Bangkitlah Kaum Muda, Indonesia Memanggilmu!


"Walau pun presiden diganti beberapa kali, bila mental dan pikiran warga negaranya begitu-begitu saja maka Indonesia begini-begini saja, bahkan mundur ke belakang. Apalah lagi bila presiden terpilih hanya sibuk dengan urusan remeh temeh dan menegasikan tugas pokoknya, maka Indonesia bakal semakin mundur". Sebuah tulisan pendek namun mendobrak nalar tumpul dan kaum bermental manja.  

Pesannya tegas, betapa perubahan tidak bisa dihadirkan dengan cara berdiam diri atau membiarkan orang lain menghadirkannya. Perubahan tidak bisa dititipkan pada pemimpin negara sekalipun. Di sini tetap saja membutuhkan peran aktif kaum muda. Suatu penegasan betapa kaum muda merupakan elemen yang tidak bisa dianggap remeh dan diacuhkan dalam sebuah etalase perubahan. Kaum muda adalah aset besar sebuah bangsa, termasuk Indonesia. 

Ya, dalam kondisi stagnasi, bila masih ada kaum muda yang terpantik untuk bangkit dan turun tangan, maka Indonesia bakal bangkit dan maju ke masa depan sejarah. Kuncinya adalah kolaborasi kaum muda lintas latar belakang. Kaum muda mesti banyak belajar, hingga jadi pembelajar. Bukan ikut terpesona dan terpenjara dalam lubang keputusasaan yang malah membawanya ke tong sampah sejarah. Bukan dan bukan sama sekali. Sebab kaum muda mesti bangkit dan mengambil peran. 

Kaum muda mesti mampu mendengar nasihat paling apik dari Imam Syafi'i ini, "Siapa yang belum merasakan pahitnya belajar walau sekejap, maka ia harus siap merasakan pahitnya kebodohan sepanjang hidupnya". Ya, kaum muda mesti banyak belajar dan tak boleh berhenti belajar. Dengan belajar kaum muda semakin tersadarkan dan menyejarah. Bahwa dirinya bukan saja punya tugas menentukan dirinya sendiri, tapi juga bertanggungjawab pada urusan bangsanya di luar sana. 

Bangsa ini tidak boleh dibiarkan terjebak dalam sampah stagnasi. Ia mesti bangkit dan menemukan sejarah terbaiknya sebagai salah satu negara muslim terbesar di dunia. Ia mesti menjadi contoh terbaik dalam segala aspek kehidupannya. Contoh yang terbingkai oleh nilai-nilai luhur, bukan oleh nilai-nilai rendahan yang kerap dipuji oleh sebagian orang. Itulah yang membuat kaum muda berharga dan terkenang oleh sejarah. Bahkan punya karya monumental pada skala peradaban umat manusia.  

Dalam "Sajak Sebatang Lisong" WS. Rendra mengingatkan sekaligus menegaskan kepada kita, terutama kaum muda, "Kita sendiri mesti merumuskan keadaan. Kita mesti keluar ke jalan raya, keluar ke desa-desa, mencatat sendiri semua gejala dan menghayati persoalan yang nyata". Maksudnya, kaum muda mesti turun tangan, sehingga benar-benar merasakan betapa negeri ini butuh keterlibatan kaum muda. Tidak cukup menjadi komentator, sebab pemuda mesti turun tangan! 

Kaum muda memang mesti menyadari tugas sejarahnya. Bahwa Indonesia mesti naik kelas dan maju ke gelanggang sejarah. Ini bukan mitos, sebab ini pernah terjadi dalam sejarah. Ketika kaum muda menghadirkan peradaban baru yang maju, yang berbasis pada ketinggian moral dan kekuatan iman. Kala itu kaum muda berperan aktif pada zamannya masing-masing. Mereka adalah Jenderal Soedirman, Mohammad Natsir, Mohammad Hatta,  Kiai Agus Salim, Kiai Ahmad Dahlan, Kiai Hasyim Asy'ari, Muhammad al-Fatih, Abdurahman ad-Dakhil, Usamah bin Zaid, Ali bin Abi Thalib, dan generasi lainnya selain mereka.  

Merekalah generasi yang terinspirasi oleh sebuah ayat yang sangat monumental, "Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka." (QS. al-Kahfi: 13). Ayat ini menjadi sumber energi yang menguatkan dan mengokohkan jiwa mereka untuk berkontribusi pada perubahan yang diimpikan. Sebuah semangat yang tertanam dalam jiwa, lebih dari sekadar slogan dan kata-kata. Jadi, tunggu apalagi, kini saatnya untuk berperan lebih dari biasanya. Ya, bangkitlah kaum muda, Indonesia memanggilmu! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Merawat Indonesia" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah