GIAT MEMBACA, HOBI MENULIS!


MEMBACA dan menulis adalah dua aktivitas yang sudah sejak lama menjadi perbincangan semua kalangan. Kedua aktivitas ini pun sudah akrab dengan setiap kita, bahkan sejak kita masih kecil. Sejak pendidikan play group, taman kanak-kanak dan sekolah dasar pun, aktivitas baca-tulis sudah menjadi rutinitas yang tidak bisa dipisahkan dengan anak-anak. Kedua tradisi benar-benar menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup kita di masa kecil. 

Bahkan kelak ketika menempuh pendidikan lanjutan pertama dan atas lalu perguruan tinggi, baca-tulis masih menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan aktivitas akademik mahasiswa. Tugas sekolah dan tugas akademik sangat akrab dengan aktivitas baca-tulis. Bahkan untuk perguruan tinggi, baik S1 dan S2 maupun S3, menetapkan syarat kelulusan dengan karya tulis berupa skripsi, tesis dan disertasi. Bisa dikatakan tak ada mahasiswa yang meraih gelar sarjana, master dan doktor tanpa karya ilmiah.  

Membincang dan membangun dua tradisi literasi: baca-tulis ini tentu tidak ada akhirnya. Sebab kita di peradaban teks dan konteks sekaligus. Maka membaca dan menulis sudah menjadi panggilan rutin yang tidak boleh tidak, harus kita lakukan. Namun demikian, berbagai hambatan dan alasan selalu hadir, sehingga kita tetap saja malas dan enggan untuk melakukan tradisi penting ini. Lalu, bagaimana dan apa saja langkah yang bisa kita tempuh agar tradisi literasi, khususnya baca-tulis bisa kita giatkan sehingga benar-benar menjadi tradisi yang terjaga? 

Saya sangat bersyukur karena pada hari ini Sabtu 9 Oktober 2021 bisa hadir atau mengikuti sebuah acara literasi. Pada acara seri 04 "Kalam dan Pembacanya" ini penyelenggara (Poestaka Rembug, Gaza Library Publishing dan Samben Library) yang digawangi Pak Yusuf Maulana menghadirkan beberapa narasumber seperti Sri Nur Hidayah, S.H., M.Si. (Kepala Lembaga Beasiswa BAZNAS), Ahmad Rizky Mardhatillah Umar, S.IP., M.Sc. (Kandidat Ph.D. University of Queensland), dan Dr. Sunarsih, M.A. (Dosen Institut Teknologi Sumatra dan Pegiat Literasi). 

Pada acara yang dimulai pukul 19.45 dan berakhir pukul 22.00 WIB ini diselenggarakan melalui Google Meeting. Kali ini seluruh narasumber berbincang ringan sekaligus menyampaikan materi dan motivasi seputar beasiswa dan pengaruhnya dalam menumbuhkan etos beride cemerlang. Acara ini tergolong bergizi, sebab narasumber berbagi secara vulgar tentang ide dan pengalaman mereka masing-masing. Saya kira setiap peserta yang turut hadir pada acara ini memiliki catatan dan apresiasi tersendiri. 

Pada sesi diskusi setelah narasumber menyampaikan materi, para peserta pun diberi kesempatan untuk mengapresiasi para narasumber. Atau paling tidak melengkapi, juga menyampaikan pertanyaan yang dianggap perlu penjelasan lanjutan. Saya termasuk salah satu dari beberapa peserta yang mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan pandangan tentang tradisi baca-tulis dan segala hal yang mungkin memiliki irisan. Pada kesempatan kali ini saya menyampaikan beberapa poin sebagai berikut: 

Pertama, sebagaimana menulis, membaca juga butuh motivasi dari dalam diri. Motivasi bisa bermakna niat yang ikhlas, tujuan yang baik dan orientasi yang positif. Tekad dan semangat untuk membaca perlu dijaga dengan baik sehingga tidak menghilang begitu saja. Hal ini bisa dijaga dengan menegaskan tujuan membaca. Apa tujuan kita membaca? Setiap kita tentu memiliki alasan dan jawaban masing-masing. Ada yang membaca karena ingin mendalami sebuah pembahasan tertentu, ingin menekuni ilmu tertentu, ingin mendalami teori tertentu, dan masih banyak lagi.  

