Pemuda dan Masa Depan Sejarah


PEMUDA dalam pandangan Islam adalah generasi penerus kepemimpinan dalam berbagai level. Baik keluarga dan masyarakat maupun dalam sebuah negara. Masa depan keluarga, masyarakat dan negara sangat ditentukan oleh kualitas remaja atau pemuda saat ini. 

Oleh sebab itu, sangat wajar dan relevan bila seorang tokoh pembaharu muslim Muhammad Abduh pernah mengingatkan kita bahwa, Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Maka adanya pemuda yang berkualitas adalah penentu penting sekaligus penentu kualitas masa depan dalam segala levelnya. 

Dengan demikian, maka pemuda mesti menyadari secara baik dan memperhatikan secara serius beberapa hal penting berikut ini. 

Pertama, pemuda mesti menyadari posisinya saat ini dan ke depan. Kalau pemuda menyadari posisinya sebagai penerus masa depan dalam berbagai levelnya, maka pemuda perlu menyiapkan dirinya secara maksimal. Ia mesti menumbuh-kembangkan minat juga bakatnya, sehingga kapasitas dirinya semakin disiapkan dan lebih matang. 

Kedua, pemuda mesti meneladani pemuda-pemuda ideal lintas generasi. Sebagai muslim, kita tentu memiliki contoh pemuda terbaik. Beliau adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau menjadi seorang utusan Allah dan memimpin umatnya sudah dipersiapkan oleh Allah sejak kecil hingga kelak beliau wafat. 

Selain itu, beliau sendiri juga memiliki semangat untuk mendidik diri menjadi sosok yang layak memimpin. Beliau memiliki rasa kepedulian dan tanggungjawab yang tinggi. Bukan saja kepada diri dan keluarganya, tapi juga kepada umat sekaligus masyarakat luas. 

Ketiga, pemuda mesti berpikir realistis. Sebuah ungkapan bijak mengingatkan, Sebaik-baik pemuda adalah pemuda yang berpikiran tua atau dewasa. Maknanya bahwa pemuda tidak melulu mengikuti selera mudanya, sebab mereka mesti memikirkan apa yang mesti dipersiapkan bagi masa depan diri, masyarakat dan negaranya. 

Pemuda mesti berpikir menjangkaui realitas fisiknya yang bisa jadi selama ini masih berkutat dengan urusan remeh temeh, yang justru menjebaknya pada lubang kenestapaan. Pemuda tidak lagi berpikir tentang dirinya, dalam pengertian yang negatif. Sebab pada pundaknya ada tanggungjawab sejarah, yaitu menjadi pemimpin masa depan bagi keluarga, masyarakat juga negaranya. 

Keempat, pemuda mesti melek teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa tahun terakhir ini kita bisa menyaksikan perkembangan dan fenomena media sosial yang begitu pesat. Berbagai aplikasi muncul bagai jamur di musim hujan. Satu aplikasi muncul, tak lama kemudian muncul aplikasi baru. Pemuda pun memiliki koneksi yang begitu akrab dengan media semacam itu. Bahkan nyaris tak ada pemuda yang tak mengenal media tersebut. 

Hal ini bisa kita perhatikan melalui kepemilikan mereka atas berbagai akun media sosial. Dengan memiliki sebuah HP bermerek tertentu, mereka sudah memiliki akun dan menjelajah dunia media sosial sesuai selera dan kepentingannya. Dengan modal qouta secukupnya, mereka sudah berselancar tanpa batas dan berhubungan dengan mudah dengan begitu banyak orang di luar sana. 

Media sosial sendiri bermata ganda. Ia bagai pisau, satu sisi ia tajam dan sisi yang lain ia tumpul. Begitu juga senjata. Bila ia digunakan untuk mengindarkan orang dari tindakan kriminal maka senjata tersebut punya manfaat baik. Namun bila digunakan untuk melakukan tindakan kriminal, maka ia tak punya manfaat apa-apa. 

Media sosial juga begitu. Ia sangat ditentukan oleh tangan pengguna. Bila digunakan untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat maka dampaknya juga positif dan memiliki manfaat. Namun bila digunakan untuk hal-hal yang negatif maka dampaknya juga negatif dan tak memiliki manfaat apa-apa. 

Bila media sosial digunakan untuk tujuan buruk, jahat dan kriminal maka ia menjadi biang malapetaka dan instabilitas sosial. Namun bila ia digunakan sebagai media silaturahim, konsolidasi positif dan menebar kebaikan maka ia sangat diperlukan dan tentu punya manfaat yang sangat luar biasa. 

Manakala media sosial digunakan untuk pendalaman ilmu, menebar pengetahuan, wawasan kebaikan dan informasi yang bermanfaat maka hal ini tentu dibutuhkan dan perlu digeliatkan dalam masyarakat terutama di kalangan pemuda. Sebab faktanya, dengan adanya media sosial membuat upaya penebaran kebaikan menjadi semakin menggeliat dan punya dampak baik yang cukup luas. 

Tapi harus disadari bahwa tak sedikit juga di sebagian kalangan yang menggunakan media sosial untuk tindakan yang tak pantas. Aktivitas pornografi dan pornoaksi, misalnya, masih dapat kita dapatkan melalui pemberitaan media massa. Media yang mereka pakai adalah media sosial. Bahkan perencanaan tindakan pidana korupsi, pembunuhan dan perampokan juga malah diperbincangkan di media sosial. 

Kelima, pemuda mesti mampu menggunakan media sosial secara baik, positif dan produktif. Ke depan, pemuda mesti menggunakan media sosial untuk hal-hal yang baik, positif dan produktif. Melalui media sosial, misalnya, pemuda bisa mempublikasi berbagai tulisan yang bergizi dalam beragam tema. 

Tak sedikit kalangan muda yang akhir-akhir kita bisa menyaksikan dan membaca tulisan dan buku karya mereka. Awalnya hanya merupakan tulisan lepas di media sosial, lalu belakangan menjadi buku, bahkan mereka juga menulis buku yang isinya bergizi dan tentu bermanfaat bagi pembaca.

Selain itu, melalui media sosial pemuda bisa menebar video rekaman bahkan mengadakan acara secara live stearming dalam bentuk kajian dan ceramah juga diskusi keilmuan yang mengangkat tema-tema edukatif dan mencerahkan publik. Kabar baiknya, tidak membutuhkan biaya yang besar, sebab dengan modal qouta yang seperlunya itu sudah bisa melakukan kegiatan semacam itu dan bisa diakses oleh ribuan bahkan mungkin jutaan orang dalam waktu seketika. 

Nanti, manakala penonton tak bisa menyaksikan secara langsung kegiatan positif semacam itu, maka mereka bisa menyakiskan video rekamannya melalui akun media sosial tertentu. Baik di akun sekaligus group facebook dan twittwer maupun instagram dan youtube juga group wahtasApp. Artinya, tak ada hambatan berarti untuk menebar dan mendapatkan berbagai hal yang positif melalui media sosial. 

Keenam, pemuda mesti berpendidikan dan mandiri. Dalam rangka melahirkan pemuda yang berkualitas, maka pemuda mesti berpendidikan. Baik dalam bentuk pendidikan formal dan informal maupun pendidikan non formal. Selain itu, pemuda juga kreatif dan inovatif. Pemuda mesti bergerak di berbagai bidang kehidupan yang berdampak baik atau positif bagi diri juga masyarakat bahkan negara. 

Pemuda mesti terlibat dalam berbagai komunitas positif dan kreatif. Misalnya, penulis muda, pengusaha pemuda, blogger, organisasi kepemudaan dan sebagainya. Di situlah mereka membenah diri dan mematangkan talentanya, termasuk talenta kepemimpinan sebagai modal dalam memimpin masa depan. 

Pemuda juga perlu belajar mandiri. Mandiri bukan berarti tak membutuhkan orang lain. Pemuda mandiri adalah pemuda yang pikirannya selalu terpantik secara terus menerus untuk menumbuh-kembangkan minat juga bakatnya. Mereka mesti melatih diri agar siap sedia dengan berbagai tantangan zaman yang semakin kompleks. Mereka tidak boleh tetiba cengeng bila dihadapkan dengan kondisi yang kurang beruntung. 

Kemadirian pemuda justru terbentuk dan matang manakala dihadapkan dengan berbagai tantangan yang bertubi-tubi. Kemampuan mereka untuk menemukan jalan keluar dalam kondisi sulit itulah yang membuat pemuda menjadi matang dan bakal tahan banting. Sehingga mereka tergoda dan tercekoki oleh berbagai realitas yang justru merusak moral dan mental mereka. 

Bila pemuda tak punya semangat untuk menempuh pendidikan dan enggan untuk membangun kapasitas kemandirian terutama aspek ekonomi, maka pemuda bakal ketinggalan kereta perkembangan zaman yang semakin cepat dan tak terprediksi. Dalam kondisi demikian, pemuda hanya akan menjadi penonton kemajuan yang dirayakan dan dinikmati oleh mereka yang berpendidikan dan menempa kemandirian dirinya.

Ketujuh, pemuda mesti memiliki modal iman dan pengetahuan yang cukup. Khusus untuk pemuda yang terdidik di dunia pondok pesantren yang disebut dengan santri, tentu punya modal besar pada aspek ini. Sebab selama di lingkungan semacam ini mereka dididik dengan berbagai bekal ilmu, wawasan dan pengalaman. Bahkan aspek pendidikan dan pembinaan mereka bukan saja bernyawa duniawi tapi juga ukhrawi. Bukan saja fisik dan akal mereka yang dikuatkan, tapi juga spiritual dan jiwa mereka. 

Pada sebuah hadits qudsi Allah mengisyaratkan bahwa setiap manusia itu tercipta dalam kondisi memiliki kecendrungan pada kebenaran. Namun setan datang pada mereka, sehingga mereka menyimpang dari kebenaran. Maka diantara mereka ada yang istiqomah pada kebenaran dan sebagian yang lain meninggalkannya. Karena itu, tak ada jaminan seorang santri bisa bertahan pada kebenaran. Kecuali ia mampu menjaga diri secara terus menerus, sehingga ia pun selamat. 

Salah satu golongan yang selamat pada kehidupan ini adalah pemuda yang terpaut hatinya untuk beribadah kepada Allah. Baginya, mendekatkan diri kepada Allah adalah modal penting dalam melakoni berbagai peran dan kontribusi dirinya bagi pematangan diri dan peran sosial pada medan yang lebih luas, baik masyarakat maupun negara. 

Bila pemuda menyadari dan memperhatikan beberapa hal di atas, maka sangat mungkin pemuda menjadi kekuatan yang sangat dinanti dan membanggakan. Mereka bakal menjadi elemen penentu masa depan, yang bukan saja memberi dampak baik bagi diri dan keluarganya tapi juga bagi masyarakat dan negaranya. 

Pemuda pun benar-benar terdorong untuk menjadi pemuda yang melek dengan perkembangan media sosial, juga apik dalam mematangkan kapasitas dirinya dalam memimpin masa depan di berbagai level kehidupan. Baik di level keluarga dan masyarakat, tapi juga pemimpin di level daerah seperti kabupaten, kota dan provinsi, dan pemimpin di level negara. 

Di atas segalanya, maka tak ada ungkapan lain sebagai penyemangat selain bangkit dan majulah pemuda. Sungguh, kalian punya potensi dan peluang untuk menjadi kekuatan kontributif bagi perubahan dan kemajuan. Percaya dan optimislah bahwa sejarah masih menanti peran dan kontribusi terbaik kalian! (*)


* Tulisan ini dielaborasi dari video rekaman TGH. Muharrar Mahfuz (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hakim, Kediri, Lombok Barat, NTB) yang berjudul "Bincang Santai; Untuk Generasi Tik Tok" oleh Syamsudin Kadir, Santri Pondok Pesantren Nurul Hakim angkatan 1996-2002.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok