Nyalakan Api Literasi FKGN Kota Cirebon!


Alhamdulillah hari ini Kamis 4 Juli 2024 saya bisa bertemu dengan Pak Mastoni dan Pak Asep Jaelani, dua petinggi Forum Komunikasi Guru Ngaji (FKGN) Kota Cirebon di sekitaran kompleks Masjid Raya at-Taqwa Kota Cirebon, Jawa Barat. Pertemuan ini benar-benar mendadak dan di luar rencana. Saya sendiri pada awalnya masih berkutat dengan penulisan naskah biografi seorang pejabat tinggi di Korps Bhayangkara, sementara Pak Mastoni dan Pak Asep Jaelani lagi mengadakan kegiatan ziarah bersama puluhan warga. 

Saya merasakan pertemuan belasan menit ini selain bernyawa silaturahim juga punya makna literasi. Mengapa? Pertama, dua sosok ini mengajak saya untuk memperkuat tradisi menulis di FKGN. Saya awalnya kaget dan penasaran dengan nama ini. Namun setelah mendapat penjelasan singkat akhirnya saya langsung tahu dan merespon gembira forum ini. Bahkan keduanya mengajak saya untuk menjadi narasumber acara pelatihan kepenulisan dalam waktu dekat. Saya pun menyatakan siap dan bersedia, asal undangannya dikabari sejak dini.  


Kedua, guru menulis adalah keniscayaan. Guru termasuk guru ngaji adalah bagian dari elemen penting dalam proses menjalankan salah satu tujuan bernegara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru ngaji sebagaimana umumnya guru, memiliki tanggungjawab besar dalam memastikan generasi bangsa terdidik dan tercerahkan. Bila guru ngaji menulis, apalagi menulis buku, pasti berdampak baik bagi proses pengajaran yang ia lakoni sebagai pendidik. Sehingga ilmu yang ia miliki bukan saja disampaikan melalui kegiatan pembelajaran, tapi juga dalam bentuk bacaan. 

Ketiga, tradisi menulis bisa dipelajari. Sebagai sebuah aktivitas kebaikan, menulis sejatinya dapat dipelajari oleh siapapun. Seperti belajar mengaji, aktivitas menulis juga bisa dipelajari. Guru yang giat mengajar al-Quran, misalnya, sangat besar peluang baginya untuk belajar menulis buku. Cara praktis belajar membaca al-Quran bisa ditulis dalam bentuk buku, sehingga siapapun yang hendak mendalami atau minimal membaca al-Quran bisa mendalami cara dan pola-polanya. Kuncinya adalah guru ngaji giat belajar cara dan keterampilan menulis.

Keempat, guru menulis itu hebat. Selama ini guru ngaji hanya dikenal sebagai sosok yang akrab dengan pembelajaran al-Quran di masjid, mushola dan tempat lainnya. Bayangkan bila guru ngaji menulis buku, itu bakal menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Anak-anak yang belajar tentu sangat bangga memiliki guru ngaji yang memiliki karya tulis dalam bentuk buku. Mereka sangat riang manakala guru ngajinya memiliki buku yang berisi kiat belajar, tips dan tata cara mengaji yang benar dan urgensi mengaji. Di situlah letak hebatnya guru ngaji, karena karyanya dibaca dan bermanfaat bagi banyak orang. 

Kelima, buku dapat menjadi warisan dan amal jariyah. Guru ngaji tentu memiliki segudang ilmu, pengalaman dan motivasi dalam pembelajaran al-Quran. Semua itu akan terjaga dengan baik manakala terus disampaikan dalam proses pengajaran, juga bila terdokumentasi dalam bentuk buku yang diterbitkan. Bila guru ngaji menulis buku maka setiap ilmu, pengalaman dan motivasinya bisa diwariskan dan menjadi sumber inspirasi bagi siapapun. Bahkan yang jauh lebih dahsyat lagi, bukunya dapat menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir sampai kapan pun. 

Kita harus akui bahwa guru yang biasa-biasa saja hanya memberi tahu. Sementara guru yang baik menjelaskan. Lalu, guru yang unggul mendemonstrasikan. Sementara guru yang hebat menginspirasi. Kehebatan guru ngaji bukan saja pada proses pengajaran yang ia sampaikan dan keteladanan yang ia lakoni, tapi juga pada buku yang ia karyakan. Dengan menulis buku berarti guru ngaji bukan sekadar mengisi ilmu pengetahuan untuk anak-anak murid atau peserta didiknya, tapi juga menyalakan api kecerdasan dan kematangan jiwa mereka. 

Waktu memang begitu berkuasa, sehingga pertemuan saya denhan kedua sosok yang murah senyum ini segera diakhiri. Menjelang berpisah, pada kesempatan ini saya pun menyempatkan untuk mengenalkan dua buku terbaru saya yang berjudul "Pemuda Negarawan" dan biografi Bupati Lombok Tengah (NTB) yang berjudul "H. Lalu Pathul Bahri; Motivasi, Pengalaman Hidup dan Kepemimpinan". Bahkan buku yang pertama saya hadiahkan untuk Pak Mastoni, karena memang untuk buku ini hanya membawa satu eksemplar. Singkatnya, pesan penting pertemuan ini adalah nyalakan api literasi FKGN Kota Cirebon! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah