Teladan Kenabian Dalam Mendidik Anak



PENDIDIKAN keluarga merupakan salah satu pendidikan yang penting. Ia adalah kunci sekaligus modal penting lahirnya masyarakat bahkan warga bangsa dan negara yang berkualitas. Menikah adalah proses awal kehidupan keluarga. Ia merupakan pintu penting bagi hadirnya keluarga yang terdidik, sehingga kelak kontribusi dalam menghadirkan masyarakat, bangsa dan negara yang beradab dan berdaya saing tinggi.   

Bila kita menelisik khazanah Islam maka kita akan menemukan berbagai keteladanan yang baik yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul, utamanya dalam hal pendidikan keluarga, terutama pendidikan anak. Islam dengan sumber utamanya al-Quran dan al-Hadits sudah begitu jelas dan runut menggariskan kepada kita bagaimana seharusnya membentuk keluarga yang baik dan menjadi teladan dalam menata keluarga. Bukan saja tentang beribadah tapi juga dalam hal bermuamalah. Bahkan di dalam dua sumber tersebut kita menemukan konsep dan prinsip mendidik anak sekaligus menjadi orangtua yang ideal bagi anak-anak. 


Saya sangat bersyukur karena pada Sabtu 2 Oktober 2021 (pukul 16.00-17.30 WIB) bisa menghadiri acara Talim Ishlah yang diadakan oleh DPW PUI Jawa Barat secara online (Zoom Meeting). Pada acara yang dihadiri oleh ratusan pengurus dan kader PUI Se-Jawa Barat ini menghadirkan narasumber tunggal Dr. Wido Supraha selaku Wakil Ketua Umum DPP PUI. Kali ini Dr. Wido memamparkan materi yang sangat menarik yaitu "Seri Ishlahu Tarbiyah; Seni Mendidik Anak Dari Rasulullah". Sebuah tema yang tentu saja sangat perlu diperoleh oleh para orangtua di sela-sela berbagai aktivias dan tantangan pendidikan juga kehidupan sosial yang semakin kompleks akhir-akhir ini. 

Pada pemaparannya, pengurus MUI Pusat dan Dosen tetap di Universitas Ibn Khaldun Bogor ini menyampaikan betapa pentingnya pendidikan keluarga sekaligus anak. Menurutnya, keluarga adalah sebuah elemen penting dalam hidup kita. Sebagai orangtua, kita adalah penentu bagi terbentuknya generasi yang berkualitas di dalam keluarga kita. Orangtua yang berkualitas adalah kunci hadirnya keluarga dan anak yang juga berkualitas. 

Mengafirmasi Dr. Wido, hal penting yang perlu kita perhatikan dalam menjalankan amanah sebagai orangtua adalah keteladanan dan kesungguhan. Bila selama ini kita selalu beralasan sibuk dengan pekerjaan lalu meninggalkan proses pendidikan di keluarga, maka kita mesti segera berbenah. Ketahuilah bahwa kita tidak sesibuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, kita pun tidak memiliki amanah sebesar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 

Dalam Islam, menikah sebagai pintu awal berkeluarga benar-benar mendapatkan perhatian. Sehingga bukan saja akadnya yang dipersiapkan, tapi juga syarat dan rukunnya dipersiapkan secara maksimal, bahkan hal-hal lain yang menunjang proses pernikahan juga mesti disiapkan dengan matang. Menikah sendiri adalah bagian dari cara kita meningkatkan kualitas diri, sebab di dalamnya ada begitu banyak manfaat dan maslahat.

Berkeluarga adalah salah satu dari begitu banyak sumber motivasi bagi kita semua untuk terus berdakwah dan menebar kebaikan. Sebagai muslim, kita perlu menjadikan keluarga sebagai wadah dakwah. Dakwah adalah teladan kenabian, risalah yang perlu kita wariskan bagi generasi setelah kita. Dakwah itu sendiri sangat berat, ia hanya bisa dipikul oleh orang-orang yang kuat. Pasangan suami-istri yang kelak atau kini menjadi orangtua perlu meningkatkan kualitas dirinya, termasuk saling menopang untuk setiap amanahnya. Sebuah ungkapan bijak meningatkan, “Di balik lelaki yang hebat sejatinya ada wanita hebat yang menopangnya". Sebaliknya, laki-laki atau suami juga merupakan sosok hebat di balik perempuan atau istri yang hebat. 

Bila kita membaca sejarah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam maka kita akan menemukan beberapa seni interaksi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada anak-anaknya. Pertama, memberi nama yang baik pada anak-anaknya. Nama anak-anak beliau termasuk nama-nama yang baik, seperti Qosim, Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kaltsum, Fatimah az-Zahra, Abdullah dan Ibrahim. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya nama kalian yang paling dicintai di sisi Allah adalah Abdullah dan Abdurahman." (HR. Muslim). 

Kedua, memberi nama anak pada hari kelahiran mereka. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Semalam telah lahir anakku dan kuberi nama seperti ayah-leluhurku Ibrahim." (HR. Muslim). Ibrahim adalah nabi Ibrahim, leluhur nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang juga seorang nabi. Beliau adalah sosok teladan dalam banyak hal. Beliau adalah model Ayah hebat dalam perjalanan sejarah umat manusia. Beliau hadir dan berkomunikasi dengan anaknya, termasuk bila sesuatu itu merupakan perintah Allah kepada beliau, sehingga anaknya mendapatkan rasionalitas dan penjelasan. Hal ini seperti yang dikisahkan dalam al-Quran surat ash-Shaaffat: 99-110. 

Ketiga, membesarkan anak perempuan dengan sepenuh kebaikan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Siapa yang mendidik anak dua anak perempuan hingga ia dewasa, maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan aku dengan dia dekat sekali." (HR. Muslim). Bila pada zaman jahiliyah anak perempuan dihinakan, maka Islam hadir dengan pemuliaan yang sempurna. Hal ini tentu saja berlaku untuk anak laki-laki yang juga perlu mendapatkan pemuliaan.  

Keempat, menikahkan anak perempuan dengan anak laki-laki yang baik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga mencontohkan kepada kita untuk menikahkan anak-anak kita dengan orang yang baik. Sekadar contoh, beliau menikahkan putrinya Fatimah az-Zahra dengan sahabatnya Ali Bin Abi Tholib. Ali Bin Abi Tholib adalah salah sahabat yang sangat alim dan cerdas. Begitu juga Zainab dengan Abul 'Ash bin Rabi. Selain itu, beliau shallallahu 'alaihi wasallam juga menganjurkan agar walimatul 'Ursy-nya dipermudah namun tetap terhormat. 

Dari beberapa poin itu saja sangat jelas betapa Islam begitu apik memperhatikan pendidikan keluarga, terutama dalam pendidikan anak. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sendiri adalah sumber keteladanan dan teladan itu sendiri. Mendalami kembali pendidikan keluarga, selain membaca ulang keteladanan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kita juga perlu memahami secara terus menerus firman Allah dalam al-Quran pada surat at-Tahriim ayat 6, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...".    

Mengenai ayat tersebut Ali Bin Tholib menjelaskan bahwa pesan ayat ini adalah "'Adibuhum wa 'alimuhum", didiklah anak-anak agar beradab, lalu ajarilah mereka ilmu! Intinya bahwa Islam sangat memperhatikan pendidikan keluarga, tempat dimana anak-anak lahir dan tumbuh menjadi generasi baru yang mampu menghadapi kehidupan yang semakin kompleks dan kompetitif ke depan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak boleh menepikan anak-anak kita dari pendidikan adab dan ilmu yang bermanfaat juga moral yang baik. Kuncinya adalah orangtua yang terus menerus meningkatkan kualitas diri sehingga menjadi contoh nyata bagi anak-anaknya. Tentu saja teladan idealnya adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat dan Penulis Buku "Menjadi Pendidik Hebat". 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah