Jurnalisme Dakwah, Optimis Bisa!


JURNALISME adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Dalam prosesnya, sangat terkait dengan produksi sekaligus publikasi tulisan dalam beragam rupa atau jenisnya melalui beragam jenis media pula. Dakwah adalah upaya terencana dan dilakukan dengan ikhlas karena Allah dalam rangka mengajak manusia kepada kebenaran (Islam) dengan cara yang maruf (benar dan tepat) sekaligus menghindarkan mereka dari kemungkaran (batil dan salah). 

Dakwah merupakan aktivitas kebaikan dan mulia yang diwariskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya, kemudian dilanjutkan oleh para pengikut mereka, termasuk para ulama yang soleh sekaligus orang-orang yang tergerak hatinya untuk berdakwah di era ini. Dakwah akan mendapatkan respon baik bila dilakukan dengan cara yang baik. Metode dan media dakwah memiliki peranan penting dalam berdakwah. Sehingga para da'i pun mesti paham dan mampu memanfaatkan beragam media. 

Salah satu "bonus" terbesar bagi umat Islam di seluruh dunia termasuk di Indonesia saat ini adalah media sosial. Mengapa bonus? Sebab dulu, media semacam belum ada. Sehingga dakwah dengan media tidak semudah sekarang. Era ini, hanya dengan bermodal android dan qouta, kita bisa berselancar di media sosial, bahkan menjadi produser untuk beragam konten. Dengan demikian, selain media arus utama seperti surat kabar dan TV, maka media sosial bisa dimanfaatkan sebagai media dakwah yang cukup produktif untuk menyebar informasi dan ilmu pengetahuan yang bernilai edukasi dan dakwah itu sendiri. 

Bagi siapapun, termasuk organisasi keislaman, seperti ormas Islam dan serupanya, memanfaatkan media sosial adalah keniscayaan. Kemampuan untuk berselancar di media sosial merupakan pilihan jenial era ini. Kita menyaksikan saat ini pemanfaatan media sosial sudah semakin geliat, kontennya pun beragam. Ini adalah momentum bagi kita untuk mengisinya dengan konten edukasi atau dakwah. Selain dapat menghemat biaya, dakwah melalui media juga membuat konten dakwah bisa diakses oleh beragam konsumen atau pembaca, menembus semua kalangan termasuk kalangan milenial. 

Namun memanfaatkan media sosial, terutama sebagai media dakwah, memiliki tantangan tersendiri. Sebab tidak semua orang memahami karakter media sosial dan tidak semua orang mengerti memproduksi konten di media sosial. Bahkan hanya sedikit yang mampu menulis dengan tulisan yang bergizi dan enak dibaca yang bisa mengisi media sosial. Karena itu, diperlukan penguatan dan internalisasi tentang media dan pemanfaatannya. Selain strategi memanfaatkan media, yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana melahirkan tulisan yang bergizi dan menarik. Sebab tulisan semacam itu akan mendapat respon positif dan berdampak baik pada pembaca. 

Bagaimana caranya? Itulah pertanyaan sederhana yang perlu kita bicarakan dan temukan jawabannya, kini dan nanti. Sebagai tahap awal, minimal kita bisa mengadakan penguatan pada aspek dasar kejurnalistikan atau kepenulisan. Belajar kepada pengalaman di banyak tempat dan momentum, memang mesti diadakan kegiatan yang memantik atau menstimulus untuk itu. Sebab di forum semacam itu akan dibahas secara detail hal-hal yang seharusnya dipahami seputar media dalam bingkai dakwah, termasuk bagaimana melahirkan tulisan, membuat sekaligus mempublikasi berita. 

Atas dasar itulah saya mengusulkan perlu diadakan agenda yang mengafirmasi hal tersebut. Misalnya, elemen umat Islam perlu mengadakan acara "Jurnalisme Dakwah". Materinya, diantaranya (1) Urgensi dan Strategi Dakwah Di Media Massa&Sosial. (2) Teknik Menemukan Ide dan Menulis Artikel. (3) Langkah Praktis Menulis dan Mempublikasi Berita. untuk narasumbernya, kita bisa mengundang para tokoh atau mereka yang memahami dan bergulat di dunia kejurnalistikan atau kepenulisan. 

Materi tersebut merupakan materi dasar, bisa dikembangkan dengan menambahkan materi lain yang dibutuhkan. Tapi materi tersebut sudah cukup, minimal mengawali ikhtiar kita dalam memperkuat dakwah melalui media. Sepengalaman saya selama menjadi narasumber kegiatan semacam ini di beberapa kota dan organisasi, termasuk menulis ribuan artikel selama beberapa tahun belakangan ini, efeknya cukup membanggakan dan menggembirakan. Tak sedikit mubalig, ustadz dan generasi milenial yang kini aktif menulis di surat kabar, media online, bahkan juga menulis buku. Berita baiknya adalah mereka menulis dalam bingkai dakwah dan berkonten dakwah. Hal ini tentu sangat menarik dan inspiratif, karena itu perlu kita tekuni. Jurnalisme dakwah, optimis bisa! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis 45 Buku dan Ribuan Artikel di Berbagai Surat Kabar dan Media Online 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok