Inspirasi Pengusaha Sukses Haji Iman Taufik


AJAL kematian memang satu hal pasti dilalui oleh siapapun. "Setiap yang bernyawa pasti mati", begitu ungkapan mashur mengingatkan kita. Kematian adalah takdir seluruh makhluk, manusia hewan ataupun makhluk-makhluk lainnya, baik tua ataupun muda, baik orang sehat ataupun sakit, orang kaya ataupun miskin, dalam kondisi senang ataupun susah. Tegasnya, setiap yang tercipta pasti berakhir, memiliki batas waktu untuk merasakan kehidupan dunia yang memang fana atau terbatas. 

Hal ini, mendapatkan penegasan sekaligus afirmasi dari Allah secara langsung. Dalam al-Quran Allah berfirman, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185).

Kematian sejatinya bukan akhir kehidupan manusia. Justru kematian adalah pintu masuk menuju kehidupan selanjutnya. Mengingat kematian merupakan upaya paling jenial agar kita semakin siap sedia dalam menghadapi kematian dan kehidupan setelahnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Sering-seringlah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian, karena tidaklah seseorang mengingatnya dalam kesempitan hidup melainkan akan melapangkannya dan tidaklah seseorang mengingatnya dalam keleluasaan hidup melainkan akan mempersempitnya.” (HR. Baihaqi) 

Itulah diantara catatan saya sebagai respon sekaligus refleksi atas meninggalnya Haji Iman Taufik pada Ahad 20 November 2022 lalu di kediamannya, Rempoa Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten. Pengusaha kelahiran Cirebon 24 April 1942 ini telah berkiprah di beragam bidang usaha baik dalam lingkup nasional dan internasional lewat beberapa perusahaan yang pernah digawanginya. Khusus di Kota Cirebon dan sekitarnya, sosok ini dikenal sebagai pemilik sejumlah usaha seperti The Radiant di Gronggong, Kabupaten Cirebon, Yayasan Prima Ardian Tana atau Politeknik Pariwisata Prima Internasional hingga Hotel Prima.

Selain itu, sosok yang akrab dengan semua kalangan ini pernah meniti karir di Caltex Pasific Indonesia, IIAPCO (Independent Indonesian American Petroleum Co), hingga RJ Brown & Associates, Singapura sebagai Direktur Teknik. Selain itu, sebagaimana yang diberitakan berbagai media massa dan media online, bahwa lulusan Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) ini juga pernah menjadi komisaris di PT Tripatra. Lantas mendirikan usaha sendiri yakni PT Gunanusa Utama.

Mengenang sosok yang suka membaca buku ini, mengingatkan kita pada sosok yang akrab dan dikenal sebagai sosok yang multi talenta dan berkarakter mulia. Beberapa hal berikut merupakan hal-hal yang melekat pada sosok ini. Pertama, pekerja keras dan peduli sesama. Hal ini bisa dipahami dari berbagai unit usahanya yang tergolong sukses. Selain menambah aset kekayaannya juga dapat membantu banyak orang dalam beragam cara, termasuk menerima siapapun untuk bekerja di berbagai perusahaannya. Termasuk mendirikan lembaga pendidikan dan pelatihan sebagai kontribusi ril pada masyarakat luas. Bahkan beliau juga peduli pada budaya, seni, dan kuliner Cirebon. 

Kedua, pengusaha bermental maju. Hal ini dapat dipahami dari kesuksesannya dalam memajukan berbagai unit usaha di berbagai kota juga negara. Sebagai pengusaha yang berpengalaman, beliau pun kerap mengingatkan banyak kalangan terutama kaum muda agar berani berkompetisi dengan siapapun. Hanya dengan begitulah kita menjadi generasi yang maju ke masa depan dan tidak dianggap remeh oleh siapapun. "Jika tidak memiliki daya saing, maka kita menjadi kuli di negeri kita sendiri", ungkapnya suatu ketika. 

Ketiga, pecinta sejati. Haji Iman Taufik adalah tokoh yang dibanggakan oleh warga Kota Cirebon dan sekitarnya. Sosok ini bukan saja sukses membangun usaha dan membantu banyak orang, namun ia juga sukses membangun keluarga yang harmonis. Ternyata hal itu bukan sekadar di lisan, tapi memang itulah kepribadian sosok ini. Ia sangat mencintai keluarganya dengan banyak cara. Walau dikenal pekerja keras, namun ia bukan sosok yang kasar. Setiap langkahnya selalu berbalut cinta. Sangat wajar bila ia merupakan sosok pecinta sejati. Bukan saja mencintai diri dan keluarganya, tapi juga masyarakat banyak. 

Meninggalnya Haji Iman Taufik, membuat kita ingat pada kematian. Mengingat kematian akan menimbulkan rasa khawatir yang sangat, sebab sejatinya kita pasti dan akan menuju ke negeri akhirat yang abadi. Kematian tidak mengenal usia, waktu dan kondisi apapun. Hikmahnya adalah agar setiap orang mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Setiap kita tidak pernah lepas dari kondisi lapang dan sempit, sehingga dengan mengingat kematian, maka kita tidak akan terlena ataupun berputus asa dari takdir bahkan kehidupan ini. 

Meninggalnya Haji Iman Taufik mestinya menyadarkan kita betapa setiap manusia pasti menemui ajal kematian. Kekayaan harta bakal bermakna manakala dimanfaatkan untuk kemaslahatan banyak orang. Kita menyaksikan beliau telah menjalani kehidupan di dunia dengan melakukan berbagai hal yang bermanfaat. Bukan hanya teori, tapi juga praktiknya. Semoga seluruh jasa kebaikan yang beliau tunaikan menjadi amal jariyah yang memberatkan timbangan kebaikan beliau kelak di akhirat. Selebihnya, semoga kita yang saat ini masih dan sedang "antri" menanti ajal kematian tergerak hati dan langkah untuk terus beramal baik, termasuk terus bertaubat kepada-Nya. (*)


* Dimuat pada halaman 4 Kolom Wacana Koran Radar Cirebon edisi hari ini Kamis 29 Desember 2022. Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Merawat Indonesia" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok