Inspirasi Menulis Dari SMK Entrepreneur al-Wassath


PADA Jumat 24 Mei 2024 saya mendapat undangan dari senior saya dulu di Pondok Pesantren Nurul Hakim di Kediri, Lombok Barat, NTB, Pak Abdul Hanan (Bang Hanan) untuk menjadi narasumber acara pelatihan kepenulisan sekaligus bedah buku “Pemuda Negarawan” di SMK Entrepreneur al-Wassath, di Sesaot, Narmada, Lombok Barat, NTB. 

Kali ini saya ditemani oleh sahabat baik saya Pak Iwan Wahyudi. Seperti biasa Pak Iwan berbagi tips, motivasi dan pengalaman dalam kepenulisan, di samping menjelaskan secara singkat isi buku “Pemuda Negarawan” karya terbaru hasil menulis secara keroyokan: saya, Pak Iwan dan puluhan penulis lainnya dari beberapa kota di seluruh Indonesia.  


Secara khusus Pak Iwan mengulas tentang RA. Kartini dan karya monumentalnya buku “Habis Gelap, Terbitlah Terang”. Menurutnya, Kartini tergolong tokoh perempuan Indonesia yang sangat inspiratif. Selain memperjuangkan hak-hak kaum perempuan yang ditepikan oleh penjajah Belanda kala itu, ia juga menulis, yang kelak menjadi buku yang digemari oleh banyak kalangan. 

Dari Kartini kita belajar bahwa keterbatasan dalam mengakses pendidikan formal dan keterbatasan ekonomi bahkan dalam kondisi terjajah sekalipun bukanlah menjadi alasan untuk berdiam diri dan tidak berkarya. Justru kondisi semacam itu menjadi pemantik dan pendorong untuk berkarya. Bukan saja sebagai upaya mencerdaskan bangsa tapi juga simbol perlawanan kepada para penjajah yang menista bangsa dan segala kekayaan alam di dalamnya.   

Menulis memang bukan pekerjaan ringan, namun bila ditekuni maka selalu ada motivasi, semangat dan inspirasi untuk menulis hingga menjadi buku yang layak dibaca. Pada forum ini saya pun berbagi tips, motivasi juga pengalaman menulis selama ini. Pertama, memiliki alasan menulis. Bila kita memiliki alasan yang kuat maka kita bakan terdorong untuk menulis dan terus menulis. Tidak menulis sehari saja membuat kita stress dan seperti ada yang hilang. Alasan menulis adalah jawaban dari pertanyaan "mengapa dan untuk apa menulis?”. 

Kedua, pertanyaannya, mengapa dan untuk apa menulis? Dengan menulis kita dapat mengabadikan rasa, menjaga ilmu dan informasi, memperkaya wawasan, mengembangkan potensi diri, berbagi motivasi dan inspirasi. Dengan menulis, berarti kita sedang melanjutkan tradisi para ulama dan melanjutkan tradisi tokoh dunia. Selain itu, bila kita menulis maka sedang membantu diri kita sendiri dalam berkarir. Karena menulis merupakan membutuhkan karir, baik akademik maupun profesi lainnya. 

Di samping itu, dengan menulis berarti kita sedang memperpanjang usia kita. Mungkin usia fisik kita bisa selesai dengan kematian bila ajal kita tiba, tapi usia gagasan kita bakal abadi dengan tulisan. Tulisan yang baik dan bermanfaat dapat menjadi amal jariyah bagi kita. Apalagi menulis merupakan salah satu perintah Allah, maka akan dengan sendirinya kita mendapat pahala sekaligus menjadi amal jariyah. 

Saya menyaksikan peserta yang hadir pada forum ini cukup antusias. Walau materi ini termasuk materi yang asing dalam kehidupan sekaligus aktivitas mereka, namun mereka begitu semangat mengikuti acara hingga akhir. Beberapa dari mereka pun berjanji akan menjadikan aktivitas menulis sebagai tradisi yang terus dijaga, hingga kelak bisa menulis buku. Saya menyarankan agar mereka boleh tamat dari SMK ini bila mereka sudah menulis satu buku. 

Kesungguhan mereka untuk mengikuti acara ini dan ikhtiar untuk menulis buku merupakan inspirasi tersendiri bagi saya. Saya sangat percaya bahwa siapapun bisa menulis hingga menghasilkan karya tulis. Belajar dan melatih dengan rutin adalah kuncinya. Tentu tak lupa juga tradisi baca. Semakin banyak membaca besar kemungkinan akan mudah menulis. Bahkan baca-tulis merupakan saudara kembar yang tak bisa dipisahkan. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik, pembaca yang baik bakal menjadi penulis yang baik. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah