Kaum Santri dan Indonesia Emas 2045


SANTRI adalah sebutan untuk mereka yang menempuh pendidikan di pondok pesantren. Dalam istilah lain, santriwan disematkan untuk santri laki-laki, sementara santriwati disematkan untuk santri perempuan. Santri pun menjadi sebuah istilah sakral dan memiliki makna yang sangat khas. Santri dinilai memiliki kualifikasi moral dan keilmuan yang unik dan kuat. Sehingga santri dianggap serba bisa, kreatif dan mampu diberi tanggungjawab apapun. Santri pun dianggap serba bisa dan mampu menjadi pemimpin segala perubahan. 

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, kaum santri memiliki peranan konkret, baik dalam aspek sumber daya insan berkualitas maupun dalam mengusir penjajah. Santri berkontribusi pada seluruh aspek kehidupan, terutama di aspek pengaturan dan kemajuan pendidikan. Santri pun melahirkan para pejuang kemerdekaan dan pemimpin di semua bidang kehidupan. Bahkan tak sedikit santri yang meninggal di medan perang demi kemerdekaan bangsa hingga kelak jadi negara merdeka dan berdaulat. Diponegoro, Sultan Hasanudin, Kartini, Cut Nyadin, Agus Salim, Soedirman, HOS Cokroaminoto, Soekarno, Mohamad Natsir dan tokoh-tokoh lainnya adalah santri yang berjasa pada perjalanan sejarah bangsa kita Indonesia. 

Hari ini Selasa 22 Oktober 2024 kita peringati sebagai Hari Santri Nasional. Sebuah momentum kaum santri untuk meningkatkan kontribusinya bagi upaya memajukan Indonesia, termasuk dalam rangka seabad Indonesia pada 2045 mendatang. Pemerintah telah mencanangkan Indonesia Emas 2024 dengan segala langkah dan strategi perjuangan yang dijalankan. Salah satu aspek yang paling utama adalah kualitas sumber daya insani Indonesia yang berkualitas dan kompetitif serta siap menghadapi dinamika sekaligus percaturan global. Sehingga kaum santri bukan saja menjadi ulamawan dan negarawan tapi juga pemimpin global.  

Dalam rangka itu, kaum santri mesti melakukan persiapan matang dan menjalankan langkah-langkah konkret. Pertama, meningkatkan kapasitas keilmuan keislaman, keindonesiaan dan internasional. Kaum santri harus memperkuat pemahaman keislaman, sehingga benar-benar menjadi rujukan yang layak diikuti masyarakat. Kaum santri juga harus paham keindonesiaan dari segala aspeknya seperti sejarah, geografi, adat istiadat, budaya, tantangan dan peluang ke depan. Berikutnya, kaum santri juga harus melek pada dinamika global. Berbagai konflik yang masih terjadi di beberapa kawasan harus dipahami dan sejak dini menemukan jalan keluarnya. Kaum santri mesti mampu menyambung juang sekaligus merengkuh masa depan.  

Kedua, menguasai bahasa asing. Kaum santri adalah manusia global yang memiliki tanggungjawab menghadirkan dunia yang damai dan berperadaban maju. Hal ini menjadi afirmasi paling ril terhadap Islam yang rahmat bagi seluruh alam. Salah satu kuncinya adalah menguasai bahasa asing. Kaum santri bukan saja mampu berbahasa Arab dan Inggris, tapi juga bahasa-bahasa asing lainnya seperti Mandarin, Korea, Jepang, Belanda, Rusia dan sebagainya. Kemampuan berbahasa asing menjadi modal kaum santri dalam berkompetisi di level global, termasuk dalam rangka menghadirkan sekaligus menyebarkan nilai-nilai luhur Islam dan Indonesia ke berbagai penjuru dunia. 

Ketiga, mengingatkan potensi kepemimpinan. Kaum santri adalah generasi yang memiliki tanggungjawab dalam melanjutkan estafeta kepemimpinan di berbagai levelnya. Dari tingkat paling bawah hingga tingkat paling puncak. Karena itu, kaum santri santri mesti melakukan berbagai langkah dalam rangka menumbuhkembangkan potensi kepemimpinannya. Sehingga saat mereka terjun ke masyarakat kelak mampu memimpin dan menjalankan peran-peran perubahan yang lebih signifikan. Kaum santri harus mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, terutama di lingkungan pondok pesantren dan di luar pondok pesantren. Bahkan kaum santri mesti mengikuti kegiatan pendidikan di Lembaga Ketahanan Nasional atau Lemhanas dan sebagainya. 

Keempat, memiliki karya. Kaum santri adalah elemen yang dalam sejarahnya akrab dengan karya nyata, bukan sekadar retorika. Hal ini bisa kita buktikan dengan berbagai lembaga pendidikan yang didirikan dan dikelola oleh berbagai ormas Islam. Mereka adalah santri yang sukses berkarya, bahkan karya mereka turut serta dalam menjalankan salah satu tujuan bernegara bangsa kita yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada era ini, selain lembaga pendidikan, kaum santri juga harus menekuni dunia kepenulisan. Santri mesti mampu melahirkan buku-buku, artikel dan tulisan lainnya yang terpublikasi sehingga bisa dibaca dan mencerdaskan masyarakat luas. 

Indonesia Emas 2045 adalah imajinasi kolektif yang mesti menggerakkan semangat kolaborasi kita untuk berkontribusi sesuai potensi kita masing-masing. Kaum santri adalah salah satu elemen penting bangsa kita yang harus berkontribusi dalam rangka menjemput Indonesia Emas 2045. Kini kita berada di tahun 2024, terhitung 21 tahun lagi kita sudah berada di tahun 2045. Artinya, kaum santri yang kini berusia belasan atau dua puluhan tahun bakal menjadi elemen penting pada 2045 mendatang. Kaum santri mesti semakin melek pada dinamika bangsa bahkan berperan di sektor-sektor publik, termasuk dalam ranah kepemimpinan daerah dan nasional. Singkatnya, saatnya santri memimpin bangsa dan negara Indonesia serta dinamika global! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Santri Negarawan" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah