk. "Satu hal yang perlu kita jaga adalah niat baik. Insyaa Allah Allah pasti memenuhi kebutuhan kita," ungkap Mas Imam.
Kedua, menjaga nilai. Seorang yang bergulat dalam hal apapun terutama dalam lembaga dakwah atau sosial keagamaan, dia memiliki rambu-rambu sekaligus nilai-nilai luhur sebagai pijakan hidup juga aktivitasnya. Nilai kebenaran, kejujuran, pengorbanan, kesungguhan, keadilan dan nilai lainnya merupakan sebagian nilai yang harus dimiliki dan dijaga. Asal kita tetap menjaga nilai-nilai luhur maka kita insyaa Allah akan terjaga dari berbagai tindakan yang merusak. Itulah modal kunci yang harus terus kita jaga.
Ketiga, konsistensi. Konsistensi seseorang dalam kebaikan tidak diukur dari usia muda atau tua, sebab konsistensi itu tentang terjaganya visi, niat, dan langkah hidup. Bila seseorang memiliki visi hidup, kejelasan tujuan dan langkah hidup maka dalam usia berapa pun ia akan konsisten pada kebaikan bahkan dalam menjalankan berbagai aktivitas yang bermanfaat bagi banyak orang. Konsistensi dalam kebaikan itu sendiri adalah anugerah yang sangat mahal yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang selalu berupaya belajar dan belajar.
Keempat, marketing. Pada era serba kompetitif ini marketing merupakan modal kunci. Bukan saja membangun brand tapi juga dalam hal memperluas jaringan. Sebuah produk kebaikan akan dikenal dan diburu masyarakat luas bila memiliki kemampuan marketing yang mumpuni. Apalagi bila kita terlibat dalam gerakan literasi yang akrab dengan buku, menguasai marketing adalah keniscayaan. "Saya melihat sudah banyak buku yang sudah dikaryakan, sekarang butuh marketing. Kita perlu membaca berbagai referensi yang mengulas tentang marketing," ungkap sosok yang aktif menulis ini.
Kelima, titik temu. Seseorang yang ingin berkolaborasi dalam kerja-kerja kebaikan juga membutuhkan titik temu, baik dalam visi maupun langkah praktis kebaikan. Titik temu sangat memungkinkan kita untuk berkolaborasi dalam kebaikan. Berbagai lembaga misalnya sangat mungkin untuk berkolaborasi bila memiliki titik temu. Katakanlah lembaga literasi yang akrab dengan tradisi baca dan tulis, sangat mungkin untuk berkolaborasi karena tradisinya sama. Ke depan kita butuh titik temu, tentu dalam bingkai maslahat dan manfaat bagi banyak orang.
Mas Imam dan timnya sengaja berkunjung ke Cirebon dalam rangka tugas lembaga. Kali ini mereka berkunjung ke Tegal, Jawa Tengah lalu memilih melanjutkan perjalanan ke Cirebon, Jawa Barat. Berikutnya dilanjutkan ke Kota Bandung. Bersama dengan dua timnya dan sahabat baik saya Pak Asep Juhana yang akrab disapa Kang Asep memang sering bertemu. Saya pun pernah bertemu setahun sebelumnya di sebuah tempat di Kota Cirebon. Bagi saya, pertemuan semacam ini adalah sumber inspirasi, termasuk dalam rangka menjaga semangat untuk terus menulis dan melangkah dalam bingkai kebaikan. Singkatnya, kita butuh menjaga semangat kolaborasi dalam kebaikan dan menebar manfaat bagi sesama. (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan"
Komentar
Posting Komentar