Optimisme Mewujudkan Sekolah-Madrasah Unggul



KITA mesti bersyukur karena penularan Covid-19 sudah mulai landai. Dalam laporan Kementrian Kesehatan melalui website resmi (www.kemkes.go.id), pada Selasa 19 Oktober 2021, disebutkan bahwa pasien yang pernah berstatus positif Covid-19 hingga kini sejumlah 4.236.287 jiwa, pasien yang sudah sembuh sejumlah 4.076.541 jiwa, dan pasien yang meninggal dunia sejumlah 143.049 jiwa. Hal ini tentu lebih membaik dari data beberapa bulan sebelumnya dan merupakan gambar gembira yang melegakan semua kalangan. Berbagai lembaga pendidikan pun mengapresiasi kondisi ini dalam beragam bentuknya. Secara khusus dari aspek pendidikan, terutama dalam menghadapi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin kompetitif saat ini, kita pun terhantui oleh pertanyaan sederhana: mungkinkah lembaga pendidikan unggul bisa diwujudkan? 

Pada Rabu 20 Oktober 2021 saya mengikuti acara Seminar Nasional yang diselenggarakan atas kerjasama Persatuan Guru Nahdhatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Cirebon dan IAI Bunga Bagsa Cirebon. Acara yang diselenggarakan dalam rangka perayaan Maulid Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan Hari Santri 2021 ini mengangkat tama "Manajemen Madrasah/Sekolah Unggul Di Era Digital". Kali ini Drs. Sulaiman, M.M.Pd. (Wakil Rektor I Bidang Akademik IAI Bunga Bangsa Cirebon) dan Dr. Dian Widiantari, M.Ag. (Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Pascasarjana IAI Bunga Bangsa Cirebon) didaulat menjadi narasumber.    

Pada kesempatan kali ini Drs. Sulaiman, M.M.Pd. memaparkan tentang pentingnya lembaga pendidikan seperti sekolah dan madrasah di era ini. Namun menurut Sulaiman, keberadaan dan urgensi  lembaga pendidikan mesti diimbangi dengan keunggulan. Diantara ciri lembaga pendidikan unggul yaitu (1) Memiliki budaya akademik yang kuat, (2) Memiliki kurikulum yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) Memiliki komunitas sekolah yang selalu menciptakan cara-cara atau teknik belajar untuk belajar yang inovatif, (4) Berorientasi pada pengembangan hard knowledge dan soft knoweledge secara seimbang, (5) Proses belajar untuk mengembangkan potensi siswa secara holistik, (6) Mengembangkan proses pengembangkan kemampuan dan kompetensi berkomunikasi siswa secara global. 

Menghadirkan lembaga pendidikan yang unggul sangat ditentukan oleh kemampuan para gurunya dalam mengajar, terutama dalam menggunakan metode pembelajaran. Guru dan sekolah mesti melakukan adaptasi pembelajaran yang relevan, sehingga tidak kagetan dengan tantangan pembelajaran. Model pembelajaran terkini yang bisa diadaptasi dan dielaborasi di lembaga pendidikan dan guru diantaranya Discovery Learning, Inquiry Learning, Problem Basic Learning, Project Basic Learning, Production Based Training Production, Teaching Factory, Model Bleanded Learning dan sebagainya. Setiap sekolah dan guru bisa memilih diantara metode tersebut sesuai dengan kondisi, relevansi dan kemampuannya. 

Mewujudkan lembaga pendidikan yang unggul sangat terkait dengan pertanyaan mendasar: apa saja ciri-ciri peserta didik dan manusia unggul? Menurut Instruktur Nasional dan Praktisi Pendidikan IAI Bunga Bangsa Cirebon ini, diantara ciri peserta didik dan manusia unggul di era ini yaitu yang adaptif pada (1) media dan dunia yang semakin tanpa batas, (2) kemajuan pengetahuan dan teknologi dan seni, (3) kesadaran akan hak dan kewajiban asasinya sebagai manusia, (4) pola bekerjasama dan berkompetensi dengan berbagai kalangan dan lintas bangsa, (5) perilaku atau akhlak mulia. 

Mewujudkan lembaga pendidikan yang unggul ditentukan juga tenaga pendidik yang unggul. Dalam pandangan Dr. Dian Widiantari, M.Ag., Kepala Sekolah adalah penentu sekaligus penanggungjawab utama dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang unggul. Kepala Sekolah yang unggul, menurut Doktor lulusan Program Doktoral Pascasarjana UIN Bandung ini dicirikan oleh dua hal yaitu (1) transformatif dan (2) networking. Kepala Sekolah yang transformatif dicirikan oleh terjaganya spiritualitas, moral yang tinggi dan keteladanan yang baik. Hal semacam ini bersifat transendensial dan dibentuk oleh ketekunan dalam beribadah, berdoa dan berzikir.  

Hal lain, menurut cendikiawan ormas Islam Persatuan Ummat Islam (PUI) ini, bila ingin mewujudkan lembaga pendidikan yang unggul maka para gurunya juga mesti memiliki keunggulan tersendiri. Diantara indikasi sekaligus kompetensi unggulnya yaitu (1) memiliki karya ilmiah yang terpublikasi. Memiliki karya tulis saja tidak cukup. Karena itu, karya ilmiahnya mesti dipublikasi oleh institusi yang layak. Hal ini bisa juga dalam bentuk buku yang diterbitkan, sehingga bisa dibaca oleh banyak orang. (2) memiliki karya inovatif. Misalnya, sang guru mampu menemukan metode belajar yang relevan dan memudahkan peserta didik dalam mendalami dan memahami materi pelajaran. Kemampuan berinovasi guru akan memudahkan dirinya dalam menjalankan tugas mengajar, sehingga peserta didik pun akan mudah mengikuti proses pembelajaran. 

Mengafirmasi kedua narasumber di atas, saya perlu dipertegas bahwa pendidikan mesti menjadi pilar strategis membangun peradaban bangsa dan negara di tengah persaingan dan perubahan sosial yang dahsyat. Karenanya lembaga pendidikan (sekolah dan madrasah) harus mampu memperkokoh kembali karakter manusia Indonesia yang kuat nilai-nilai spiritualistiknya, daya intelektual, dan orientasi tindakannya sebagaimana yang ditanamkan oleh pendidikan agama dan budaya luhur bangsa. Pendidikan karakter yang diintegrasikan dengan penguatan nalar-intelektual dan orientasi tindakan positif-konstruktif menjadi niscaya menuju daya saing bangsa Indonesia menghadapi perubahan lingkungan dan tantangan multidimensional saat ini dan ke depan. 

Lembaga pendidikan (sekolah dan madrasah) harus mampu melahirkan lulusan atau generasi yang cerdas, berpikir rasional, objektif, berorientasi ke masa depan, beretos kerja tinggi, hemat, produktif, dan mampu menyingkap segala rahasia alam untuk menjadi bangsa pemenang. Bukan menjadi lulusan atau generasi yang manja, mudah mengeluh, mudah menyerah, dan tidak gigih. Sekolah dan madrasah tidak boleh menghasilkan manusia-manusia sekadarnya saja, mesti menjadi generasi inovator yang mengubah nasib bangsa dan negaranya menjadi pemenang bukan pecundang. Indonesia harus cerdas secara ruhaniyah, intelektual dan budaya. Bahwa bangsa yang besar dan maju adalah bangsa yang memiliki keyakinan dan karakter kuat untuk maju, berpikir dan bekerja produktif, berpikir rasional dan objektif, dan memiliki visi masa depan yang jelas.

Indonesia ke depan jika ingin meraih kemajuan dan keunggulan memerlukan generasi bangsa yang memiliki karakteristik dan mentalitas kuat dengan sifat-sifat utama seperti jujur, amanah, terpercaya, disiplin, tanggungjawab, mandiri, kuat pendirian, toleran, harmoni, suka bekerjasama, peduli sesama, dan mentalitas terpuji lainnya. Sebaliknya menjauhi sikap manja, malas, curang, ajimumpung, korup, menerabas, menipu, membohong, ingkar janji, tipu menipu, serba boleh, seenak maunya, serakah, sombong, angkuh, bakhil, dan sifat-sifat menyimpang lainnya yang dapat merugikan diri sendiri dan kehidupan bersama. Bila seluruh elemen bangsa mampu bekerjasama atau berkolaborasi, maka kita optimis bahwa lembaga pendidikan (sekolah dan madrasah) yang unggul itu sangat mungkin diwujudkan, sehingga generasi unggul bangsa pun sangat mungkin dapat pula kita wujudkan. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat dan Penekun Kebijakan Publik di Pascasarjana Universitas Majalengka (Unma). Tulisan ini dimuat pada halaman 4 Kolom Wacana Koran Radar Cirebon edisi 21 Oktober 2021. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah