Dari Membaca Terbitlah Karya!


Ahamdulillah pada Sabtu 16 Oktober 2021 sekitar pukul 21.40-22.30 WIB saya kembali mengikuti acara rutinan senior saya Bang Yusuf Maulana . Beliau adalah editor sekaligus penulis beragam judul buku. Sosok intelektual asal Cirebon yang kini berdomisili di Jogjakarta ini selalu tampil dengan gaya khasnya: tersenyum dan memantik denyut literasi di sekitarnya bahkan kaum muda Indonesia. Pada acara yang dimulai pukul 19.45 WIB ini membahas topik yang cukup menarik "Dari Membaca Terbitlah Buku" dengan menghadirkan tiga narasumber sebagai pemantik yaitu Mas Edo Segara, Pak Roni Haldi  (penulis buku "Lingkaran Pekat Muslihat") dan Pak M. Anwar Djaelani (Penulis buku "Warnai Dunia dengan Menulis"). 

Setahu saya ketiga narasumber ini merupakan sosok yang berpengalaman dalam dunia kepenulisan, baik sebagai penulis artikel dan buku maupun sebagai pembaca berbagai karya tulis lainnya. Masing-masing narasumber sudah punya buku dan aktif menulis di akun media sosial mereka dan tak jarang juga karya mereka dipublikasi oleh berbagai surat kabar di mana mereka berdomisili. Sehingga sangat wajar bila didaulat menjadi narasumber atau pemantik obrolan malam Ahad ini. 

Saya sendiri hari ini cukup lelah karena mengikuti acara di kampus tepatnya di Pascasarjana Universitas Majalengka yang terselenggara sejak pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Karena lelah, setelah shalat Isya saya memilih untuk berbaring sejenak. Rupanya saya kelolosan atau tertidur dan kehilangan momentum untuk menikmati materi acara literasi malam Ahad ini sejak awal. Sekira pukul 21.35 WIB saya terbangun dan tanpa menunggu lama saya pun langsung mengikuti acara yang dipandu langsung oleh penulis buku "Mufakat Firasat" ini. 

Selain mendengar penjelasan narasumber yang sangat berharga dan inspiratif, saya juga mendapatkan penjelasan yang tak kalah berharga dan inspiratifnya dari peserta yang kali ini hampir semuanya diberi kesempatan untuk berbagi cerita dan pengalaman masing-masing seputar tulis menulis bahkan hingga kelak menjadi buku. Saya merasa hampir seluruh cerita dan pengalaman mereka adalah anugerah terindah malam ini dan bisa jadi seterusnya. Kelelahan yang saya alami setelah mengikuti acara di kampus pun mulai menghilang. Bahkan benar-benar menghilang. 

Pada bagian akhir menjelang penutupan, setelah menyilahkan sahabat baik saya Kang Aldy Istanzia Wiguna dan Bung Iwan Wahyudi (penulis buku "Melawan dengan Damai") berbagi cerita dan pengalaman seputar tulis menulis dan buku, Bang Yusuf Maulana menyilahkan saya untuk berbagi cerita dan pengalaman seputar hal yang sama. Saya pun menyampaikan beberapa hal yang bisa jadi menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi siapapun. Dengan sedikit penyesuaian dan penyempurnaan, beberapa poin berikut merupakan hasil elaborasi saya atas apa yang saya sampaikan kali ini. 

Pertama, banyak baca. Selama ini saya berupaya untuk banyak membaca, bukan saja tulisan saya dalam bentuk artikel dan buku, tapi juga karya orang lain. Saya mendawamkan untuk membaca sesibuk apapun saya. Saya berupaya menikmati tulisan saya juga menikmati tulisan atau karya orang lain. Walau rasa malas kadang menggoda namun saya tetap berupaya untuk membaca. Memang perlu pemaksaan untuk mencapai level tradisi yang lebih gila. Bila tidak ada pemaksaan maka sampai kapanpun tidak bakalan berubah. 

Kedua, punya target. Salah satu kunci penting yang saya pegang selama ini adalah memiliki target. Misalnya, saya mesti menulis artikel minimal satu artikel setiap hari. Apapun tema dan topiknya, saya mesti menulis. Walau pun pada praktiknya malah saya bisa menulis dua atau tiga artikel setiap hari. Temanya tak selalu sosial-politik seperti yang selama ini sudah kerap disematkan oleh beberapa media cetak atau surat kabar pada saya, tapi semua tema seperti pendidikan, keagamaan, dan masih banyak lagi. 

Ketiga, mencicil tulisan. Sesibuk apapun saya tetap menulis, mininal ada yang ditulis. Status Facebook saya biasanya menjadi pemantik yang paling aktif membantu saya untuk menuntaskan sebuah tulisan saya. Awalnya saya titip menjadi status lalu dalam kondisi tertentu saya kembangkan lagi. Kalau semangat saya masih terjaga biasanya tulisannya bakal tuntas bahkan bisa saya kirimkan ke surat kabar, tapi bila saldo semangat menipis biasanya saya biarkan begitu saja menjadi status hari tentu. Sehingga kadang sebuah artikel merupakan gabungan dari beberapa status facebook saya.  

Keempat, rajin publikasi. Hal inilah yang menunjang saya selama ini yaitu publikasi. Seperti yang sudah saya ulas di atas bahwa saya secara rutin melakukan publikasi tulisan di akun media sosial saya terutama akun facebook. Hampir semua tulisan saya pernah dipublikasi di facebook, sebab semua tulisan yang ada dalam buku-buku saya pun pernah saya publikasi di facebook. Selain itu, saya juga mempublikasi tulisan saya di beberapa blog saya. Beberapa pembaca menyampaikan apresiasi karena mereka bisa menikmati tulisan-tulisan saya secara gratis dan mudah dipahami.  

Kelima, dokumentasi. Publikasi di media sosial seperti facebook atau blog adalah hal yang biasa saya lakukan selama ini. Ini juga merupakan bagian dari upaya dokumentasi. Namun demikian saya juga menyimpan semua tulisan saya di laptop dalam folder khusus. Setiap tulisan saya saya bubuhi tanggal dan bulan juga tahunnya. Sehingga di laptop saya lengkap sekali, misalnya, tulisan setiap hari di setiap bulannya dan per tahunnya. Semua tersimpan baik, walau ada saja tulisan yang kadang lupa disimpan lalu hilang entah ke mana. Malah ada beberapa tulisan saya yang disimpan dengan ikhlas oleh beberapa pembaca di blog mereka. Saya pun mendapatkan tulisan saya malah dari mereka yang baik hati itu. 

Keenam, terbitkan jadi buku. Jujur saja saya tidak berprofesi sebagai penulis. Tapi sejak lama saya mendawamkan untuk menulis bahkan kelak dipublikasi di surat kabar dan diterbitkan menjadi buku. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya karena rerata tulisan saya yang dipublikasi di facebook dan blog sudah diterbitkan menjadi buku. Awalnya saya pilah dan pilih sesuai tema dan topik masing-masing tulisan. Misalnya, seputar sosial-politik, pendidikan, keagamaan, motivasi, dan begitu seterusnya. Sehingga 40-an lebih buku saya yang sudah terbit semuanya terdiri dari beragam tema. 

Ketujuh, terus berkarya. Walau sudah menulis begitu banyak artikel dan puluhan buku, saya tetap berupaya untuk menjaga semangat saya dalam berkarya. Saya sering mendapat nasehat dan motivasi dari banyak teman, misalnya, "Jangan pernah puas dengan satu karya, paksa diri untuk menulis dan menulis hingga terpublikasi bahkan kelak diterbitkan menjadi buku." Bagi saya ini adalah penjaga semangat. Apalah lagi kelak bila tulisan dimuat di surat kabar atau diterbitkan menjadi buku, anak dan istri saya turut bergembira dan menikmati hasilnya. Intinya, sampai kapan pun saya tetap berupaya untuk terus menulis alias berkarya. 

Ala kulli hal, alhamdulillah saya masih mendapat kesempatan untuk belajar pada mereka yang sehari-hari bersama buku bahkan menulis buku. Saya sendiri benar-benar dimanjakan, sebab pengalaman mereka dibagi begitu gratis kepada saya yang tentu masih pada tahap belajar dan akan terus belajar. Bagi saya ini sebuah anugerah yang sangat berharga dan istimewa. Malu rasanya berbicara di depan mereka, sebab saya sejatinya lebih tepat untuk banyak mendengar. Namun saya perlu belajar termasuk belajar menyampaikan sesuatu, tak terkecuali dalam bentuk tulisan seperti tulisan sederhana ini. Mudah-mudahan ada pembaca yang tergerak untuk membaca sehingga kelak bisa menulis buku sendiri atau bersama-sama. Ya, dari membaca terbitlah buku karya! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat dan Penggiat Administrasi Kebijakan Publik di Pascasarjana Universitas Majalengka 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok