Kaum Muda dan Dakwah Damai Dewan Dakwah
Acara pelantikan kali ini mengangkat tema "Di Pundak Pemudalah Kita Bangun Bangsa dengan Dakwah!". Satu tema yang sangat relevan untuk dipertegas kembali agar perjalanan dakwah ke depan semakin geliat dan memiliki daya tarik tersendiri bagi siapapun. Pada sambutannya, Ketua Dewan Dakwah Kota Cirebon Periode 2022-2027 Ustadz Suparno, S.Ag. menegaskan perlunya dakwah yang tegas namun tetap menjaga kesejukan di tengah masyarakat. Dakwah mesti mengedepankan pemahaman yang utuh, mengutamakan dialog dan saling mengokohkan antara sesama; bukan dakwah yang dipenuhi oleh saling curiga, caci maki, dan hujat menghujat.
Menurutnya, dakwah mesti ditempuh dengan cara-cara yang santun dan menyadarkan orang agar meniti jalan yang benar (Islam). Bila terdapat perbedaan maka langkah yang mesti ditempuh adalah mencari titik temu dan menghormatinya. Sebab terlalu banyak alasan bagi kita untuk bersatu dan berkolaborasi untuk menyelesaikan berbagai masalah masyarakat yang semakin kompleks. "Sebagai pendakwah, kita hendaknya merajut persatuan dan kesatuan, bukan perpecahan yang membawa kehancuran. Kita ini sedang digiring ke arah pecah belah. Karena itu, kita mesti menjaga soliditas dan ukhuwah", ungkapnya.
Pada forum yang sama Ketua Dewan Dakwah Jawa Barat (Ustadz H. M. Ro'inul Balad), menjelaskan bahwa Dewan Dakwah adalah corong sekaligus wadah konsolidasi umat. Dewan Dakwah memiliki agenda sekaligus tujuan yang jelas, diantaranya, penjaga aqidah, penjaga ukhuwah, penjaga persatuan, dan pengokoh Indonesia. Dengan demikian, Dewan Dakwah mesti mampu menjaga ukhuwah dan hubungin baik dengan siapapun. Bukan saja dengan sesama ormas Islam, tapi juga dengan pemerintah, bahkan dengan umat lain. Ke depan, menurutnya, Dewan Dakwah juga perlu perkuat dakwah digital dan dakwah sosial. "Ke depan kita perlu mengadakan pelatihan jurnalistik dan kepenulisan juga IT. Bila memungkinkan, perlu juga membentuk Laz Dewan Dakwah", ungkapnya.
Sebagai Ketua Pelaksana kegiatan ini saya menyampaikan tentang peranan pemuda dalam perubahan, terutama yang berwajah dakwah. Bagaimana pun, kaum muda adalah elemen penting yang tidak bisa dianggap sepele dan sebelah mata. Bila kita menelisik, maka kita dapat memahami bahwa pada diri kaum muda terdapat tiga peranan penting yaitu, pertama, pelaku sejarah dan pencetus perubahan. Dari sejarah peradaban Islam hingga peradaban non Islam, selalu menunjukan satu fakta bahwa pemuda adalah pelaku utamanya. Mereka adalah kekutan yang mampu melakukan berbagai hal besar dan penting dalam sejarah.
Secara khusus dalam sejarah peradaban Islam, kita bisa lihat bagaimana peranan nabi Ibrahim as, nabi Yusuf as, nabi Musa as, nabi Isa as, dan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka semua adalah pelaku sejarah yang sangat monumental dalam perjalanan umat manusia. Pada perjalanan sejarah bangsa Indonesia, kaum muda juga memiliki kontribusi besar. Kala itu, kaum muda mengambil peranan dalam beragam bentuk dan cara. Mereka menyumbangkan gagasan, tenaga dan waktunya demi kemerdekaan sekaligus kokohnya Indonesia sebagai bangsa juga negara besar. Mereka adalah Pak Mohammad Natsir, Bung Hatta, Pak Syahrir, Kiai Agus Salim dan masih banyak lagi yang lainnya. Tak sedikit dari para pendahulu juga yang turut menyumbangkan jiwa dan raganya demi keberlanjutan dakwah sekaligus perjalanan sejarah bangsa kita.
Kedua, penjaga moral umat dan bangsa. Kaum muda merupakan elemen yang akrab dengan dua hal: intelektualisme dan aktivisme. Keduanya merupakan "isme" yang melekat dan tidak bisa dipisahkan dari diri kaum muda. Intelektualisme bermakna mereka mendalami berbagai ilmu pengetahuan dan adaptif dengan berbagai situasi dengan berpijak pada nalar intelektualnya. Pada saat yang sama, mereka juga aktif di berbagai gelanggang dan organisasi. Jiwa aktivisme telah merasuk dalam jiwa mereka. Sehingga keduanya menjadi modal utama mereka untuk menjaga moral umat dan bangsa.
Ketiga, pelanjut estafeta dakwah sekaligus kepemimpinan. Kaum muda adalah elemen yang secara usia biasanya masih segar, dari fisik hingga pemikirannya. Mereka juga peduli dan responsif pada setiap masalah yang muncul di tengah masyarakat. Bagi mereka, berpangku tangan pada saat masyarakat dihantui berbagai masalah sosial merupakan bentuk pengkhianatan. Maka mereka pun memiliki daya dorong untuk selalu bergerak dan menghadirkan solusi. Mereka pun bukan saja menjadi pelanjut sejarah generasinya, tapi juga bangsanya. Pada titik tertentu, mereka jugalah yang akan melanjutkan kepemimpinan di berbagai sektornya, termasuk di level pemerintah pusat hingga RT.
Di tengah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih dan nyaris tak terprediksi, dakwah membutuhkan penyesuaian dalam banyak sisi. Dakwah era ini pun benar-benar butuh adaptasi dan kontekstualisasi. Tentu tanpa menepikan prinsip dan nilai utama dakwah itu sendiri. Salah satu media utama dakwah era ini adalah media teknologi. Karena itu, digitalisasi dakwah dapat dilakukan sebagai corong literasi dakwah. Kontennya mesti benar, positif atau naik dan maslahat. Sederhananya, teknologi mesti disiasati secara kreatif agar mampu menjadi media dakwah yang efektif dan menghadirkan kemaslahatan.
Di tengah dinamika politik, umat Islam tidak boleh berdiam diri, malah mesti berperan aktif. Dakwah politik dan politik dakwah mesti dijalankan secara bersamaan sebagaimana yang sudah dilakoni oleh para pendiri Dewan Dakwah dulu. Di sini mungkin perlu pembagian tugas yang jelas, siapa yang berperan di bidang ini dan siapa yang berperan di bidang itu. Dengan demikian, agama dalam hal ini Islam dan umatnya tidak lagi dianggap musuh negara, perusak kesatuan dan pelentur kedaulatan negara. Dakwah mesti menyentuh hati, pikiran dan tingkah warga negara ke arah perbaikan. Sehingga seluruhnya menjadi amal kebaikan yang menghantarkan terwujudnya masyarakat dan negara yang islami.
Umat Islam tidak boleh menjadi burung yang selalu berdiam dalam sangkar, tapi mesti mampu berselancar. Dakwah dari waktu ke waktu mesti semakin ekspansif, terutama di kalangan kaum muda. Sebab merekalah yang kini mendominasi peta kependudukan berdasarkan usia. Dakwah mesti masuk pada ranah kaum muda yang dalam banyak hal masih labil dan mudah tercemari oleh berbagai virus yang berbahaya: hedonis, bebas tanpa batas dan serba boleh. Bila dakwah menyentuh generasi zaman now ini, maka kita sangat optimis bahwa masa depan dakwah bahkan negeri ini jauh lebih cerah dan tentu saja lebih berkemajuan. Sejarah mesti berlanjut, kita tidak boleh berhenti atau mundur ke belakang. Sejarah masih bersama kita, jangan titipkan sejarah pada siapapun! (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Bidang Dakwah dan Pendidikan Dewan Dakwah Kota Cirebon
Komentar
Posting Komentar