Tiga Keajaiban Istighfar


Manusia, dalam hal ini kita, apapun latar belakang kita, hidup di dunia ini dengan segala dinamika dan problematikanya. Hal tersebut sangat wajar, sebab kehidupan dunia adalah medan amal sekaligus medan uji. Kehidupan yang kita alami dan mati yang kita alami nanti adalah media uji dari Allah. Allah berfirman, "Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun." (QS. al-Mulk: 2) 

Sebagai ciptaan Allah, kita tentu memiliki ujian dan tantangan hidup tersendiri. Ada yang tahan uji, sehingga semakin teguh menjadi hamba Allah yang imannya makin kokoh dan amalnya semakin berkualitas. Namun demikian, ada pula yang tak bisa bertahan, sehingga terjebak pada keluh kesah yang melampaui batas. Bahkan terjebak menjadi manusia yang enggan bersyukur atau menjadi kufur kepada-Nya. 

Betapa indahnya Islam dengan segala ajarannya yang sangat mulia dan dapat menjadi jalan keluar bagi kehidupan umatnya. Salah satu syariat yang dianjurkan untuk dijalani oleh orang beriman adalah memperbanyak istighfar atau mohon ampun kepada Allah. Beristighfar yaitu ucapan sekaligus sikap sungguh-sungguh untuk memohon ampunan kepada Allah. Ini merupakan salah satu ibadah pilihan yang dapat kita tunaikan kapan pun. 

Manusia paling mulia Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah) niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Bila merujuk pada hadits di atas, maka dengan beristighfar akan banyak hal yang kita peroleh. Bahkan di hadits tersebut sangat tegas disebutkan bahwa ada beberapa keajaiban yang kita peroleh bila giat beristighfar. Pertama, memperoleh jalan keluar bagi tiap kesedihan dan masalah yang kita alami. Bila kita giat beristighfar, maka Allah akan menghadirkan jalan keluar bagi setiap kesedihan dan masalah yang kita hadapi. 

Kedua, memperoleh kelapangan bagi kesempitan yang kita alami. Kehidupan dunia adalah satu periode kehidupan dari rentang panjang kehidupan yang kita lalui hingga kelak di akhirat. Di sini tentu ada begitu banyak tantangan hidup yang kita alami dan hadapi. Hati yang gersang, langkah tak menentu dan pilihan hidup yang hambar. Dengan giat beristighfar maka kita bakal mendapat kelapangan hati dan kelapangan solusi dari Allah. 

Ketiga, mendapat rezeki halal dari sumber yang tak disangka-sangka. Mendapatkan rezeki yang cukup tentu menjadi harapan kita semua. Pada dasarnya, Allah sudah menentukan apa, bagaimana dan berapa rezeki kita. Walau secara kasat mata setiap kita memperoleh rezeki yang berbeda, namun pada dasarnya tak ada rezeki yang tertukar, semuanya sudah ditakar sesuai kebutuhan kita dan ketentuan dari-Nya. 

Bagi seorang ASN/PNS, tentu rezeki dalam bentuk gajian sudah tergambar dalam bentuk haji bulanan yang angka atau nominalnya sudah ditentukan berdasarkan aturan yang berlaku. Walau demikian, pada dasarnya bila ingin mendapatkan rezeki yang lebih dari yang sudah terjadwal, maka yang dapat dilakukan adalah giat beristighfar. Sehingga besar kemungkinan kita akan mendapat rezeki yang tak disangka-sangka. 

Bagi petani atau profesi lain di sektor swasta, ada sebagian yang rezeki bulannya sudah terhitung dalam bentuk gaji atau mungkin bonus tambahan dari empat kerja seperti perusahaan, lembaga pendidikan dan sebagainya. Namun bila hendak mendapatkan keberkahan dan rezeki di luar itu maka ia harus perbanyak istighfar kepada Allah. Dengan giat beristighfar ia memperoleh rezeki halal yang tak disangka-sangka.  

Dengan membaca istighfar dapat membuat hati kita menjadi tenang bahkan lebih tenang. Segala kesedihan dan gundah gulana karena dosa-dosa yang kita perbuat akan diampuni oleh Allah, bahkan hati kita lebih cepat dan mudah menerima kebenaran. Dalam surat Hud ayat 3, Allah berfirman sebagai wujud cinta-Nya pada kita, "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya". (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Belasan Buku Biografi Tokoh 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Anatomi dan Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Qur’an