Kedua, membaca dan menulis perlu dibangun dari lingkungan terdekat termasuk keluarga. Saya sangat percaya bahwa sesemangat apapun seseorang, ia bakal terkena virus malas. Karena itu, ia mesti memiliki vaksin malas sejak dini sehingga bila kelak rasa malas tiba ia sudah memiliki imunitas yang cukup. Salah satu imunitas itu adalah lingkungan terdekat, dalam hal misalnya keluarga. Secara ril kita bisa menyediakan tempat khusus di rumah untuk buku dan bacaan lain. Sehingga pada saat kita atau anggota hendak membaca, sumber bacaannya sudah tersedia. Bila tradisi membaca sudah menggeliat maka akan dengan sendirinya tradisi menulis bakal mengikutinya.  

Ketiga, penulis perlu menghadirkan karya tulis yang bermutu, menarik dan berkualitas. Menjadi penulis itu penuh ujian dan tantangan yang tak ringan. Berbagai halangan dan rintangan kerap datang silih berganti. Dalam kondisi demikian, belum tentu menghasilkan karya tulis yang mudah diterima oleh pembaca. Bisa jadi pembaca tidak nyaman dan enggan membaca. Karena itu seorang penulis perlu banyak belajar dan melakukan evaluasi secara rutin terhadap kualitas tulisannya. Penulis mesti banyak membaca dan menjadi teladan dalam membangun tradisi baca-tulis, sehingga karya tulisnya dari waktu ke waktu semakin bermutu, menarik dan berkualitas.  

Keempat, penerbit buku perlu mengemas buku dengan kemasan yang menarik terutama bagi pembaca. Salah satu elemen penting dalam menghadirkan buku atau bacaan berkualitas adalah penerbit buku. Desain dan layout buku yang menarik dapat memantik pembaca untuk membaca. Dengan kemasan cantik membuat pembaca semakin tertarik pada buku, bahkan berikutnya penasaran lalu membaca buku. Bukan sekadar membaca, tapi juga mengkritik isi atau konten buku yang dibaca. Bahkan kelak bakal termotivasi untuk menulis buku baru yang lebih bermutu, menarik dan berkualitas dari buku yang sudah ada.  

Kelima, pemerintah perlu memberi perhatian lebih kepada penggiat literasi dan mereka yang memiliki karya tulis. Pemerintah dengan segala instrumennya perlu memberi apresiasi terhadap kegiatan literasi, termasuk memberi perhatian kepada para penulis. Pemerintah sebagai penentu kebijakan perlu menghadirkan kebijakan yang memudahkan para penulis dalam berkarya. Misal, pemberian beasiswa bagi para penulis, apapun jenis karyanya. Sehingga tradisi baca semakin menggeliat dan para penulis pun terdorong untuk terus berkarya. 

Tradisi baca-tulis adalah tradisi penting yang menyumbang besar bagi kemajuan peradaban umat manusia. Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara yang ingin maju, maka menjaga tradisi tersebut secara maksimal adalah keniscayaan. Tantangan dan hambatan apapun tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk mengalah begitu saja dengan keadaan lalu sebagai warga negara kita menjadi enggan untuk membaca dan malas menulis. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi juga komunikasi adalah modal dan peluang yang bisa kita manfaatkan secara maksimal dan produktif. Kita bisa membaca dan menulis buku, artikel, dan berbagai macam jenis karya tulis lainnya. Singkatnya, teruslah mengasah tekad dan semangat dalam diri agar giat membaca dan hobi menulis! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat dan Penulis Buku "Kalo Cinta, Nikah Aja!" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok