Tahun 1446 H; Momentum Transformasi Substantif


Kita telah memasuki bulan Muharam 1446 H, awal tahun perhitungan hijriyah. Setiap kita tentu memiliki cara tersendiri dalam mengawali tahun baru. Baik secara pribadi maupun secara kolektif, bahkan dalam konteks berbangsa dan bernegara. Dalam rangka memaknai proses pergantian tahun secara substantif, maka kita perlu memandangnya dari sisi yang juga substantif, bukan sekadar seremoni yang umumnya dari tahun ke tahun tak punya dampak pada hijrah diri dan bangsa juga negara ke arah yang lebih baik dan produktif. 

Secara sepintas, hijrah artinya berpindah. Maknanya, upaya berpindah dari suatu tempat dalam kondisi tertentu menuju tempat lain dalam kondisi yang lain. Sebagian kalangan juga memaknai hijrah sebagai proses sadar dan mendasar yang dilakukan seseorang dalam rangka meningkatkan kualitas dirinya, baik dari aspek iman dan amal maupun kebermanfaatan diri bagi lingkungan, bangsa dan negara. Intinya, hijrah adalah adanya upaya transformatif yang lahir dari kesadaran diri untuk terus menjadi sosok hamba Allah yang lebih baik dan bermanfaat. 

Dalam konteks itu, ada baiknya kita menelisik salah satu syarat dalam al-Quran yaitu surat al-'Ashr. Allah berfirman, "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3).

Berdasarkan ayat di atas, maka hijrah mesti berdampak pada transformasi diri yaitu menjadi sosok yang hidupnya bermakna dan bermanfaat. Praktisnya, kita mesti melakukan beberapa hal berikut. Pertama, selalu berupaya meningkatkan kualitas iman. Menjadi muslim yang beriman itu sudah hak yang biasa, sebab itu menjadi rutinitas kita selama ini. Namun dalam rangka meningkatkan jenjang kualitas diri maka kita perlu meningkatkan kualitas iman. Keimanan seperti juga ketaqwaan kita menjadi kunci penting yang harus terus kita jaga. 

Bahkan kualitas iman dan taqwa kita dari waktu ke waktu mesti terus meningkat. Sebagian ulama mengatakan bahwa kualitas keimanan dan ketaqwaan meningkat karena istighfar, taubat, zikir, berdoa dan bertawakal kepada Allah. Mengapa? Karena kita tak tau kapan ajal kematian kita tiba. Karena itu, kita harus siap sedia, agar saat ajal kematian tiba kita dalam kondisi beriman dan bertaqwa dengan kualitas prima. 

Kedua, giat beramal soleh. Beramal soleh merupakan aktivitas yang akrab dengan diri seorang muslim. Ibadah wajib dan sunah merupakan contoh amal soleh yang rutin kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai seorang muslim. Namun amal semacam itu tidak cukup. Kita juga perlu melakukan amal soleh yang punya dampak ganda dan berjangka panjang. Itulah agenda yang memungkinkan kita mengalami transformasi di momentum awal tahun hijriyah ini. 

Contohnya: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak soleh yang mendoakan. Sebab tiga amalan ini pahalanya terus mengalir, walaupun kita telah meninggal dunia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalnya, kecuali tiga yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakan." (al-Hadits) 

Ketiga, saling menasehati dalam dan menuju kebenaran. Menyampaikan kebenaran bukanlah aktivitas sepele dan ringan, tapi ia adalah aktivitas yang bermakna dan berat. Menjalankan peran dakwah, mengingatkan orang pada jalan yang benar dan meluruskan orang agar terhindar dari kemaksiatan atau kemungkaran merupakan amal-amal yang masuk kategori "saling menasehati dalam kebenaran". 

Keempat, pandai mengingatkan pada kesabaran. Menjaga dan meningkatkan kualitas iman, menjaga dan meningkatkan kualitas amal soleh, menambah amal kebaikan, dan saling menasehati dalam dan menuju kebenaran butuh stamina yang kuat. Sebab tantangan dan hambatan selalu hadir. Di sini dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Kesabaran untuk menjadi hamba Allah yang taat butuh latihan terus menerus hingga istiqomah.

Intinya, tahun baru 1446 H yang diawali oleh bulan Muharam mesti diikuti oleh beberapa transformasi berkemajuan yaitu (1) meningkatkan kualitas dan dampak iman, (2) meningkatkan jumlah dan kualitas amal soleh, (3) saling mengingatkan menuju kebenaran yang terjaga dan (4) saling menguatkan agar sabarnya semakin kuat dalam menjalani kehidupan. Dengan demikian, tahun baru punya makna dan dampak positif bagi kehidupan kita, bukan malah sebaliknya terisi keburukan dan berdampak buruk. 

Menjadi muslim yang baik adalah dambaan kita semua. Kita ingin agar seluruh waktu yang kita lalui benar-benar terisi dengan kebaikan. Bahkan kebaikan tersebut berdampak baik bagi kehidupan kita dan siapapun di sekitar kita. Bagaimana pun, setiap waktu adalah masa untuk berkarya. Waktu yang layak kita klaim sebagai waktu kita yang sesungguhnya adalah waktu yang terisi kebaikan, sementara sisanya adalah waktu sia-sia. Semoga di tahun baru kali ini kita lebih produktif dalam meningkatkan kualitas diri dan menjalankan amal-amal kebaikan yang berdampak ganda juga berjangka panjang. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah