Torang Bisa-Kita Orang Indonesia Bisa!
PEKAN Olahraga Nasional XX, disingkat PON XX, atau PON Papua 2021 akhirnya ditutup pada Jumat 15 Oktober 2021 setelah dibuka pada Sabtu 2 Oktober 2021 lalu. Ia adalah ajang olahraga nasional utama Pekan Olahraga Nasional, yang diselenggarakan di Papua selama 2 pekan. Stadion Lukas Enembe menjadi lokasi utama penyelenggaraan edisi ini, baik upacara pembukaan maupun penutupan. Ajang ini semula akan diadakan pada tahun 2020, tetapi ditunda ke tahun 2021 sehubungan dengan pandemi Covid-19. PON XX kali ini menjadi yang pertama kalinya dalam sejarah diselenggarakan di bumi cenderawasih, Papua.
Seperti yang sudah diduga sejak awal dan rilis berbagai media massa dan media online, Jawa Barat (Jabar) akhirnya mampu sekaligus sukses mempertahankan gelar juara umum PON XIX Jawa Barat 2016 setelah menjadi juara umum PON XX Papua 2021 yang bermoto "Torang Bisa!". Jabar kokoh di puncak klasemen dengan torehan 353 medali yang terdiri dari 133 emas, 105 perak, dan 115 perunggu. Jabar unggul jauh atas DKI yang merebut posisi runner-up. DKI mengakhiri PON Papua dengan raihan 301 medali yang terdiri dari 111 emas, 91 perak, dan 99 perunggu.
DKI unggul tipis atas Jawa Timur yang berada di posisi ketiga dengan perolehan 287 medali yang terdiri dari 110 emas, 89 perak, dan 88 perunggu. Sementara Papua yang menjadi tuan rumah berada di posisi keempat dengan perolehan 261 medali yang terdiri dari 93 emas, 66 perak, dan 102 perunggu. Lalu Bali berada di posisi kelima dengan perolehan 106 medali yang terdiri dari 28 emas, 25 perak, dan 53 perunggu. Dengan dirilisnya klasemen akhir perolehan medali ini, maka berakhirlah sudah 681 pertandingan dari 59 disiplin pertandingan yang diikuti 7039 atlet ini.
Bila kita menelisik lebih mendalam sejatinya olahraga yang dilangsungkan dalam bentuk pesta olahraga atau PON kali ini mengandung nilai-nilai penting yang dapat diaktualisasikan dalam kehidupan kebangsaan kita. Nilai-nilai tersebut diantaranya, Pertama, kerjasama dan kekompakan. Aspek kerjasama sangat penting dalam sebuah olahraga, terutama olahraga yang dilakukan secara berkelompok. Kerjasama dan kekompakan mutlak dilakukan jika sebuah tim menginginkan kemenangan dalam suatu permainan. Bagaimanapun tingginya skill individual yang dimiliki para pemain serta bagusnya pelatih maupun official yang ada, jika tidak dibarengi dengan kerjasama yang kuat maka akan sia-sia saja. Kerjasama dalam hal ini bukan hanya intern di antara para atlet saja tetapi semua pihak yang bertanggungjawab terhadap tim, termasuk pelatih dan seluruh official di dalamnya.
Kedua, persahabatan. Meskipun dalam sebuah kompetisi antar kelompok masing-masing tim saling berhadapan, bersaing secara sengit dan berusaha mengalahkan satu sama lain, namun begitu permainan usai atau di luar acara permainan, masing-masing individu atau kelompok tetap harus menganggap lawannya sebagai sahabat. Para pemain mesti mampu memilah-milah antara urusan pribadi dengan urusan kemanusiaan. Ketika bermain, setiap atlet dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin dapat mengalahkan lawannya, berjuang sekuat-kuatnya. Namun ketika pertandingan selesai, terlepas kalah atau menang setiap atlet tetap harus memperlakukan lawannya secara terhormat dan manusiawi, sehingga tidak boleh menghina atau merendahkannya.
Ketiga, penghargaan atau saling menghormati atau persamaan. Penghormatan di antara masing-masing individu maupun tim dalam olahraga menunjukkan adanya penghargaan serta ketulusan satu sama lain yang sudah menjadi kewajiban bersama. Meskipun di antara mereka terdapat berbagai perbedaan, mulai dari latar belakang politik, ekonomi, sosial, budaya, geografis, dan lain-lain, namun tetap harus dipandang sama dan dihormati sebagaimana layaknya.
Keempat, sportifitas. Aspek sportifitas merupakan salah satu segi yang sangat penting dalam dunia olahraga. Dengan sportifitas dimaksudkan bahwa individu atau kelompok bersikap kesatria, gentle, dan jujur dalam permainan. Dalam pengertian ini pemain berlaku fair dan terbuka, tidak melakukan kecurangan maupun tipudaya tertentu terhadap lawan-lawannya. Sportifitas lebih menunjukkan adanya sikap tanggung jawab seorang atlet. Sikap sportif yang menjunjung tinggi kejujuran menjadi tolok ukur, sekaligus asas kompetisi yang sehat dan bermutu. Sportifitas lebih menunjukkan adanya sikap tanggungjawab seorang atlet.
Kelima, fairness, yang ditandai dengan sikap obyektif yang terbuka dan tidak memihak. Dalam olahraga, sikap fairness atau fair play mengacu pada permainan yang bersih, tidak curang atau dikotori tipu muslihat, baik yang berasal dari para atlet sendiri maupun wasit dalam pertandingan. Karena itu, mutu dari suatu olahraga dapat dikatakan baik kalau dilakukan secara fair, di mana semua pihak melakukannya dengan cara-cara yang jujur dan adil
Keenam, ketekunan dan kerja keras. Hal ini terlihat bagaimana para atlet dan seluruh tim sejak awal, dalam jangka waktu tertentu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun secara rutin berlatih menempa diri, mempersiapkan pertandingan yang dihadapi. Sampai pada gilirannya mereka membuktikan kemampuannya, yang berakhir dengan kekalahan maupun kemenangan. Cerminan dari kerja keras dan ketekunan tersebut benar-benar ada ketika mereka menjalani proses demi proses yang melelahkan. Proses ini jelas membutuhkan kesabaran dalam menahan diri, maupun keseriusan dalam berlatih. Ini merupakan bagian dari perjuangan.
Ketujuh, solidaritas. Solidaritas mencerminkan sikap kebersamaan, berbagi perasaan satu sama lain baik senang maupun susah atas sesuatu obyek masalah atau kejadian. Dalam olahraga, nilai solidaritas perlu ditanamkan secara kuat, baik dalam lingkup internal tim maupun antar tim dengan pendukungnya. Kuatnya solidaritas menunjukkan adanya keterikatan emosional di antara mereka, sekaligus menjadi sumber pendorong semangat yang membangun. Karena itu, solidaritas perlu diarahkan ke tujuan-tujuan yang positif dan konstruktif, bukan yang negatif dan destruktif.
Kedelapan, tanggungjawab. Aspek tanggungjawab berkaitan dengan kewajiban individu atau kelompok atas tugas-tugasnya. Rasa tanggungjawab, mencerminkan sikap amanah dan berani mengambil prakarsa ataupun resiko atas setiap tugas yang diemban, baik yang berakhir dengan keberhasilan maupun kegagalan. Sikap tanggung jawab adalah bagian dari mentalitas positif yang selayaknya dimiliki setiap individu. Rasa tanggungjawab merupakan lawan dari sikap pengecut dan sikap lepas tangan yang terdapat pada kebanyakan orang. Dalam bidang olahraga kurangnya rasa tanggungjawab, yang ditandai dengan saling lempar kesalahan, seringkali melemahkan sebuah tim dan bahkan dapat menghancurkannya.
Kesembilan, keberanian. Nilai keberanian menunjukkan rasa percaya diri untuk bertindak melakukan sesuatu. Sikap ini dilandasi keyakinan akan kemampuan diri, dalam berkompetisi dengan pihak lawan. Karena salah satu unsur kegiatan olahraga adalah adanya kompetisi, maka seorang atlet harus selalu siap untuk maju bertanding memperagakan kemampuannya. Keberanian dalam kaitan ini bukan jenis keberanian yang tanpa perhitungan, namun keberanian yang diperhitungkan dengan cermat. Seorang atlet tidak boleh menghindari kenyataan bahwa keunggulan mereka hanya bisa dinilai setelah melalui proses kompetisi yang fair.
Kesepuluh, integritas. Nilai integritas menunjukkan ciri-ciri yang merangkumi sifat-sifat unggul dalam diri individu atau kelompok secara keseluruhan. Nilai integritas ini, sama dengan nilai-nilai yang disebutkan sebelumnya di atas, yang selayaknya ditegakkan semua insan olahraga yang terkait, mulai dari atlet, wasit, pelatih, pengurus, maupun pendukungnya. Integritas tidaklah semata-mata monopoli milik pemain saja, tetapi juga unsur-unsur lainnya. Dalam bidang olahraga integritas ditunjukkan dengan sikap maupun perilaku positif yang mencerminkan segi-segi kebaikan. Karena itu, sekali lagi integritas lebih bermakna penghayatan dan penerapan nilai-nilai baik secara totalitas.
Kesebelas, persatuan. Nilai persatuan merupakan nilai yang mutlak dalam olahraga. Pengertian persatuan bukan hanya dalam olahraga yang bersifat kelompok saja tetapi juga yang bersifat individual. Persatuan terwujud dalam bentuk keterikatan yang kuat di antara sesama pemain, pelatih, pengurus dan juga pendukungnya. Tanpa ditunjang adanya persatuan mustahil suatu individu atau tim dapat melakukan atau bahkan memenangkan pertandingan dengan baik.
Beberapa nilai di atas merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Antar satu nilai dengan nilai yang lain memiliki sifat komplementer terhadap yang lain, yang dalam prakteknya saling menunjang. Terlepas dari adanya beberapa kekurangan dan keterbatasan dalam pelaksanaannya, hal tersebut tidak mereduksi pentingnya kandungan nilai-nilai tersebut sebagai sumber inspirasi untuk ditransformasikan dalam kehidupan kebangsaan kita. Meskipun bidang keolahragaan hanyalah bagian kecil dari subsistem kehidupan kita, namun sangat perlu bila nilai-nilai tersebut dapat diterapkan sebagai model dan bingkai dalam kehidupan kebangsaan kita.
Bila kita telisik lebih mendalam PON XX Papua menjadi sarana simbolik untuk mengokohkan persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa dan negara yang berdaulat. Bahwa kita berbeda-beda namun tetap satu negara, yang membentang dari Sabang hingga Merauke, sebagai perwujudan NKRI yang kokoh dan semangat persatuan dan kesatuan. PON XX yang dilaksanakan di empat klaster, yaitu di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, dan Kabupaten Mimika ini pun mengokohkan tenunan kebangsaan kita yang beragam latar belakangnya, namun tetap dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila. Seperti frasa motto "Torang Bisa!" yang berarti "Kita Orang" merupakan kata khas Papua yang diucapkan untuk memberi motivasi dan semangat juang para atlet, maka PON XX 2021 mesti menjadi pemacu juga penyemangat perjuangan bahwa negara kita Indonesia bisa lebih kokoh sekaligus lebih maju. Ya, torang bisa-kita orang Indonesia bisa! (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat
Komentar
Posting Komentar